Fenomena demonstrasi besar yang terjadi pada 25, 28, dan 29 Agustus 2025 turut mengundang kehadiran buzzer di media sosial. Kolom komentar dipenuhi cuitan yang justru memicu amarah warganet. Situasi genting negeri ini seolah pecah di dunia maya melalui komentar provokatif yang kerap mengalihkan perhatian dari tujuan demonstrasi sebenarnya. Para buzzer memanfaatkan momen ini dengan menyebarkan seruan bernada provokasi, menebar hoaks, hingga menyerang akun-akun yang dianggap berseberangan dengan kepentingan politik tertentu.
Akibatnya, sebagian pengguna mulai merasa resah dan mencari cara untuk menghindari sorotan buzzer. Salah satu strategi yang kerap dibicarakan adalah menulis cuitan dalam Bahasa Inggris. Alasannya, buzzer lebih sering beroperasi menggunakan bahasa Indonesia sehingga penggunaan bahasa asing diyakini bisa membuat akun lebih “aman.” Namun, benarkah langkah ini efektif? Mari telusuri lebih jauh penalarannya!