ilustrasi situs Chat GPT (dok. OpenAI)
ChatGPT merupakan produk artificial intelligence dari perusahaan OpenAI. Prototype chatbot ini disambut antusias oleh berbagai kalangan tech geek juga regular user. Teknologi ini bahkan mendapatkan satu juta pengguna pertamanya sebelum berusia satu minggu, melansir akun resmi CEO OpenAI, Sam Altman.
Popularitas teknologi AI ChatGPT memuncak karena dapat menjawab pertanyaan layaknya manusia. Bahkan jawabannya cukup rinci hingga terbentuk dialog layaknya obrolan.
Berbeda dengan mesin telusur biasa, AI tak sekadar memberikan tautan jawaban. Hasil dari penggunaan kode Phyton ini, mampu memecahkan masalah rumit melalui penjelasan rinci. Bahkan jika kamu mencari contoh kontrak kerja, ChatGPT bisa membuatkannya untukmu.
Saat ini, ChatGPT masih dalam proses penelitian dan pengembangan. Meski demikian, chatbot dari OpenAI ini sudah bisa digunakan dengan sangat baik. Penggunaan teknologi bahasa GPT-3.5 dan kumpulan berbagai sumber, membuatnya nyaris bisa menjawab dan mengikuti instruksi apa saja.
Namun, tetap saja, tak ada gading yang tak retak, ChatGPT pun menimbulkan pro kontranya sendiri. Artificial intelligence ini meningkatkan kekhawatiran akan peran manusia dalam beberapa sektor yang mungkin saja bisa dihapus, termasuk jurnalis hingga pemrogram di masa depan, melansir Forbes.
Selain itu, ChatGPT pun memiliki keterbatasan basis pengetahuan yang masih terbatas sampai 2021 saja. Ada juga kecenderungan untuk menghasilkan jawaban yang salah dan penggunaan frasa berulang. Meski demikian, bot ChatGPT bisa mengakui saat tak mampu menjelaskan atau keliru menampilkan jawabannya. Wah, menarik, ya!
Well, walaupun saat ini bisa digunakan secara gratis, Sam Altman selaku CEO OpenAI menyatakan adanya kemungkinan biaya obrolan. Ungkapan tersirat dalam balasan cuitan kepada Elon Musk tersebut mengisyaratkan adanya wacana monetisasi ChatGPT di masa mendatang.