7 Game yang Mengumbar Janji, tapi Malah Mengingkari

- Fable Lionhead Studios menggarap Fable, game aksi RPG eksklusif Xbox dengan janji-janji ambisius yang tidak terpenuhi.
- Haze diumumkan sebagai "Halo killer" tapi ternyata hanya game FPS biasa yang mengecewakan pemain PS3.
- Spore menjanjikan simulasi evolusi kehidupan baru, namun gameplay-nya monoton dan mengecewakan banyak pemain.
Setiap kali game baru diumumkan, developer dan publisher sering mengumbar janji besar yang berujung pada ekspektasi setinggi langit. Janji itu memang sering kali ditepati dan hasilnya memang solid, tapi banyak juga yang malah mengingkari janjinya. Para pemain sudah berkali-kali melihat game yang dijanjikan “akan mengubah segalanya” justru gagal menyamai hype ketika pertama kali diumumkan. Sebagian besar diantaranya sebenarnya cukup bagus, namun reputasinya sudah terlanjur rusak sebelum sempat bersinar kembali. Berikut 7 di antaranya.
1. Fable
Lionhead Studios menggarap Fable, sebuah game aksi RPG eksklusif Xbox yang sempat membuat heboh karena janji-janjinya yang sangat ambisius menjelang perilisannya seperti menanam biji pohon dan menyaksikannya tumbuh secara real-time, atau kebebasan melakukan apa saja tanpa batasan. Ketika akhirnya dirilis pada 2004, ternyata sebagian besar janji tersebut tidak ada, sehingga ekspektasi pemain yang sudah terlanjur tinggi pun berujung pada kekecewaan besar. Fable sendiri pada akhirnya tetap menjadi game RPG yang seru, inovatif dan unik, hanya saja jarak antara hype di awal dan realita ketika perilisan terlalu jauh.
2. Haze
Meski persaingan PlayStation dan Xbox di pertengahan 2000-an cukup seimbang, Sony mulai tertinggal di satu jenis game penting yaitu game FPS dengan fokus online, di mana Xbox memiliki Halo 3 yang kala itu sedang booming. Untuk menyainginya, Ubisoft dan Free Radical Design akhirnya menjadikan Haze sebagai game eksklusif PS3 yang digembar-gemborkan media sebagai “Halo killer”. Sayangnya, hype yang berlebihan itu justru jadi bumerang tersendiri. Ekspektasi pemain melambung tinggi, tapi ketika dirilis, Haze ternyata hanyalah game FPS biasa yang jauh dari standar Halo 3 yang sudah keluar setahun sebelumnya.
3. Spore
Will Wright, pengembang visioner di balik SimCity dan The Sims, sempat membuat heboh industri gaming ketika mengumumkan Spore, game simulasi ambisius yang menjanjikan pengalaman menciptakan bentuk kehidupan baru dan mengendalikan evolusinya selama jutaan tahun. Hype-nya luar biasa besar, tapi begitu akhirnya rilis di PC pada 2008, Spore ternyata tidak seistimewa yang dibayangkan karena gameplay simulasinya terasa monoton dan berulang-ulang, sehingga banyak yang kecewa. Meskipun begitu, hingga kini masih banyak pemain yang suka bermain-main dengan fitur membuat karakternya untuk menciptakan karakter absurd.
4. Brink
Akhir tahun 2000-an hingga awal 2010-an adalah era keemasan game FPS multiplayer dan Splash Damage, studio yang berpengalaman dengan seri Doom, Wolfenstein dan Halo, ikut meramaikan pasar dengan game original bernama Brink. Game ini langsung menarik perhatian lewat gaya visual yang menarik dan sistem pergerakan parkour yang mulus, sehingga hype-nya meledak bahkan sebelum rilis. Namun sayang, Brink tidak pernah bisa memenuhi ekspektasi setinggi itu. Meski punya banyak hal positif dan ide solid, eksekusinya dikritik habis-habisan karena masalah teknis dan aspek multiplayer yang mengecewakan.
5. Watch Dogs
Watch Dogs sempat memukau banyak pemain ketika diperlihatkan di E3 2012. Visualnya terlihat jauh lebih maju dari game manapun pada masa itu dan konsep open-world ala GTA yang dipadukan dengan mekanisme hacking terdengar sangat menjanjikan. Sayangnya, dua tahun kemudian ketika game ini akhirnya dirilis, banyak pemain yang kecewa karena visualnya jauh berbeda dari yang diperlihatkan di E3. Selain itu, mekanisme hacking-nya juga dinilai tidak memberikan kedalaman yang diharapkan untuk mengangkat gameplay. Satu-satunya yang dipuji dari game ini adalah kisah tentang balas dendam yang menarik untuk terus diikuti.
6. The Order: 1886
PS4 pada awalnya sempat kekurangan game eksklusif yang menarik dan itu lah kenapa ketika The Order: 1886 diumumkan, pemain langsung heboh. Game third-person shooter berlatar steampunk dari Ready at Dawn ini (studio di balik God of War versi PSP) membawa cerita menarik soal pemburu monster melawan vampir dan werewolf. Namun sayang begitu rilis di 2015, game ini mengecewakan ekspektasi pemain. Visualnya sendiri memang sangat menawan dan sukses menunjukkan kemampuan PS4, tapi gameplay-nya terlalu sederhana, monoton, minim tantangan dan bisa diselesaikan dalam waktu tujuh jam saja.
7. Anthem
Ketika Electronic Arts atau EA memperkenalkan Anthem di E3 2017, banyak pemain langsung tertarik karena mengusut format RPG open-world dengan mech terbang bernama Javelin, sampai-sampai dijuluki sebagai game Iron Man versi BioWare. Namun ketika akhirnya dirilis di awal 2019, terlepas dari visual yang memukau dan mekanisme terbang yang memuaskan, Anthem gagal memenuhi harapan karena ternyata dirancang sebagai game live-service alih-alih game RPG single-player berlatar sci-fi seperti yang ditunggu-tunggu banyak pemain. Alhasil, penjualan game ini berujung di bawah target EA.
Demikian tadi ulasan mengenai beberapa game yang menjanjikan suatu hal tapi malah mengingkarinya. Pernah menjadi korban janji manis game-game di atas?


















