Pulse oximeter mengukur kadar oksigen dengan memeriksa hemoglobin dan denyut alami aliran darah pembuluh arteri. Karena hemoglobin dapat menyerap cahaya, oksimeter dilengkapi dengan sumber dan pendeteksi cahaya, serta mikroprosesor untuk memantau hemoglobin.
Satu sisi oksimeter memiliki sumber cahaya merah dan inframerah. Dua cahaya tersebut disebarkan ke jaringan tubuh dengan pendeteksi cahaya di sisi lain oksimeter. Hemoglobin yang kaya oksigen pasti menyerap lebih banyak inframerah, dan yang kekurangan oksigen akan menyerap cahaya merah.
Mikroprosesor pada oksimeter digunakan untuk menghitung perbedaan kadar oksigen dan mengonversinya ke nilai digital. Selain SpO2, denyut jantung juga akan ditampilkan pada layar. Jika SpO2 berkisar 95-100 persen, maka hasilnya normal. Namun, jika turun hingga di bawah 85 persen, cepat cari bantuan medis.
pulse oximeter dengan medical grade (medicalnewstoday.com)
Sebelum memakai pulse oximeter, ingat hal-hal berikut:
- Apakah pasien butuh pengukuran SpO2 sekali saja atau secara kontinu? Jika sekali, maka oksimeter bisa dilepaskan sesudah pengukuran selesai
- Singkirkan hal-hal pada area pengukuran yang bisa menyerap cahaya. Digunakan di jari, singkirkan hal-hal seperti cat kuku agar pengukuran tetap akurat
- Hangatkan area yang akan diukur dengan oksimeter, karena suhu dingin menyebabkan aliran darah tidak lancar dan memengaruhi kalkulasi
- Pastikan tak ada gangguan secara eksternal. Jika terpapar cahaya terlalu terang, maka sensor cahaya oksimeter tidak bekerja, sehingga pengukuran tidak optimal
Jika sudah, oksimeter dapat dijepitkan pada jari tangan. Baringkan tangan di dada, tepat di atas jantung. Saat oksimeter bekerja, diharapkan tubuh tidak banyak bergerak.
Medicalogy memperingatkan bahwa penggunaan oksimeter tidak bekerja pada perokok. Ini karena oksimeter tidak dapat membedakan SpO2 dengan kepekatan karbonmonoksida pada hemoglobin. Oleh karena itu, berhentilah merokok demi kesehatanmu sendiri!