Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Smartwatch Mengukur Detak Jantung?

ilustrasi smartwatch (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Smartwatch membantu pemantauan kesehatan dengan fitur detak jantung, PPG, dan ECG.
  • PPG pada smartwatch menggunakan cahaya hijau untuk mendeteksi perubahan volume darah di kulit.
  • Pemantauan detak jantung memberi manfaat dalam olahraga, mengenali pola tidak normal, dan mendukung gaya hidup sehat.

Smartwatch menjadi lebih dari sekadar penunjuk waktu. Perangkat kecil yang dipakai di pergelangan tangan ini telah menjadi asisten pribadi dalam menjaga kesehatan, mulai dari menghitung langkah, memantau kualitas tidur, hingga fitur yang paling sering dimanfaatkan: mengukur detak jantung. Kehadiran fitur ini membuat pengguna bisa lebih waspada terhadap kondisi tubuhnya tanpa perlu alat medis yang besar dan rumit. Tak heran jika smartwatch semakin diminati oleh mereka yang peduli pada gaya hidup sehat.

Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana smartwatch bisa mendeteksi detak jantung hanya dengan menempel di kulit? Teknologi yang digunakan sebenarnya cukup canggih dan menarik untuk dipelajari. Dengan memanfaatkan cahaya dan sensor khusus, smartwatch mampu melihat aliran darah di bawah kulit dan menghitung denyut jantung secara real-time. Di sini kita akan mengupas tuntas cara kerja teknologi tersebut.

1. Photoplethysmography (PPG)

ilustrasi smartwatch (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Mayoritas smartwatch menggunakan teknologi photoplethysmography (PPG) untuk membaca detak jantung. PPG adalah metode optik non-invasif yang mendeteksi perubahan volume darah di jaringan mikro pembuluh darah. Saat jantung berdetak, aliran darah meningkat dan menyebabkan volume darah di pergelangan tangan berubah. Perubahan inilah yang ditangkap oleh sensor cahaya di smartwatch.

Di bagian belakang smartwatch, terdapat lampu LED kecil berwarna hijau dan sensor cahaya yang ditempatkan langsung pada kulit. Lampu hijau ini menembus kulit dan menerangi pembuluh darah di bawahnya. Dalam dunia spektroskopi, cahaya merah dan hijau bersifat saling melengkapi. Karena darah berwarna merah, ia menyerap cahaya hijau dengan baik dan memantulkan lebih banyak cahaya merah. Ketika jantung memompa darah, lebih banyak darah mengalir dan lebih banyak cahaya hijau diserap. Di antara detakan, darah berkurang dan cahaya hijau yang dipantulkan meningkat. Sensor kemudian mengukur seberapa banyak cahaya hijau yang dipantulkan untuk menghitung detak jantung dalam satuan denyut per menit atau beat per minute (BPM).

2. Fitur tambahan

ilustrasi smartwatch (.pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Beberapa smartwatch premium bahkan dilengkapi dengan sensor elektrokardiogram (ECG). Tidak seperti PPG yang membaca denyut nadi, ECG mengukur aktivitas listrik jantung secara langsung. Teknologi ini menggunakan elektroda di jam tangan yang bersentuhan dengan kulit untuk mendeteksi sinyal listrik dari detak jantung. Dengan cara ini, jam dapat mendeteksi masalah irama jantung seperti fibrilasi atrium.

3. Pentingnya posisi dan kekencangan jam

ilustrasi smartwatch (pexels.com/Pixabay)

Agar hasil pengukuran akurat, smartwatch harus dipakai dengan pas dan menempel erat pada kulit. Jika terlalu longgar, cahaya dari lingkungan bisa masuk dan mengganggu sensor. Gerakan tubuh yang berlebihan juga dapat menyebabkan hasil pengukuran menjadi tidak konsisten atau gagal terbaca.

4. Tingkat akurasi dan batasan

ilustrasi gadget wearable (unsplash.com/Fikri Rasyid)

Meski praktis dan memberikan pemantauan secara real-time, akurasi sensor PPG masih berada di bawah perangkat medis profesional. Warna kulit, tato, cahaya sekitar, dan gerakan tubuh dapat memengaruhi keakuratan data. Perangkat medis seperti ECG klinis menggunakan banyak elektroda dan gel konduktif untuk hasil lebih presisi, sementara smartwatch hanya menggunakan beberapa titik kontak tanpa gel.

Namun demikian, teknologi PPG di smartwatch tetap sangat bermanfaat. Ia dapat membantu pengguna memantau intensitas olahraga, tingkat stres, hingga tren kebugaran secara umum. Rata-rata detak jantung saat istirahat pada orang dewasa berada di kisaran 60–100 BPM, dan perubahan signifikan bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan yang perlu diperiksa lebih lanjut.

5. Manfaat pemantauan detak jantung

Ilustrasi seseorang menggunakan smartwatch (pexels.com/Kaboompics.com)

Pemantauan detak jantung dengan smartwatch memberi banyak manfaat bagi kesehatan. Data real-time membantu mengenali pola detak jantung yang tidak normal, seperti terlalu cepat atau lambat, yang bisa jadi tanda awal masalah jantung. Saat berolahraga, fitur ini membantu menjaga detak jantung tetap dalam zona yang aman dan efektif. Selain itu, perubahan detak jantung bisa menunjukkan stres atau kelelahan. Dengan pemantauan rutin, pengguna bisa mengevaluasi efek gaya hidup atau pengobatan yang dijalani. Secara keseluruhan, fitur ini mendukung gaya hidup lebih sehat dan membantu deteksi dini gangguan kesehatan secara praktis.

Kesimpulannya, smartwatch mengukur detak jantung terutama melalui teknologi photoplethysmography (PPG), dengan memanfaatkan cahaya hijau untuk mendeteksi perubahan volume darah. Sensor mendeteksi variasi cahaya yang dipantulkan akibat detakan jantung dan mengubahnya menjadi angka. Untuk hasil yang optimal, jam harus dipakai dengan pas dan minim gerakan. Model-model canggih juga memiliki fitur ECG untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung. Meskipun tidak seakurat alat medis profesional, smartwatch menyediakan cara mudah dan cepat untuk memantau kesehatan jantung di mana saja dan kapan saja.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Eka Amira Yasien
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us