7 Alasan Perkembangan Teknologi Jadi Penyebab Meningkatnya Perceraian

Seberapa sering kamu menyaksikan pasangan yang justru asyik menghabiskan waktu dengan gadget saat pergi berdua? Tentu cukup sering, kan? Mungkin kebiasaan tersebut terlihat sepele. Namun jika dilakukan terus menerus, pasangan akan kehilangan banyak waktu untuk satu sama lain.

Kebiasaan tersebut akhirnya membuat kita merasa lebih bahagia di dunia maya, terutama media sosial, daripada dengan pasangan. Jika salah satu pihak lelah dengan hal ini, perceraian pun akan menjadi salah satu alternatif untuk dipertimbangkan. 

Kemajuan teknologi membuat proses komunikasi semakin lancar. Kita bisa bertemu orang baru sekaligus menjalin hubungan dengan teman lama melalui media sosial. Sayangnya, ada konsekuensi yang muncul dari hal ini. Salah satunya adalah semakin terbukanya ruang untuk selingkuh, khususnya bagi pasangan yang sudah menikah. 

Dalam sebuah hubungan, tentu ada saat di mana kita merasa bosan dengan pasangan. Di saat itu, kita bisa saja bertemu dengan orang lain yang terlihat lebih baik daripada pasangan kita di media sosial. Kesempatan untuk menjalin hubungan gelap pun terbuka. Apalagi, kemungkinan untuk ketahuan cenderung lebih kecil ketika kita berhubungan di dunia maya.

Alasan berikutnya, semakin canggih teknologi, semakin tinggi pula tuntutan kebutuhan yang dimiliki masyarakat. Demi mengikuti perkembangan tersebut, tak jarang orang menjadi individualis. 

Mereka hanya mementingkan keinginan pribadi untuk membeli gadget baru, smartphone baru, dan lainnya. Sedangkan kehidupan perekonomian keluarga ditelantarkan. Dalam kata lain, mereka hanya memenuhi gengsi semata. 

Finansial adalah salah satu alasan kuat kenapa pasangan yang menikah bercerai. Daripada sakit hati melihat satu pihak menghambur-hamburkan uang, mereka akhirnya memilih berpisah.

Banyak loh, orang yang terobsesi dengan kehidupannya di media sosial. Mereka sangat fokus membangun jati diri di dunia maya. Tak jarang mereka juga terobsesi dengan jumlah followers, likes, dan komentar. 

Sementara itu, orang-orang tersebut juga memiliki suami atau istri yang harus diberikan perhatian. Semakin banyak waktu yang tersita untuk medsos, semakin tidak berkualitas pula waktu untuk orang terdekat. 

Tentunya hal ini akan mengganggu kehidupan rumah tangga. Si pasangan akan merasa tidak dihargai. Hubungan pun menjadi rawan terhadap cekcok dan pertengkaran karena hak dan kewajiban yang tidak dipenuhi.

Teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Ungkapan tersebut tampaknya benar. Bagi pasangan long distance relationship atau LDR, aplikasi chatting pasti sangat membantu mereka. 

Di sisi lain, aplikasi tersebut membuat kita malas untuk berkomunikasi langsung dengan orang lain, termasuk dengan pasangan sendiri. Menurut data dari USA Today, orang dewasa menghabiskan waktu 23 jam dalam seminggu untuk chatting. Walaupun tinggal serumah, ada orang yang masih memanfaatkan aplikasi chatting untuk berkomunikasi. 

Padahal, komunikasi tak langsung rawan menimbulkan kesalahpahaman. Pasalnya kita tidak bisa melihat ekspresi, gestur, dan aspek nonverbal lainnya. Lagi-lagi, akhirnya hal ini berujung pada pertengkaran. 

Pernahkah kamu memiliki pasangan yang selalu memintamu laporan pandangan mata? Mereka menuntutmu untuk memberi kabar di mana pun dan kapan pun. Nampaknya perilaku tersebut semakin terakomodasi dengan semakin majunya teknologi.

Pertama, adanya tanda read, online, dan last seen di aplikasi chatting membuat kita tidak bisa menghindar dari sifat posesif pasangan. Kita terpaksa selalu meladeni chat darinya karena ia tahu bahwa kita sedang online atau sudah membaca pesannya.

Lebih canggih lagi dari itu, hadir pula aplikasi pelacak yang bisa memberi tahu posisi pasangan kita. Contohnya Google Maps, Find My Friends, Geozilla, dan lain-lain. Aplikasi tersebut dapat melacak lokasi orang yang terhubung secara real time. Gimana gak makin posesif?

Beberapa tahun belakangan ini, terdapat sejumlah penelitian untuk mengetahui hubungan antara persoalan rumah tangga dan teknologi. Berikut ini beberapa di antaranya:

• Studi di Italia tahun 2010 menunjukkan bahwa suami istri yang memiliki televisi di kamar tidurnya 50 persen lebih jarang berhubungan seksual;
• Penelitian tahun 2008 di Inggris menemukan bahwa 33 persen orang berkirim email dan chat dengan orang lain ketika sedang di kamar bersama dengan pasangannya;
• Dilansir dari Relationship Advice, kasus perceraian lebih banyak terjadi pada suami istri yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk gadget daripada fokus ke hubungannya.

Wah, ternyata teknologi juga bisa berdampak buruk pada hubungan pernikahan, ya. Apa tanggapanmu soal masalah ini? Apakah kamu setuju atau tidak? Silakan tulis pendapatmu di kolom komentar!