Duel Mouse Razer Deathadder V3 Pro vs Deathadder V3 HyperSpeed

- Razer DeathAdder V3 Pro dan Razer DeathAdder V3 HyperSpeed memiliki perbedaan bobot, dengan HyperSpeed lebih ringan sekitar 55 gram.
- DeathAdder V3 Pro memiliki sensor optik Razer Focus Pro 30K yang mampu mencapai resolusi hingga 30.000 DPI, sedangkan DeathAdder V3 HyperSpeed menggunakan sensor Razer Focus X 26K.
- Perbandingan spesifikasi dari kedua mouse ini juga bisa dilihat dari segi daya tahan baterai, polling rate, konektivitas, aksesori, dan harga.
Razer DeathAdder merupakan salah satu perangkat keras PC paling terkenal yang serinya pertama kali dirilis hampir dua dekade lalu. Sejak saat itu, Razer telah menjual lebih dari 20 juta unit di seluruh dunia dan telah menghasilkan berbagai macam warna dan versi, termasuk yang dikembangkan bersama organisasi esports Team Liquid dan T1 serta versi khusus yang dibuat dengan pemain bintang T1, Faker.
Kini, Razer telah memperkenalkan dua varian terbaru dari seri DeathAdder. Pertama ada Razer DeathAdder V3 Pro yang kemudian disusul oleh Razer DeathAdder V3 HyperSpeed yang dirilis pada Juni 2024.
Menurut laporan dari Esports Insider, perbedaan utama antara Razer DeathAdder V3 Pro dan Razer DeathAdder V3 HyperSpeed adalah bobotnya. Meski model Pro memiliki berat 63 gram, HyperSpeed hadir dengan berat yang jauh lebih ringan sekitar 55 gram sehingga cocok sebagai salah satu model mouse gaming paling ringan dalam jajaran Razer. Razer juga mengklaim bahwa bentuk bodinya memang sudah disempurnakan dengan masukan dari para pemain esports profesional.
Selain dari segi bobot, masing-masing mouse gaming keluaran Razer ini tentu punya karakteristik unik yang membuatnya berbeda dan masing-masing saling beradu menawarkan keunggulan tersendiri. Kira-kira mouse gaming mana yang lebih menarik antara versi HyperSpeed dan Pro? Mari telaah lebih lanjut melalui perbandingan spesifikasi berikut!
1. Razer DeathAdder V3 Pro unggul dalam sektor sensor optik

Bisik-bisik soal sensor optik, Razer DeathAdder V3 Pro lebih unggul dengan sensor optik Razer Focus Pro 30K yang mampu mencapai resolusi hingga 30.000 DPI. Sensor ini tidak hanya menawarkan resolusi yang sangat tinggi, tetapi juga kecepatan pelacakan hingga 750 IPS (inches per second) dan akselerasi hingga 70G. Dengan fitur tersebut, mouse ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan presisi yang luar biasa dan kecepatan yang diperlukan untuk permainan kompetitif yang intens.
Di sisi lain, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed menggunakan sensor Razer Focus X 26K. Meski memang tidak sekuat sensor pada model Pro, DeathAdder V3 HyperSpeed masih menawarkan resolusi hingga 26.000 DPI. Kemampuan ini sudah lebih dari cukup untuk kebanyakan kebutuhan gaming sekaligus memberikan akurasi dan kecepatan yang tinggi.
Sensor ini juga dirancang untuk efisiensi energi yang lebih baik dan mendukung daya tahan baterai lebih lama yang sangat penting untuk mouse gaming nirkabel. Dengan sensor optik Razer Focus Pro 30K, Razer DeathAdder V3 Pro memberikan keunggulan yang signifikan dalam hal akurasi dan responsivitas. Faktor tersebut sangat penting bagi para pemain esports dan gamer profesional yang menginginkan performa terbaik dari peralatan mereka.
2. Soal bobot, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed lebih ringan

Sesuai dengan tagline yang diinformasikan melalui situs resmi Razer, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed menonjolkan sisi desain yang ergonomis dengan dukungan fitur smooth-touch texture. Soal bobot, memang Razer DeathAdder V3 HyperSpeed punya bodi yang lebih ringan, yakni 55 gram. Sementara DeathAdder V3 Pro punya bobot 63 gram.
Bobot yang lebih ringan ini tidak hanya mengurangi kelelahan saat penggunaan dalam waktu lama, tetapi juga memberikan kecepatan dan ketepatan gerakan yang lebih baik, terutama dalam game yang membutuhkan reaksi cepat dan manuver yang presisi. Dengan bobot yang lebih ringan, V3 HyperSpeed memberikan keuntungan tambahan dalam hal mobilitas dan kenyamanan sehingga membuatnya ideal bagi gamer yang sering bermain dalam sesi panjang dan membutuhkan perangkat yang mudah digerakkan tanpa terlalu banyak usaha. Faktor ini sangat penting dalam game kompetitif di mana tiap gerakan dan klik dapat mempengaruhi hasil permainan.
Di sisi lain, Razer Deathadder V3 Pro memang didesain untuk memenuhi kebutuhan para gamer profesional yang mengutamakan performa tinggi dan presisi dalam tiap gerakan. Dengan berat sekitar 63 gram, V3 Pro sedikit lebih berat dibandingkan varian HyperSpeed, namun, tetap termasuk kategori mouse gaming ultra-ringan. Bobot ini telah dioptimalkan untuk memberikan keseimbangan yang sempurna antara stabilitas dan kecepatan untuk memungkinkan kontrol yang lebih akurat tanpa mengorbankan kelincahan. TechRadar menyebut bahwa Razer DeathAdder V3 Pro sendiri telah memang standar baru untuk mouse gaming.
3. Razer DeathAdder V3 HyperSpeed punya daya tahan baterai yang lebih lama

Salah satu keunggulan utama Razer DeathAdder V3 HyperSpeed adalah daya tahan baterainya yang lebih lama. Jika dikalkulasikan, mouse DeathAdder V3 HyperSpeed dapat bertahan hingga 100 jam penggunaan. Sementara DeathAdder V3 Pro hanya bertahan hingga 90 jam saja.
Perbedaan ini memberikan keunggulan bagi pengguna yang sering bermain game dalam sesi yang panjang tanpa harus khawatir cepat kehabisan daya. Selain itu, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed juga tetap menawarkan performa yang optimal dengan penggunaan daya yang efisien. Daya tahan baterai yang lebih lama ini sangat cocok untuk gamer yang sering bermain dalam jangka waktu lama atau bagi mereka yang lebih suka menggunakan mouse secara nirkabel tanpa harus bolak-balik mengisi ulang daya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan fitur-fitur seperti polling rate yang lebih tinggi pada V3 HyperSpeed dapat mempengaruhi masa pakai baterai secara signifikan. Saat menggunakan polling rate di kisaran 8.000Hz, daya tahan baterai HyperSpeed dapat turun drastis menjadi sekitar 20 jam. Meski begitu, mouse ini masih memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk menyesuaikan pengaturan sesuai kebutuhan, baik untuk memainkan game kompetitif dengan responsivitas tinggi atau untuk penggunaan sehari-hari dengan daya tahan baterai yang lebih lama.
4. Razer DeathAdder V3 HyperSpeed unggul lagi dari segi polling rate

Kemudian, perbandingan spesifikasi antar keduanya juga bisa dilihat dari segi polling rate. Polling rate sendiri merupakan salah satu indikator penting dalam menilai seberapa cepat mouse mengirimkan informasi posisinya ke komputer. Makin tinggi polling rate, makin responsif pula mouse tersebut. Melansir CPS Test, tingkat polling rate terbaik untuk mouse gaming berada pada angka 1000Hz.
Razer DeathAdder V3 HyperSpeed mendukung polling rate hingga 8KHz, yang berarti mampu membaca dan melaporkan posisi mouse hingga 8.000 kali per detik sekaligus memberikan responsivitas yang sangat tinggi. Namun, dongle khusus untuk mencapai polling rate ini tidak termasuk dalam paket penjualan dan harus dibeli secara terpisah. Sebaliknya, Razer DeathAdder V3 Pro memiliki polling rate bawaan sebesar 1.000Hz yang sudah cukup untuk kebanyakan pengguna meskit etap dapat ditingkatkan hingga 4.000Hz memanfaatkan perangkat tambahan.
5. Razer DeathAdder V3 Pro lebih lengkap dalam segi ketersediaan aksesori

Berikutnya dari segi konektivitas, baik DeathAdder V3 Pro maupun DeathAdder V3 HyperSpeed, keduanya punya konektivitas nirkabel yang andal dengan teknologi 2.4 GHz. Namun, jika bicara soal ketersediaan aksesori, mouse DeathAdder V3 Pro lebih lengkap karena ditunjang lewat dukungan kabel dan pengisian ulang melalui kabel USB-C. Adapun aksesori lainnya pada mouse DeathAdder V3 Pro meliputi dongle USB, kabel Speedflex, dan adaptor USB yang kompatibel. Sementara, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed yang merupakan model sederhana dengan harga yang lebih terjangkau dari segi aksesorinya tidak sebanyak model DeathAdder V3 Pro. Meski begitu, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed masih mampu untuk menunjang kebutuhan gaming sehari-hari.
6. Harga DeathAdder V3 HyperSpeed lebih murah dibandingkan versi DeathAdder V3 Pro

Dari aspek teknis sudah dibahas. Lalu, bagaimana dengan harganya? Untuk Razer DeathAdder V3 HyperSpeed yang merupakan rilisan terbaru dari Razer dibanderol dengan harga 100 USD (atau sekitar Rp1,6 juta). Sementara varian Razer DeathAdder V3 Pro sedikit lebih mahal yakni 150 USD atau sekitar Rp2,4 juta. Dengan selisih harga sekitar 50 USD (Rp800 ribu), varian V3 HyperSpeed menawarkan alternatif yang lebih terjangkau bagi mereka yang mencari mouse gaming berkualitas tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk mendapatkan fitur-fitur premium yang tersemat pada varian V3 Pro. Selain itu, meski Razer DeathAdder V3 HyperSpeed dijual dengan harga lebih murah, nilai tambahnya terletak pada daya tahan baterainya yang lebih lama.
Setelah melihat perbandingan spesifikasi dari Razer DeathAdder V3 Pro dan Razer DeathAdder V3 HyperSpeed, dapat disimpulkan bahwa Razer DeathAdder V3 HyperSpeed menang telak. Mouse DeathAdder V3 HyperSpeed menawarkan keunggulan dari segi daya tahan baterai, bodi mouse, polling rate, dan harga yang jauh lebih murah. Kalau kamu mencari mouse gaming yang ergonomis dan bodinya ringan, Razer DeathAdder V3 HyperSpeed adalah pilihan yang tepat. Namun, jika kamu lebih mengutamakan performa sensor optik yang lebih tinggi dan ketersediaan aksesori yang lengkap, Razer DeathAdder V3 Pro bisa menjadi pilihan yang lebih pas.
Kira-kira kalau kamu sendiri lebih prefer yang mana, nih? Coba komentar di bawah!