Mojiken Studio: Developer Game Surabaya Tembus Pasar PS4 dan Switch!

Mojiken adalah sebuah studio game yang berdomisili di Surabaya. Awalnya kami adalah studio ilustrasi yang mengerjakan proyek-proyek outsource, namun seiring berjalannya waktu kami menyadari bahwa game merupakan medium yang paling dapat mewakili pesan-pesan yang ingin kami sampaikan dalam karya. Akhirnya sejak 2013, Mojiken Studio terbentuk dan pada 2017 kami akhirnya memutuskan untuk memiliki badan hukum yang resmi.

Setiap game yang kami buat bisa dibilang memiliki keunikan sendiri-sendiri dan dikembangkan oleh orang yang berbeda-beda dalam tim Mojiken. Maka dari itu, masing-masing dari kami memiliki game favorit yang berbeda-beda.

Proses kreatif yang biasa kami lakukan adalah sebagai berikut:

• Menentukan tema game yang mau diangkat.
• Masing-masing kru Mojiken melakukan game jam (proeses membuat game dalam jangka waktu yang relatif pendek) sesuai tema yang sudah ditentukan.
• Hasil prototype dari game jam ini akhirnya kami rilis untuk mendapatkan feedback dari publik.
• Prototype yang mendapat feedback paling banyak lalu kami kembangkan lebih dalam lagi, sebagai game utuh.

Betul, kami bekerjasama dengan Pathetic Experience untuk game kami selanjutnya, yaitu "She and The Light Bearer." Awal kerjasama ini dimulai ketika kami "meminjam" lagu dari Pathetic Experience untuk dimasukkan ke dalam prototype game yang sedang kami kembangkan saat itu yang berjudul "She Who Once Was Lost."

Prototype game tersebut merupakan cikal bakal dari game "She and The Light Bearer" yang sedang kami kembangkan sekarang. Lagu Pathetic Experience yang berjudul "Rikala Semana" yang dulu mengisi game "She Who Once Was Lost" impact-nya sangat besar dalam membangun nuansa dalam game.

"Akhirnya kami memutuskan untuk berkolaborasi lebih jauh lagi. Untuk keperluan dalam game, banyak pertimbangan teknis yang akhirnya mempengaruhi proses kreatif, baik dari Mojiken dan Pathetic Experience sehingga kami memutuskan untuk membuat soundtrack eksklusif yang mampu mengakomodir keperluan scoring dalam game-nya." - menurut pernyataan dari pihak Mojiken Studio.

USBB memang merupakan game dengan mekanik dasar Pong maupun Air Hockey. Game ini tercipta dari prototype yang saya kerjakan dalam game jam internal Mojiken saat itu dengan tema "Cloning the Classics". Karena saya sangat suka dengan game-game bergenre action dan fighting, maka saya mencoba untuk memasukkan unsur-unsur yang saya suka dari genre tersebut ke dalam USBB ini. Jadi bisa dibilang ide dasar USBB adalah perkawinan antara Pong dan game fighting.

Jadi, direksi awal saya untuk visual dan musik USBB sebetulnya adalah nuansa synthwave 80's yang naif. 

Suatu ketika, ketika saya sedang mengerjakan asset-asset USBB saya mencoba memutar lagu yang bersemangat untuk melawan kantuk. Nah, rupanya musik dangdut funkot saat itu cukup mempan untuk membuat saya terus terjaga dan bersemangat dalam mengerjakan USBB.

Akhirnya saya mendapat ilham untuk mencampurkan dangdut funkot dengan synthwave 80-an karena secara nuansa, dangdut funkot juga sangat penuh dengan ke-naif-an yang memang saya coba sampaikan di game ini. Hasilnya, bisa didengarkan di soundtrack USBB sekarang. Oh, iya kalian juga bisa mendengarkan OST USBB di Spotify, Deezer dan juga iTunes.

Awalnya tidak pernah terpikir bahwa kami bisa mengembangkan game untuk platform console. Namun berkat kerja keras oleh Publisher kami Toge Productions, akhirnya kami mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan USBB di platform seperti Nintendo Switch dan juga PS4. Cerita lengkap tentang proses yang cukup ruwet untuk mendapatkan devkit Nintendo Switch bisa dilihat di gameprime.org.

Kendala sebetulnya klasik sih, yaitu mempertahankan motivasi kami untuk dapat terus berkarya meskipun tahu bahwa apa yang kami lakukan belum tentu sukses. Hal lain yaitu mempertahankan cashflow perusahaan agar terus sehat meskipun project yang kami kerjakan bisa dibilang memakan waktu yang cukup lama.

Kalau menurut kami, ini menunjukkan bahwa game developer di Indonesia memiliki kapabilitas untuk bersaing di ranah global. Yang jujur malah membuat sebagian orang (mungkin karena saking bangga-nya) banyak yang menggunakan slogan "karya anak bangsa" secara berlebihan.

Untuk menghargai karya-karya developer Indonesia tidak harus selalu dengan pujian, namun perlu juga adanya feedback-feedback yang membangun, baik itu negatif ataupun positif. Karena dengan feedback yang jujur, kami selaku developer dapat terus berkembang dari tiap karya yang kami buat.

Double Fine, Vlambeer, Vanillaware, Toge Productions.

Game RPG dengan 2D hand-painted visual.

Hmm, kalau mendengar kabar bahwa tim developer-nya sempat diganti (dari Cyber Connect jadi tim developer internal Square Enix) dan mereka membuat semuanya dari awal lagi ya, sangat bisa dimaklumi kalau akan memakan waktu lama. Jadi ya, sabar aja. hehe

Itulah jawaban Mojiken Studio dalam wawancaranya dengan IDN Times. Sungguh penuh proses dan perjuangan ya untuk mencapai di titik mereka saat ini berada. Sebagai penggemar game sejati, ingat untuk jangan cuma memuji dengan slogan "karya anak bangsa" tapi dukung juga dengan membeli dan memainkannya, guys. Bisa juga dengan mengikuti jejak mereka dalam mengharumkan nama bangsa secara global. Sukses terus, Mojiken Studio!