[REVIEW] Like a Dragon: Ishin!—Nostalgia Yakuza pada Era Shinsengumi

Ryu Ga Gotoku Studio dan SEGA sebetulnya sudah pernah merilis game ini pada 2014 lalu dengan judul Ryū ga Gotoku Ishin! yang bersifat eksklusif di Jepang. Seperti yang kita tahu, serial Like a Dragon atau Yakuza memang menjadi sebuah waralaba dengan banyak spin-off. Mereka hadir dengan cara dan gaya unik yang masih bisa terus eksis hingga saat ini.
Nah, pada 21 Februari 2023 lalu, SEGA kembali merilis remake dari game ini, yakni Like a Dragon: Ishin! yang tentunya dibuat lebih bagus dan berbobot. Game yang berjalan pada DirectX 12 ini bisa dimainkan di Microsoft Windows (PC), PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S. Perilisan game ini menjadi nostalgia bagi gamer yang dulunya sempat mengikuti dan memainkan serial Yakuza atau Like a Dragon.
Jadi, penasaran gimana serunya menjalani kehidupan samurai pada zaman Bakumatsu? Kalau ingin mengoleksi game yang satu ini, kamu bisa simak review Like a Dragon: Ishin! terlebih dahulu.
1. Balas dendam yang membawa kita pada pusaran konspirasi

Jujur saja, penulis tertarik dengan Like a Dragon: Ishin! karena game ini membawa kita ke akhir zaman Edo, era saat Jepang bertransisi menjadi negara modern. Pada zaman ini, Jepang dipenuhi dengan pendekar samurai terhebat yang sebagian kisahnya sudah diangkat ke dalam manga atau anime.
Kamu akan memainkan karakter bernama Sakamoto Ryoma, seorang samurai tangguh yang memiliki misi balas dendam atas kematian sang ayah. Ketika mengetahui bahwa hal ini berkaitan dengan kelompok elite Shinsengumi, itu makin membuat Ryoma bertekad untuk menemukan siapa dalang di balik pembunuhan tersebut.
Shinsengumi sendiri adalah kelompok unit militer dan kepolisian khusus yang dibentuk oleh Syogun Tokugawa pada 1863 untuk melindungi kesyogunan dari gangguan pihak luar. Di sisi lain, ada pihak Kaisar Jepang yang merasa bahwa kekuasaan syogun kala itu sudah kelewat batas dan melampaui kedudukan sang kaisar.
Jadi, bisa dikatakan bahwa pada 1850—1870 adalah masa saat Jepang memasuki babak baru yang dipenuhi dengan perang saudara, pertarungan antarsamurai, intrik politik, dan konspirasi yang melibatkan para penguasa. Zaman saat itu lebih dikenal sebagai akhir zaman Edo atau Bakumatsu.
Sekadar informasi, Sakamoto Ryoma adalah sosok asli yang pernah ada pada era Bakumatsu dan menjadi pemimpin gerakan yang berusaha menggulingkan kekuasaan Syogun Tokugawa. Sama seperti dalam game ini, Ryoma berasal dari klan feodal bernama Tosa. Namun, alur cerita pada game tentu dibuat berbeda dengan kisah aslinya.
Dalam Like a Dragon: Ishin!, Ryoma akan memalsukan kematiannya sendiri. Tujuannya adalah masuk pada penyamaran sempurna ke dalam kelompok elite Shinsengumi. Ia pun mengganti nama dan identitasnya menjadi Saito Hajime, seorang samurai sekaligus sosok kuat dalam Shinsengumi. Bicara soal Saito Hajime, sosok ini juga betul-betul ada dan dulunya pernah menjadi kapten Shinsengumi untuk melindungi Jepang dari pemberontak.
Sayangnya, kamu sebagai Saito Hajime justru menghadapi segudang konspirasi pelik di jajaran penguasa Jepang saat itu. Kini, tugasmu bukan hanya memburu pembunuh sang ayah, melainkan terlibat lebih dalam pada konspirasi tingkat negara. Lantas, apa Ryoma alias Saito berhasil menjalani kehidupannya sebagai samurai pada era Bakumatsu? Kamu bisa beli dan mainkan Like a Dragon: Ishin! untuk mengetahui jawabannya.
2. Gaya pertarungan elite dengan banyak variasi

Ketika memasuki dunia Shinsengumi yang elite, brutal, taktis, dan kejam, kamu bakal ditunjukkan dengan begitu banyak visualisasi pertarungan yang sama-sama elite. Hal ini sebenarnya sudah menjadi ciri khas dari Ryu Ga Gotoku Studio. Sejak dulu, mereka memang menyukai gaya pertarungan yang brutal dan sedap dipandang.
Mau menggerakkannya dengan keyboard, mouse, atau stik, semuanya sama asyiknya. Tebasan demi tebasan akan makin terasa dampaknya ketika kamu menguasai beberapa jurus atau gerakan mematikan dari Shinsengumi itu sendiri. Kalau belum cukup, masih ada senjata api atau pistol yang bisa digunakan bersamaan dengan katana. Jika ingin tantangan lebih, cukup gunakan tangan kosong untuk menghabisi para preman di jalanan.
Damage kombinasi antara katana dan pistol tentu bakal berlipat. Namun, meski terlihat sadis dan berdarah-darah, game ini masih terlihat tidak sebrutal permainan gore lain, misalnya Mortal Kombat. Ada banyak jurus atau kombinasi serangan yang bisa didapatkan melalui kenaikan level. Ya, ini berarti akan mengingatkan kita pada elemen RPG berupa pohon skill.
Bisa dikatakan, Like a Dragon: Ishin! sudah merepresentasikan kisah samurai pada era Bakumatsu dengan baik. Kalau suka dengan game bertema samurai, karya yang dulunya dibuat oleh Hiroyuki Sakamoto ini bisa kamu koleksi. Pastinya, bertarung dengan preman dan pendekar samurai Jepang bakal terasa jauh dari kesan repetitif.
3. Mekanisme hack and slash yang adaptif untuk dimainkan

Tak peduli apakah kamu bertarung melawan seorang pendekar pedang atau segerombolan preman, metode hack and slash di sini bakal tetap mengasyikkan. Mungkin ada beberapa bagian yang membuatmu agak frustrasi, tapi tetap saja developer sudah berhasil memasukkan begitu banyak elemen combat yang taktis dan membumi.
Salah satu elemen yang membuatnya makin unik adalah sistem kartu. Ya, dengan adanya sistem kartu, gamer bisa merekrut begitu banyak bantuan. Hal ini berkaitan dengan posisi Saito Hajime yang sudah mengemban sebagai Kapten Shinsengumi yang tentunya memiliki banyak bawahan kompeten.
Selain misi dan cerita utama, kita bisa menjelajahi banyak minigame yang imut, tapi dewasa. Lagi-lagi hal ini juga memang menjadi ciri khas dari Ryu Ga Gotoku Studio sebagai developer. Dengan segala mekanisme yang ditawarkan, Like a Dragon: Ishin! sama sekali tidak kehilangan aura dari serial Like a Dragon lainnya. Jadi, jika familier dengan produk Yakuza lainnya, kamu pun gak bakal asing dengan game ini.
4. Grafik dan audio dibuat pas seperti biasanya

Jika pernah memainkan game Yakuza atau Like a Dragon lainnya, kamu pasti bakal paham bahwa developer memang sangat suka dengan tampilan seperti ini. Karakter yang ada dalam Like a Dragon: Ishin! tentu juga ada dalam serial Yakuza atau Like a Dragon lainnya. Namun, di sini, semua karakter yang dimasukkan oleh developer dibuat sesuai latar belakang cerita.
Mungkin ini bisa dianalogikan mirip dengan film karena aktor atau aktris bisa berperan dalam banyak film berbeda. Terus, bagaimana dengan kualitas grafik visualnya? Di mata penulis, Like a Dragon: Ishin! sudah menampilkan kualitas visual yang bagus meski belum ke tahap memanjakan mata. Game ini dibuat menggunakan Unreal Engine 4 yang mampu mengeluarkan visualisasi AAA di atas game sejenis yang masih memakai Unreal Engine 3.
Kalau bagi penulis, selain penampakan pertarungannya yang elite dan brutal, game ini juga indah ketika menggambarkan dunia Jepang pada zaman feodalisme. Kota atau desa akan terasa sangat "samurai' banget dan ini sudah membuktikan bahwa Ryu Ga Gotoku Studio bisa membuat game berlatar Jepang pada berbagai era.
Begitu juga dengan audionya, meski bukan audio yang terdengar bombastis dan mendayu-dayu di telinga, developer sudah mampu membuat semua suara dalam game ini terdengar solid. Audio di saat pertarungan terdengar pakem dan jelas ini menjadi poin lebih. Namun, apa yang penulis sukai justru pada suara percakapan karakter yang menggunakan bahasa Jepang.
5. Nostalgia game Yakuza pada era feodal Jepang

Tentu saja Like a Dragon: Ishin! bisa kamu koleksi karena ia menghadirkan segudang elemen apik untuk dimainkan. Ada beberapa alasan kenapa penulis menyukai game ini:
- Pertama, latar belakang pada Akhir Zaman Edo atau Bakumatsu tentunya membuat kisah Sakamoto Ryoma makin terlihat epik.
- Kedua, mekanisme gameplay-nya menyenangkan untuk dimainkan.
- Ketiga, developer memasukkan gaya pertarungan yang khas dan seru. Bahkan, dengan begitu banyaknya kombinasi gerakan atau jurus bakal membuat gamer gak akan kebosanan. Lalu, audio yang membuatnya makin tampak orisinal dan lekat dengan sejarah Jepang.
Namun, bukan berarti game ini bebas dari kekurangan. Selama memainkannya, penulis menemukan ada beberapa bug yang memengaruhi angka fps. Grafik atau visual yang hadir dalam game ini juga sepertinya bisa ditingkatkan lagi menjadi lebih realistis mengingat ia juga hadir untuk konsol canggih PS5 dan Xbox Series X/S.
Untuk PC, spesifikasi yang dibutuhkan adalah RAM 12 GB, VGA setara GTX 1650 Super, Prosesor Intel Core i5 generasi menengah, dan kapasitas HDD atau SSD sebesar 65 GB. Penulis memberikan skor 4,5/5 untuk Like a Dragon: Ishin! yang dijual seharga Rp648 ribu di Steam. So, apa kamu sudah siap menjadi kesatria elite Shinsengumi pada zaman Bakumatsu?