Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memulai percakapan menggunakan ChatGPT (unsplash.com/Solen Feyissa)

Beberapa pengguna ChatGPT mungkin sudah terbiasa mengucapkan kata “tolong” dan “terima kasih” kepada chatbot AI. Walaupun terkesan basa-basi, kedua ucapan tersebut memberikan kesan sopan terhadap chatbot AI yang dianggap sudah membantu ketika pengguna merasa bingung atau kesulitan mencari ide dan inspirasi. Namun, tahukah kamu bahwa sering mengucapkan kata “tolong” dan “terima kasih” kepada chatbot AI ternyata memerlukan banyak usaha dari model AI itu sendiri?

Kegaduhan ini bermula dari sebuah cuitan di platform X pada 17 April 2025. Saat itu, seseorang bertanya kepada CEO OpenAI, Sam Altman: “Berapa banyak biaya listrik yang dihabiskan OpenAI hanya untuk memproses kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ dari para pengguna?” Altman pun menjawab dengan santai bahwa kebiasaan sopan seperti itu bisa saja membuat perusahaan merugi hingga puluhan juta dolar. Masa sih cuma karena bilang “tolong” dan “terima kasih”?

Lalu, apakah benar berkata sopan kepada AI bisa membuat OpenAI tekor? Jika memang bilang tolong ke ChatGPT ada biayanya, berapa sebenarnya biaya dari basa-basi ini? Mari kita bahas lebih dalam melalui penjelasan berikut!

1. Hitung-hitungan kasar interaksi tolong dan terima kasih setiap hari per akun

ilustrasi ChatGPT (pexels.com/Sanket Mishra)

Setiap hari, jutaan pengguna dari seluruh dunia berinteraksi dengan ChatGPT. Mulai menjawab pertanyaan, mencari inspirasi, menyusun kode, atau sekadar melempar obrolan ringan. Nah, ChatGPT membaca kata-kata ini dalam bentuk yang disebut token.

Token adalah satuan teks kecil yang digunakan oleh model AI untuk memahami dan memproses kalimat. Satu token bisa berupa satu kata utuh, bagian dari kata, atau bahkan tanda baca. Misalnya:

  • Kata “tolong” dihitung sebagai 1 token
  • Kata “terima kasih” dihitung sebagai 2 token
  • Kalimat “tolong bantu saya” bisa berjumlah sekitar 4 token

Biar lebih kebayang, yuk, coba hitung-hitungan kasarnya!

Bayangkan ada 100 juta interaksi per hari. Dalam setiap interaksi, pengguna menambahkan kata “tolong” atau “terima kasih”. Kira-kira kata tersebut menambah sekitar 3 token per obrolan.

Menurut data dari TechSpot, rata-rata biaya per 1.000 token sangat kecil yaitu $0.0000015–$0.000002. Jika dikonversikan ke rupiah (asumsi kurs 1 USD = Rp16.850 per 22 April 2025 pukul 10.36 WIB), biayanya sekitar Rp0,025–Rp0,034 per token. Jadi, kalau 1 pengguna menambahkan 3 token ekstra (penjumlahan token tolong dan terima kasih) karena bersikap sopan maka perhitungannya sebagai berikut:

  • Biaya per pengguna per interaksi = 3 token × Rp0,034 = sekitar Rp0,10
  • Kalau 1 orang berinteraksi sekali sehari, maka per tahun = Rp0,10 × 365 = Rp36,5

Artinya, per orang per tahun, biaya mengetikkan kata sopan tersebut hanya sekitar Rp36. Benar-benar kecil banget. Tapi jika dikalikan jutaan pengguna, totalnya bisa menyentuh angka miliaran rupiah dalam setahun. 

Jadi, meskipun buat satu orang biayanya nyaris gak terasa. Lain halnya perusahaan sekelas OpenAI, akumulasi kecil-kecil itu tetap punya dampak yang berarti. Tapi tetap saja, sopan itu bisa jadi investasi jangka panjang, kan?

Setiap token membutuhkan tenaga komputer untuk diproses yang berarti ada biaya listrik dan server yang harus dikeluarkan. Memang, biaya per token sangat kecil. Tapi kalau dihitung dari sekitar 100 juta interaksi setiap hari, tambahan kata-kata sopan seperti "tolong" dan "terima kasih" bisa memicu biaya sekitar Rp6,7 juta per hari atau Rp2,46 miliar dalam setahun. Sekilas memang tampak sepele, tapi ternyata kesopanan digital juga ada harganya.

2. OpenAI benar-benar mengeluarkan uang besar untuk energi dan konsumsi listrik

Editorial Team

Tonton lebih seru di