Kolonis bercocok tanam dalam Going Medieval. (dok. Foxy Voxel/Going Medieval)
Pada zaman kuno, bercocok tanam atau pertanian masih menjadi tulang punggung dari kebanyakan orang Eropa. Dalam Going Medieval pun demikian. Pasalnya, bertani dalam game ini terasa sangat kompleks dan detail. Kamu bisa memerintahkan para kolonis untuk menanam banyak tanaman dan buah. Lalu, jika waktunya tiba, mereka wajib memanennya supaya tidak terlanjur busuk atau terserang hama.
Namun, bukan hanya bertani saja yang menjadi fokus di sini. Kamu bisa berburu, beternak, menebang hutan, membangun desa, membentuk pasukan, dan semua yang berkaitan dengan kehidupan orang Eropa di Abad Pertengahan. Kalau kita melihat garis besarnya, Going Medieval lebih mirip sebagai mesin kompleks yang menjalankan fungsinya masing-masing.
Ya, ada orang yang bertugas membajak lahan, menanam buah, memanennya, dan mengangkutnya ke gudang penyimpanan. Ini dilakukan secara simultan dan nyaris tanpa jeda. Setelah peradaban sedikit maju, para kolonis akan menciptakan karya seni, misalnya buku, puisi, pakaian modern, dan lain sebagainya. Cukup detail, bukan?
Kendati demikian, mekanisme gameplay yang ditawarkan dalam game ini cukup terasa santai dan repetitif. Jika dimainkan dalam kurun waktu yang lama, tentu akan menimbulkan sebuah perasaan jenuh karena melakukan hal yang itu-itu saja. Untungnya, ada banyak detail yang bisa kamu ulik dan kelola. Untuk meminimalkan rasa jenuh, jangan paksa diri untuk memainkan game ini sampai berjam-jam.