Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Company of Heroes 3 (dok. Relic Entertainment/Company of Heroes 3)

Pada 23 Februari 2023 kemarin, SEGA sukses merilis game berbasis real-time strategy  (RTS) dengan judul Company of Heroes 3 untuk Microsoft Windows (PC). Untuk versi konsol akan menyusul dalam waktu dekat. Ya, bagi kamu yang doyan dengan RTS di PC, nama Company of Heroes tentu sudah sangat dikenal dan mungkin jadi salah satu permainan RTS terbaik di kelasnya.

Nah, kita tahu bahwa RTS sendiri merupakan mekanisme gaming yang sudah lama hadir di PC. Beberapa di antaranya bahkan tergolong legendaris, seperti Age of Empires, Command & Conquer, Total War, Stronghold, dan Company of Heroes itu sendiri. Bukannya penulis menomorduakan konsol, tapi memainkan RTS melalui keyboard dan mouse di PC sudah menjadi kenikmatan yang tak layu oleh zaman.

Lantas, apakah Company of Heroes 3 mampu mempertahankan nama besar dan kejayaan RTS di PC? Apa game ini sanggup melampaui kakak-kakaknya yang sudah kadung melegenda? Yuk, simak ulasan atau review Company of Heroes 3 berikut ini.

1. Seperti biasa, latar belakangnya adalah perang zaman dulu

Narasi dalam game Company of Heroes 3 masih berkutat pada latar Perang Dunia II. (dok. Relic Entertainment/Company of Heroes 3)

Sebenarnya, penulis pernah berharap bahwa Company of Heroes 3 bisa menampilkan konsep perang modern dengan persenjataan canggih. Akan tetapi, kita pastinya sadar bahwa Relic Entertainment selaku developer sudah sedemikian bagusnya membuat game berbasis RTS dengan latar Perang Dunia.

Judul pertamanya sangat lekat dengan Perang Dunia II. Lalu, ia diikuti oleh Company of Heroes 2 yang lekat dengan Perang Dunia II (The Battle of Bulge) ditambah peperangan pada era 1950-an yang berkaitan dengan konflik negara besar, yakni Inggris, Jerman, Rusia, dan Amerika. Seolah tak puas dengan kehebatannya dengan konsep perang jadul, developer kembali menghadirkan narasi yang sangat lekat dengan Perang Dunia.

Dalam Company of Heroes 3, kita akan berada di tengah narasi yang megah dan solid. Perang antarnegara dibuat makin intens dan berbobot. Sebetulnya, premisnya sederhana, yakni "hanya" pertarungan antara Jerman dan Inggris yang sayangnya meluas hingga melibatkan sekutu dan negara lain.

Jika memainkan campaign di pihak Jerman, kamu diwajibkan untuk melawan sekutu (Inggris Raya) di wilayah Barat dan Timur. Sebaliknya, ketika kita memainkan campaign di pihak Inggris, tugas atau misi yang diberikan adalah melawan Jerman di beberapa wilayah Eropa dan Afrika. Mode cerita sederhana inilah yang rupanya menjadi fondasi bagi episode Perang Dunia II.

Hebatnya lagi, kita gak melulu berkutat pada 1 atau 2 peperangan. Lebih dari itu, Relic Entertainment menyajikan kisah peperangan yang berjibun untuk dimainkan. Ini yang jadi alasan bagi penulis untuk menilai narasi dan premis yang dihadirkan sudah solid. Selain memainkan RTS megah, gamer juga bakal belajar tentang sejarah bagaimana Perang Dunia II itu terjadi.

Yup, pasalnya, developer juga memasukkan periode peperangan yang dulunya pernah betul-betul terjadi. Banyaknya mode dan narasi cerita yang disuntikkan oleh developer tentu menjadi salah satu elemen yang patut diapresiasi. Jika dibandingkan dengan judul-judul sebelumnya, Company of Heroes 3 sudah hadir dengan narasi yang pekat akan sejarah dan kisah dari Perang Dunia itu sendiri, setidaknya di mata penulis.

2. Hanya saja, RTS yang solid itu gak diimbangi dengan gameplay yang cepat

Mekanisme gameplay dalam game Company of Heroes 3 terkesan lemot. (dok. Relic Entertainment/Company of Heroes 3)

Mungkin karena baru saja dirilis, mekanisme permainan yang ada pada Company of Heroes 3 masih terkesan lambat dari biasanya. Mungkin hal ini masih berkaitan dengan berbagai bug atau eror yang kabarnya memang masih butuh perbaikan. Bukan hanya mekanisme yang jauh lebih lambat, kualitas AI prajurit tempur kita kadang ada di luar nalar. Tak jarang, sekelompok pasukan akan terdiam di tengah baku tembak.

Ambil contoh, AI pada tiap-tiap unit tempur terlihat tidak imbang dengan kelompok prajurit A terlihat begitu taktis dalam menjalankan strategi yang kita terapkan. Di sisi lain, ada kelompok prajurit B yang dengan begitu pasrahnya berdiam diri di tengah serangan brutal dari musuh. Untuk mengatasinya, kamu bisa menggerakkan semuanya secara manual. Betul-betul melelahkan!

Di luar itu, mekanisme gameplay yang dihadirkan dalam game ini sudah mampu mewakili konsep RTS. Taktik dan strategi yang kita terapkan akan berdampak langsung di lapangan. Oh, ya, kamu gak bisa begitu saja menempatkan pasukan di sembarang tempat. Pasalnya, ketika pasukan kita terluka, mereka harus kembali ke markas atau pos penyembuhan medis terdekat.

Lalu, apa yang membedakannya dengan serial Company of Heroes sebelumnya? Salah satunya adalah konsep pertempurannya, seperti elevations, map dinamis, dan dampak yang dibuat makin realistis. Dalam sistem elevations, misalnya, pasukan akan dimungkinkan untuk lebih diuntungkan ketika berada di dataran yang lebih tinggi.

Lalu, map dinamis juga berperan sebagai penambah elemen yang makin tampak realistis. Jejak-jejak perang di kota, hutan, gurun, dan padang rumput akan meninggalkan penampakan yang berbeda satu sama lain. Namun, kembali lagi ke persoalan bug yang ada, sebaiknya kamu memang tidak perlu terburu-buru membeli game ini, kecuali pengembang sudah memperbaiki semua bug yang cukup mengganggu.

3. RTS yang bisa menjadi jembatan bagi pemula

Meski butuh adaptasi dalam memainkannya, Company of Heroes 3 sudah bisa menjadi jembatan bagi pemula. (dok. Relic Entertainment/Company of Heroes 3)

Memainkan Company of Heroes 3 memang tidak mudah. Terlepas dari segala macam AI yang buruk, menerapkan strategi di game ini masih butuh adaptasi tersendiri. Itu sebabnya, Company of Heroes 3 hadir sebagai jembatan yang bisa mendekatkan mereka pada gamer RTS pemula.

Salah satu dukungan pada hal tersebut ada pada Mode Easy atau Beginner yang akan membuat gamer pemula bisa belajar menggerakkan game ini dari bawah. Namun, kalau kamu sudah mengikuti seri-seri sebelumnya, konsep permainan dan gameplay yang disajikan oleh Relic Entertainment tentu masih dirasa familier alias akrab di keyboard maupun mouse.

4. Grafik dan audio yang sangat standar

Company of Heroes 3 memiliki tampilan visual dan audio yang standar saja. (dok. Relic Entertainment/Company of Heroes 3)

Menurut penulis, Company of Heroes 3 memiliki grafik dan audio yang biasa-biasa saja. Ia tampil tidak memanjakan mata layaknya game modern lainnya. Memang terlihat realistis jika dibandingkan Company of Heroes 2, tapi gaya visualisasinya seperti ketinggalan zaman. Hal ini tentu ditilik dari perilisan game ini yang rencananya juga bakal dimainkan di konsol PS5 dan Xbox Series X/S.

Hampir semua animasinya terlihat agak kaku. Lalu, beberapa ledakan dan kehancuran yang timbul akibat perang juga terkesan kurang destruktif. Sepertinya memang developer fokus pada mekanisme gameplay RTS yang tidak mengutamakan tampilan visual. Akan tetapi, pada era permainan modern saat ini, kualitas visual bagus bisa memberikan poin lebih.

Gerakan kamera dan penempatan posisi gambar juga harus lebih diperhatikan lagi bagi developer. Pasalnya, tak jarang penulis sangat kesulitan mengaplikasikan strategi di lapangan hanya gara-gara posisi pengambilan gambar yang tidak nyaman. Bahkan, sering terjadi zoom gambarnya terlalu dekat dan itu tidak bisa dikontrol secara manual oleh gamer.

Suara dan audio yang disematkan dalam Company of Heroes 3 juga terdengar standar saja. Di satu titik, ia mampu terdengar solid dan maksimal. Namun, di titik lain, ia terdengar melempem dan tidak jelas. Beberapa karakter suara juga terdengar tidak imbang dan malah terkesan sangat berlebihan di telinga.

5. Narasi ciamik yang sayangnya harus buyar ketika dimainkan

Narasi dalam game Company of Heroes 3 memang ciamik, tapi terasa datar ketika dimainkan. (dok. Relic Entertainment/Company of Heroes 3)

Tentu saja Company of Heroes 3 memiliki narasi yang solid, berbobot, dan ciamik. Ia mampu mewakili RTS legendaris dari sisi plot ceritanya. Sebetulnya, dengan gaya plot cerita macam ini, kamu gak akan bosan dalam memainkannya, apalagi jika kamu juga suka dengan sejarah Perang Dunia II.

Realisasi dalam game ini juga berhasil ditunjukkan oleh developer. Dengan adanya perbedaan antara dataran rendah dan tinggi, aplikasi strategi yang diterapkan juga pastinya bakal berbeda. Map luas dan cukup detail pun sudah dimasukkan ke dalam game ini untuk membuatnya makin terlihat realistis.

Namun, seribu sayang, game ini memiliki mekanisme permainan yang lambat dan ada bug di mana-mana. AI yang buruk ditambah dengan gameplay yang nyaris tak ada bedanya dengan seri sebelumnya membuat Company of Heroes 3 seolah membosankan dan begitu-begitu saja.

Belum lagi jika ini harus dinilai dari kualitas grafik dan audionya. Well, penulis sendiri merasa bahwa game ini terlihat layaknya game keluaran lama. Animasi yang cukup kaku, suara yang kadang gak karuan, dan grafik ledakan yang repetitif membuat game ini masih harus tunduk pada kakak-kakaknya.

Untuk PC, spesifikasi yang disarankan adalah RAM 16 GB, VGA setara GTX 1050 Ti atau GTX 1650, prosesor Intel Core i3 Generasi 12, dan kapasitas penyimpanan 50 GB. Harganya di Steam adalah Rp850 ribu untuk versi Digital Premium Edition. Kesimpulannya, skor 3/5 penulis berikan untuk Company of Heroes 3. Semoga ulasan kali ini bisa kamu jadikan pertimbangan sebelum membelinya, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎