Dalam tiga puluh hingga empat puluh tahun terakhir, robot bawah laut telah menjadi alat penting untuk eksplorasi dan kebutuhan penelitian sains. Dengan itu, istilah seperti ROV dan AUV semakin dikenal untuk mendeskripsikan jenis kendaraan bawah laut.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul istilah baru yaitu “underwater drone” atau drone bawah laut. Lantas apa itu drone bawah laut? Kapan pertama kali ditemukan? Dan siapa konsumen utamanya?
Istilah “underwater drone” pertama kali eksis pada tahun 2015. Di tahun itu pada bulan September, OpenROV meluncurkan kampanye Kickstarter untuk Trident Underwater Drone yang diberitakan oleh beberapa situs berita teknologi terkenal. Satu tahun kemudian, BBC merilis artikel mengenai Fathom Underwater Drone, diikuti oleh sejumlah artikel tentang Angkatan Laut AS untuk teknologi serupa.
Di tahun yang sama, pesawat peluncur otomatis Angkatan Laut AS ditangkap oleh kapal perang Cina. Kala itu, hampir semua media di seluruh menyebut pesawat tersebut sebagai “drone bawah laut”. Drone sendiri merupakan sebutan untuk kendaraan udara tak berawak yang digunakan untuk keperluan militer, komersial, hingga rekreasi, yang pertama kali populer pada tahun 2010.
Meski istilahnya baru populer dalam beberapa tahun terakhir, drone bawah laut kenyataannya telah ada sejak tahun 1950-an. Kala itu, drone digunakan untuk misi Angkatan Laut dan penelitian bagi instansi pendidikan tertentu. Pada tahun 1960 hingga 1970-an, drone mulai lebih canggih dengan digunakan sebagai alat untuk mengambil bom nuklir hingga penyelamat awak kapal selam yang rusak di bawah laut.
Puncaknya adalah tahun 1980-an, di mana drone jenis ROV dipakai oleh Robert Ballad yang bekerja sama dengan Angkatan Laut, untuk menemukan bangkai kapal Titanic yang terkenal. Berpuluh-puluh tahun setelahnya, drone mulai melakukan pekerjaan yang lebih ekstensif dan digunakan untuk kebutuhan industri maupun misi militer di seluruh dunia.
Drone bawah laut pada dasarnya adalah kapal selam mini tanpa awak yang dapat dikendalikan secara otomatis via sensor on board atau secara langsung lewat sebuah kabel atau tali panjang untuk kemudian langsung tersambung ke kapal yang ada di atasnya. Sama seperti kebanyakan kendaraan bawah laut, drone juga memiliki batas kedalaman dan dirancang untuk bisa bertahan di kondisi tertentu.
Sebagian besar drone menggunakan saluran untuk terhubung ke ruang kontrol yang masa di situ, operator dapat mengatur tingkat kemiringan, ketinggian hingga orientasi pergerakan secara real-time. Lalu, ada juga kamera yang bertindak layaknya mata, memungkinkan operator untuk memandu drone ke target yang dituju.
Drone bawah laut hadir dalam berbagai bentuk namun umumnya memiliki lebar 32 cm, tinggi 25 cm dan panjang 27 cm. Terbuat dari aluminium yang dicetak lewat proses pengecoran bertekanan tinggi, drone bawah laut mayoritas punya bobot 8,5 kg dengan kaca yang terbuat dari acryclic. Dengan kedalaman maksimal hingga 200 meter, drone bawah laut dapat beroperasi di suhu antara -10 hingga 50 derajat celcius.
Perlu diingat lagi bahwa yang disebutkan di atas adalah spesifikasi untuk drone bawah laut pada umumnya. Untuk kebutuhan lain terutama yang lebih berat tentu akan membutuhkan spesifikasi yang berbeda terutama dalam hal tingkatan kedalaman maksimal dan suhu maksimal dalam beroperasi.
Salah satu komponen terpenting dari drone bawah laut adalah kamera. Kamera memungkinkan operator untuk memiliki mata di bawah laut untuk berbagai hal seperti inspeksi dan observasi. Dengan kondisi bawah laut yang minim cahaya, umumnya kamera pada drone bawah laut dirancang untuk bisa bekerja dengan baik dalam kondisi itu, sembari memberikan detail dalam resolusi 4K dan bidang pandang hingga 270 derajat.
Selain kualitas video atau gambar terbaik, kamera drone bawah laut juga dibuat hampir tanpa latensi, sehingga operator bisa mendapatkan visual yang tidak hanya jelas namun juga akurat. Untuk operator sendiri, biasanya mendapat kontroler handheld dengan layar yang tahan berbagai cuaca dan masih terlihat jelas di bawah terik matahari.
Drone bawah laut sering digunakan oleh perusahaan gas dan minyak untuk mengeksplorasi area yang dianggap cocok untuk pengeboran atau mengecek kondisi pipa. Selain itu, beberapa industri akuakultur juga memanfaatkan drone untuk melakukan inspeksi, pemberian makan, perbaikan dan monitoring stok.
Para penyelam komersial seperti yang melakukan aktivitas mengelas di bawah laut juga menggunakan drone untuk melakukan observasi di ‘ruang kerja’ mereka, guna meminimalisir risiko kecelakaan kerja. Seiring kemajuan teknologi, drone kemudian tumbuh menjadi alat yang juga digunakan untuk keperluan hobi maupun kegiatan profesional.
Terlepas dari kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan konsumen profesional untuk aktivitas seperti misi penyelamatan atau investigasi arkeolog, drone bawah laut kini mulai digunakan sebagai hobi. Terlebih pabrikan seperti Blue Robotics, Deep Trekker, Chasing Innovation dan Sofar Ocean Technologies merilis banyak drone bawah laut dengan harga “terjangkau” di kisaran US$500 hingga US$3,000.
Baik untuk mengabadikan indahnya dunia bawah laut atau hanya untuk sekadar mencari tahu apa yang hidup di dalamnya, selalu ada drone untuk mereka yang menginginkannya. Ini setidaknya membuktikan bahwa drone bawah laut tidak lagi jadi “kendaraan canggih” yang eksklusif untuk kegiatan atau industri besar.
Itulah tadi ulasan mengenai beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang drone bawah laut. Ke depannya, drone bawah laut diprediksi bakal terus berkembang entah untuk sekadar hobi ataupun tugas penting seperti mengeksplorasi bagian bawah laut yang masih penuh misteri.