TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Qualcomm Ingin Bawa 5G mmWave Secepat Kilat ke Indonesia

Sudah diujikan di Indonesia, lo!

VP 5G Business Development Qualcomm Communications, Philippe Poggianti (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)

Seiring bertambahnya kebutuhan koneksi internet di Indonesia, jaringan 4G sudah tidak cukup. Sebagai perusahaan telekomunikasi dan penyelenggara layanan 5G pertama di Tanah Air, Telkomsel ingin mengembangkan koneksi 5G andal melalui kerja sama dengan Ericsson dan Qualcomm.

Uji coba Telkomsel, Ericsson, dan Qualcomm terealisasi melalui Akses Nirkabel Tetap (FWA) di Danau Toba, Sumatra Utara dengan teknologi extended-range 5G, lebar pita 800MHz pada frekuensi milimeter-wave (mmWave) 26GHz. Jangkauan luas, kapasitas tinggi, dan rendah latensi, mmWave adalah transformasi digital di Tanah Air yang merata.

Keuntungan 5G mmWave dibanding 5G biasa

ilustrasi jaringan 5G (pexels.com/Z z)

Dalam kesempatan terpisah, Vice President Business Development Qualcomm Communications, Philippe Poggianti, menjelaskan kepada IDN Times mengenai 5G mmWave dan potensinya di Tanah Air.

Philippe menceritakan bahwa 5G mmWave adalah pita berfrekuensi tinggi yang sudah ada sejak 4 tahun lalu di AS. Dengan banyaknya spektrum 5G, maka normal 5G bisa disebut sebagai mid-band. Sementara 5G mid-band memiliki throughput yang baik, 5G mmWave memiliki throughput jauh lebih andal yang berarti kapasitas lebih banyak.

Saking andalnya, Philippe mengatakan bahwa 5G sejati adalah 5G mid-band yang diperkuat oleh 5G mmWave. Ia mengatakan bahwa ini sudah diterapkan di berbagai berbagai negara Eropa, AS, dan Asia (terutama Jepang)

"Berdiskusi dengan otoritas Indonesia, kami mendorong harapan bahwa 5G midband dan 5G mmWave harus dialokasikan kepada operator telekomunikasi Indonesia sehingga bisa mengambil keuntungan dari ekosistem ini," kata Philippe.

Baca Juga: Telkomsel Hadirkan Showcase Pemanfaatan 5G di Puncak KTT G20

Tetap stabil meski di tempat padat

Philippe menjelaskan keunggulan 5G mmWave adalah keandalannya mendukung 5G mid-band meski di area dengan populasi padat atau hot zone, dari stasiun kendaraan umum, pusat perbelanjaan, universitas, rumah sakit, hingga stadion. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa ini bisa diterapkan di berbagai kota besar Indonesia.

Ia mengatakan bahwa 5G mid-band sebenarnya memiliki throughput yang amat baik, hingga 300Mb/detik. Namun, saat dipasang di daerah hot zone, Philippe mengatakan bahwa throughput ini menurun.

Dengan penerapan di Danau Toba, throughput 5G mmWave mencapai 1GB/detik di jarak hampir 8km. Ini berarti jaringan andal yang mampu menjangkau rumah dan hotel di sekitar daerah Toba tanpa menanamkan fiber yang lebih banyak.

"Lebih hemat biaya untuk operator, sambil mempercepat laju di daerah terpencil yang butuh broadband dan penetrasinya di Indonesia," tambah Philippe.

ilustrasi stadion pertandingan sepak bola (unsplash.com/Mitch Rosen)

Philippe menjelaskan bahwa dengan HP saja, 5G mmWave bisa membantu menemukan rute, dan menonton pertandingan di stadion jadi salah satu area yang disasar 5G mmWave.

Sebagai contoh, Philippe menunjukkan penerapan 5G mmWave saat Piala Dunia 2022 di Qatar yang baru saja usai. Saat menonton, 5G mmWave membantu penonton untuk menyaksikan tayangan ulang dari berbagai sudut atau fokus ke pemain favorit.

"Kamera akan fokus dan mengikuti [pemain]. Dan, ini semua berbasis ponsel cerdas," kata Philippe.

5G mmWave bisa membantu mereka yang menyaksikan pertandingan di mana saja. Selain itu, koneksi uplink yang tinggi juga mempermudah analisis sebelum masuk ke stadion, tempat menukarkan tiket, hingga analisis keramaian untuk mencegah crowd crush.

Mendongkrak produktivitas lebih efisien

Selain unduh, Philippe menambahkan bahwa kecepatan unggah juga bertambah. Ini penting bagi UKM karena butuh uplink yang amat kuat. Tidak main-main, ia mengatakan bahwa uplink dengan 5G mmWave bisa mencapai 300 hingga 500 Mb/detik.

Berbicara mengenai bisnis, Philippe memprediksikan bahwa mmWave akan menguntungkan berbagai sektor usaha. Koneksi andal ini berarti perusahaan bisa menyambungkan robot, drone, dan kamera pengawas. Hasilnya, produktivitas bertambah, dan kesalahan produksi jadi berkurang secara signifikan.

"Jadi, bayangkan bahwa usaha membutuhkan pencitraan beresolusi tinggi ..., mengecek hasilnya butuh kamera beresolusi tinggi. Oleh karena itu, ini butuh banyak uplink agar analisis kamera bisa sampai ke platform awan dan diproses AI," ujar Philippe.

Bisa dipadukan dengan Palapa Ring

Presiden Joko Widodo bersama Menkominfo Rudiantara, Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Seskab Pramono Anung meresmikan pengoperasian Palapa Ring di Istana Negara, Jakarta, pada 14 Oktober 2019. Palapa Ring tersebut akan menghubungkan 514 kabupaten dan kota melalui koneksi internet. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Saat bekerja di rumah atau WFH, penetrasi broadband amat penting. Qualcomm menggunakan perangkat customer premises equipment (CPE) untuk FWA untuk menyediakan akses fiber nirkabel.

Selain dengan CPE, Philippe mengatakan bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) bisa menggunakan router nirkabel. Jika ditenagai dengan 5G mmWave layaknya di AS dan Australia, ia mengatakan bahwa kecepatan unduh bisa bertambah jadi beberapa Gb/detik.

Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong, menjelaskan bahwa dengan extended mmWave, CPE memiliki daya yang lebih besar sehingga jangkauan lebih luas. Sementara proyek Palapa Ring menyambungkan fiber di seluruh Indonesia, Shannedy mengatakan bahwa konektivitas last mile belum terpenuhi.

"Backhaul bisa dengan Palapa Ring, last mile-nya bisa pakai mmWave CPE," ujar Shannedy.

Baca Juga: Riset: Bagaimana Pengaruh Koneksi 5G dalam Dunia Medis?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya