Bapak Julius Agus Salim merupakan founder PT Farmindo Inovasi Teknologi. Perusahaan yang berlokasi di Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat merupakan perusahaan yang memiliki fokus terhadap pembuatan drone.
Mengingat keberadaan drone yang ada di Indonesia terus didominasi oleh produk luar negeri. Melalui seminarnya di Public Safety Indonesia, beliau memaparkan lebih jelas mengenai perusahannya, produk serta pengaplikasian drone dalam berbagai bidang. Yuk, simak ulasan selengkapnya berikut ini!
PT Farmindo Inovasi Teknologi merupakan pabrik pertama di Asia Tenggara yang bergerak di bidang drone. Pabrik ini berdiri pada tahun 2016 dan telah banyak bekerja sama dengan beberapa institusi, seperti: TNI, POLRI, Basarnas dan BNPT.
Banyak pemikiran dari masyarakat yang masih menginginkan produk drone dari luar negeri seperti USA atau China. PT Farmindo Inovasi Teknologi, sebagai produser, melihat ini sangat berbahaya, sebab nantinya database akan disimpan di negara asal pembuat drone dan tidak menutup kemungkinan dapat disalahgunakan dan mengancam negeri sendiri. Selain itu, dewasa ini fungsi drone sangat dibutuhkan berbagai pihak dalam hal menjaga keamanan.
Tahun 2017, drone membantu pihak kepolisian dalam kasus operasi Tinobolo di Poso dan berhasil menangkap Santoso. Drone yang digunakan mampu menemukan pelaku yang bersembunyi di hutan dan di bawah pohon. Tentunya jika ini dilakukan sendiri oleh manusia akan sangat membahayakan nyawa.
Sebelum lahirnya drone, inspeksi kilang minyak dilakukan oleh manusia secara manual dengan memanjat. Setelah adanya drone, pihak perusahaan hanya perlu menerbangkannya untuk melihat apakah kilang minyak mengalami disfungsi, keretakan atau penuruan produktivitas. Selain hal ini, dapat juga digunakan untuk mencegah pencurian pipa dan mendeteksi pipa yang mengalami kerusakan dan dapat meledak.
Bekerjasama dengan jasamarga dapat mendeteksi tol maupun jembatan yang rusak. Tentunya, jika hal ini dibiarkan begitu saja dapat menimbulkan kecelakaan. Ke depannya akan bekerjasama dengan kereta api.
Bekerja sama dengan perusahaan Singapore dan Malaysia, dengan menggunakan berbagai aplikasi, guna mendeteksi BTS apakah masih bekerja dengan baik atau tidak. Data yang didapatkan dalam bentuk gambar kemudian diproses secara otomatis untuk mengetahui BTS mana yang membutuhkan penanganan dan perawatan.
Pertama, lebih aman untuk tenaga manusia, di mana mereka tidak perlu memanjat daerah berbahaya atau pergi ke tengah hutan. Kedua, lebih cepat dan praktis dalam mendapatkan data dan hasil. Ketiga, mudah untuk meintegrasikan dengan software pendukung.
Nah, gimana, kalian masih mau membeli dan menggunakan teknologi pesawat tanpa awak dari luar negeri? Padahal dari dalam negeri saja sudah ada yang sekeren ini.