Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Game Premium Android Tidak Sebanyak Game Gratis?

Minecraft dan Stardew Valley, dua game premium
Minecraft dan Stardew Valley, dua game premium (dok. Mojang Studio/Minecraft | dok. ConcernedApe/Stardew Valley)
Intinya sih...
  • Budaya gratis yang sudah mengakar di platform seluler
  • Dominasi model free to play yang terbukti menguntungkan
  • Harga yang dianggap tidak seimbang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ekosistem Android dikenal luas sebagai platform yang ramah bagi semua kalangan, termasuk pengguna yang gemar bermain game. Namun, popularitas tersebut lebih didominasi game gratis ketimbang game berbayar atau premium. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang mengapa game premium sulit berkembang di Android.

Di tengah kualitas game premium yang sering kali lebih matang dan minim gangguan, jumlah penggunanya tetap relatif kecil. Hanya ada sebagian game premium populer yang diunduh jutaan kali. Game tersebut seperti Stardew Valley, Minecraft, dan Grand Theft Auto: San Andreas. Beberapa pengembang juga ragu menjadikan Android sebagai pasar utama untuk game berbayar. Sebenarnya, ada beberapa alasan kenapa di Play Store game gratis lebih mendominasi dibandingkan game premium. Apa saja alasan tersebut?

1. Budaya gratis yang sudah mengakar di platform seluler

Roblox, salah satu game gratis di Android
Roblox, salah satu game gratis di Android (dok. Roblox Corporation/Roblox)

Pengguna Android sejak lama terbiasa mengunduh aplikasi tanpa biaya. Play Store dipenuhi game gratis yang mudah diakses hanya dalam beberapa ketukan layar. Kebiasaan ini perlahan membentuk ekspektasi bahwa hiburan digital seharusnya tidak perlu dibayar pada awal permainan.

Model free to play juga diperkuat iklan dan pembelian dalam aplikasi. Sebagian besar pemain merasa lebih nyaman mencoba game gratis meski kualitasnya tidak selalu konsisten. Dengan kata lain, game premium dianggap terlalu berisiko sebelum dicoba.

2. Dominasi model free to play yang terbukti menguntungkan

Free Fire, game dengan model free to play
Free Fire, game dengan model free to play (dok. Garena/Free Fire)

Game free to play menawarkan ilusi akses penuh tanpa komitmen pembelian. Pemain bisa langsung bermain dan memutuskan sendiri kapan ingin mengeluarkan uang. Pola ini terasa lebih fleksibel dibandingkan membayar pada awal untuk game premium.

Beberapa judul populer di Android membuktikan keberhasilan model bisnis ini secara finansial. Pendapatan besar dari mikrotransaksi membuat free to play terlihat lebih menarik bagi pengembang dan penerbit. Di sisi lain, pengembang hanya mendapatkan pendapatan pada awal perilisan jika merilis game premium, karena sistemnya sekali beli. Game premium akhirnya tersisih dalam persaingan visibilitas dan promosi.

3. Harga yang dianggap tidak seimbang

Final Fantasy VII, salah satu game premium termahal di Android
Final Fantasy VII, salah satu game premium termahal di Android (dok. Square Enix/Final Fantasy VII)

Sebagian pengguna Android menilai harga game premium terlalu mahal untuk ukuran seluler. Persepsi ini muncul karena game seluler sering dibandingkan dengan aplikasi ringan, bukan pengalaman PC atau konsol. Padahal, banyak game premium menawarkan konten yang cukup panjang dan kompleks.

Perbandingan harga juga sering dilakukan dengan game bajakan atau versi gratis. Situasi ini membuat nilai sebuah game premium terasa kurang adil di mata pengguna. Keputusan membeli akhirnya tertunda atau dibatalkan sama sekali.

4. Masalah pembajakan game di Android

ilustrasi bermain game mobile
ilustrasi bermain game mobile (unsplash.com/@thisisgeipenko)

Android dikenal lebih terbuka dibandingkan platform lain. Kebebasan ini berdampak positif bagi pengembangan, tetapi juga memudahkan pembajakan. Berkas game premium dapat tersebar luas dalam waktu singkat tanpa perlindungan memadai.

Kondisi tersebut membuat pengembang enggan merilis game premium di Android. Risiko kerugian dianggap lebih besar dibandingkan potensi keuntungan. Banyak studio kecil akhirnya memilih platform lain atau beralih ke model gratis.

5. Perbedaan persepsi antara game mobile dan PC

ilustrasi bermain game mobile
ilustrasi bermain game mobile (unsplash.com/@aleff_jpg)

Sebagian pemain masih menganggap game mobile sebagai hiburan ringan pengisi waktu luang. Pandangan ini membuat game premium sulit diposisikan sebagai produk bernilai tinggi. Ekspektasi terhadap kualitas sering kali lebih rendah dibandingkan game PC atau konsol.

Sebagian pemain juga ragu mengeluarkan uang untuk sesuatu yang dianggap tidak terlalu penting. Padahal, banyak game premium Android memiliki desain, cerita, dan mekanik yang solid. Masalah utamanya terletak pada persepsi, bukan selalu pada kualitas.

Popularitas game premium di Android tak hanya soal mutu, tetapi juga kebiasaan dan ekosistem. Selama budaya gratis dan free to play masih dominan, game premium akan terus menghadapi tantangan besar. Menurutmu, apakah pada masa mendatang industri game Android akan berkembang ekosistemnya seperti PC?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Tech

See More

Kenapa Game Premium Android Tidak Sebanyak Game Gratis?

26 Des 2025, 21:14 WIBTech