Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi WiFi hotel (vecteezy.com/Siraphol Siricharattakul)

Intinya sih...

  • Koneksi tidak terlindungi

  • Jaringan palsu atau “evil twin”

  • Serangan spoofing

Menikmati waktu santai di hotel setelah perjalanan panjang memang menyenangkan, apalagi saat bisa langsung terhubung ke WiFi gratis dan mulai streaming atau update media sosial. Tapi, tahukah kamu kalau koneksi WiFi hotel bisa jadi jebakan tersembunyi buat pencurian data?

Banyak wisatawan yang gak sadar, jaringan WiFi hotel justru bisa jadi pintu masuk bagi para hacker untuk mengintip bahkan mencuri informasi pribadimu. Meskipun hotel tampak aman dan punya nama besar, bukan berarti sistem WiFi-nya bebas risiko, lho. Apalagi kalau hotel gak rutin memperbarui sistem keamanannya, atau menggunakan router yang bisa diakses banyak orang. Tanpa perlindungan yang tepat, perangkatmu bisa jadi target empuk.

Nah, supaya kamu lebih waspada, berikut ini enam risiko serius dari penggunaan WiFi hotel yang sering luput dari perhatian para traveler.

1. Koneksi tidak terlindungi

ilustrasi modem WiFi (unsplash.com/Misha Feshchak)

WiFi hotel sering kali menggunakan jaringan terbuka atau perlindungan standar yang mudah dibobol. Menurut Adrianus Warmenhoven, pakar keamanan siber dari NordVPN, jaringan seperti ini bisa dimasuki oleh malware dari perangkat lain yang sudah terinfeksi, dan menyebar ke semua perangkat yang terhubung. Bahkan, malware bisa menetap di router dan diam-diam mengumpulkan data dari setiap aktivitas online-mu.

Bahaya ini makin besar kalau kamu gak menggunakan VPN atau firewall. Tanpa perlindungan, informasi seperti login email, password akun, dan data pribadi bisa dengan mudah disadap.

Solusinya: Pastikan kamu mengaktifkan VPN dan firewall sebelum terhubung ke WiFi hotel. VPN akan mengenkripsi koneksimu sehingga gak bisa dibaca oleh pihak ketiga.

2. Jaringan palsu atau “evil twin”

ilustrasi WiFi hotel (freepik.com/drobotdean)

Kamu mungkin pernah lihat nama jaringan seperti “Free Hotel WiFi” atau “Guest WiFi” tanpa password. Nah, hati-hati, karena ini bisa jadi jaringan palsu yang sengaja dibuat hacker untuk menjebak tamu hotel.

Warmenhoven menyebut praktik ini sebagai “evil twin hotspot”. Saat kamu terkoneksi ke jaringan palsu ini, hacker bisa memantau semua aktivitas online-mu, bahkan mencuri data login saat kamu masuk ke akun penting.

Solusinya: Selalu pastikan nama jaringan WiFi resmi ke pihak resepsionis hotel. Jangan asal sambung ke jaringan yang terdengar familier tanpa verifikasi.

3. Serangan spoofing

ilustrasi kartu kredit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Serangan spoofing terjadi ketika hacker membuat halaman login palsu yang menyerupai halaman WiFi hotel. Kamu diminta mengisi email, nomor HP, bahkan data kartu kredit. Padahal semua data itu langsung dikirim ke pelaku kejahatan siber.

Menurut Gregg Smith, CEO Technology Advancement Center, metode ini mirip dengan phising tapi sasarannya adalah tamu hotel yang ingin terkoneksi internet. Dampaknya bisa serius, mulai dari pencurian identitas hingga pembobolan rekening.

Solusinya: Jangan pernah masukkan informasi sensitif di halaman login WiFi hotel. Kalau kamu diminta bayar untuk akses internet, lebih baik tanyakan langsung ke staf hotel.

4. Data breach dari dalam sistem hotel

ilustrasi hacker (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Gak cuma tamu yang bisa jadi korban, karyawan hotel pun bisa menjadi pintu masuk hacker. Melalui email phising atau halaman login palsu, hacker bisa mendapatkan kredensial karyawan dan masuk ke sistem hotel. Dari situ, mereka bisa memantau aktivitas tamu, mencuri data kartu kredit, bahkan menyusup ke jaringan WiFi.

Contohnya, kebocoran data besar pernah terjadi di Marriott pada tahun 2020 dan 2022. Informasi tamu seperti nama, alamat, dan nomor kartu kredit berhasil dicuri hacker.

Solusinya: Hindari mengakses akun penting seperti mobile banking atau email kerja saat menggunakan WiFi hotel. Gunakan jaringan pribadi, seperti tethering dari ponselmu, jika ingin akses yang lebih aman.

5. Smart TV bisa jadi alat mata-mata

ilustrasi Smart TV (pexels.com/Max Vakhtbovycn)

Hotel-hotel modern kini banyak menyediakan smart TV di kamar. Tapi tahukah kamu kalau perangkat ini juga bisa jadi celah keamanan?

Warmenhoven menyebutkan, smart TV yang terhubung ke WiFi hotel bisa dibajak hacker, terutama jika TV tersebut punya mikrofon atau kamera. Dampaknya bisa berbahaya, mulai dari pencurian data login (jika kamu masuk ke akun streaming), sampai potensi cyberstalking lewat kamera TV.

Solusinya: Cabut sambungan smart TV dari listrik saat tidak digunakan. Hindari login ke akun pribadi seperti Netflix, dan jika ada kamera, tutup dengan isolasi atau penutup kecil.

6. Koneksi otomatis tanpa disadari

ilustrasi WiFi hotel (freepik.com/alexeyzhilkin)

Fitur auto-connect memang praktis, tapi juga berisiko. Perangkatmu bisa otomatis tersambung ke jaringan hotel yang pernah kamu pakai sebelumnya, tanpa kamu sadari. Kalau jaringan itu sudah dibajak hacker atau diganti dengan jaringan palsu, datamu bisa langsung terpapar.

Warmenhoven menyarankan untuk menonaktifkan fitur auto-join di pengaturan WiFi perangkatmu. Hal ini bisa mencegah sambungan otomatis ke jaringan yang gak aman.

Solusinya: Nonaktifkan auto-connect dan gunakan aplikasi keamanan seperti VPN atau software antivirus yang bisa mendeteksi aktivitas mencurigakan.

Liburan harusnya jadi waktu bersantai dan menikmati momen, bukan malah khawatir soal pencurian data. Meskipun WiFi hotel terlihat aman, kenyataannya banyak celah keamanan yang bisa dimanfaatkan hacker. Jadi mulai sekarang, jangan asal sambung ke WiFi hotel tanpa proteksi, ya.

Dengan langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan VPN, mengecek nama jaringan resmi, dan menghindari login ke akun sensitif, kamu bisa tetap aman dan tenang selama traveling. Ingat, lebih baik waspada daripada menyesal di kemudian hari. Selamat jalan-jalan dengan lebih aman!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team