Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi operasi bedah dengan bantuan dokter robot
ilustrasi operasi bedah dengan bantuan dokter robot (freepik.com/Phonlamaistudio)

Intinya sih...

  • Agent Hospital, rumah sakit AI pertama di dunia

  • Rumah sakit ini mampu menangani hingga 10.000 pasien per hari dengan dokter AI yang dilatih dengan 500 ribu kasus pasien sintetis.

  • China juga meluncurkan DeepSeek AI, model bahasa medis open-source yang telah dipakai di lebih dari 260 rumah sakit di China.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kecerdasan buatan (AI) semakin membuktikan diri sebagai salah satu teknologi paling revolusioner abad ini. Bukan hanya di industri digital atau manufaktur, kini AI juga mulai membawa gebrakan baru dalam layanan kesehatan. China baru saja meluncurkan Agent Hospital, rumah sakit berbasis AI pertama di dunia yang diklaim mampu menangani hingga 10.000 pasien per hari. Terobosan ini bisa jadi langkah awal revolusi layanan kesehatan global.

Ambisi China dalam mengembangkan kecerdasan buatan memang sangat tinggi. Menurut laporan MedTech World, Negeri Tirai Bambu berencana menggelontorkan lebih dari 1,4 triliun dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp22,74 triliun hingga 2030 untuk pengembangan kecerdasan buatan. Sebagian besar dana itu diarahkan ke sektor kesehatan. Agent Hospital jadi bukti nyata dari ambisi tersebut. Rumah sakit ini mengandalkan sistem dokter AI yang bisa bekerja secara mandiri, mulai dari diagnosis, memberikan rekomendasi perawatan, hingga mendukung pengobatan pasien.

Penasaran bagaimana cara kerja Agent Hospital dan apa yang membuatnya berbeda dari layanan medis biasa? Simak pembahasannya sampai selesai!

1. Apa itu Agent Hospital?

ilustrasi dokter AI membantu meningkatkan akurasi diagnosis pasien (freepik.com/user4894991)

Agent Hospital pertama kali hadir pada 2024 dalam tahap uji coba internal dan belum resmi dibuka untuk publik. Saat itu, rumah sakit ini hanya memiliki 14 dokter AI. Namun, perkembangannya berlangsung sangat cepat. Kini, jumlahnya sudah mencapai 42 dokter AI dengan spesialisasi di 21 bidang medis, yang mampu menangani lebih dari 300 jenis penyakit. AI ini dilatih dengan 500 ribu kasus pasien sintetis dan bisa mencapai akurasi diagnosis hingga 93 persen. Bandingkan dengan dokter manusia yang butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai level keahlian serupa.

Berbeda dengan chatbot medis biasa, dokter AI di Agent Hospital bekerja dalam ekosistem tertutup yang dilengkapi simulasi pasien virtual dan alur kerja klinis. Inti dari Agent Hospital adalah MedAgent-Zero, kerangka kerja AI yang mampu berevolusi secara mandiri dan dikembangkan oleh AIR (Institut Penelitian Industri AI) Universitas Tsinghua. Pada 2024, startup spin-off Tsinghua bernama Zijing Zhikang juga meluncurkan “Dokter AI Zijing”, yang kini menjadi salah satu komponen inti dari ekosistem Agent Hospital.

2. Dari uji coba ke pelayanan publik

potret peresmian Rumah Sakit Agen AI Tsinghua (tsinghua.edu.cn)

Awalnya, Agent Hospital hanya sebatas uji coba internal. Namun, pada April 2025, rumah sakit ini resmi dibuka untuk publik lewat kerja sama dengan Rumah Sakit Chang Gung. Kehadirannya langsung menarik perhatian dunia karena teknologi ini dianggap sebagai jawaban atas kekurangan tenaga medis sekaligus solusi untuk membuka akses layanan kesehatan di daerah terpencil maupun wilayah konflik. Mengutip laman resmi Universitas Tsinghua, Jumat (22/08/2025), dokter AI di Agent Hospital bisa melayani berbagai bidang, mulai dari oftalmologi, pernapasan, hingga radiologi.

Lebih dari sekadar layanan, teknologi ini juga dipakai sebagai sarana pendidikan di Tsinghua untuk mencetak generasi baru “dokter kolaboratif AI”, dokter manusia yang bekerja berdampingan dengan AI. Tujuannya bukan untuk menggantikan peran tenaga medis, melainkan mempercepat alur kerja, mengurangi risiko kesalahan diagnosis, serta memperluas akses layanan kesehatan ke wilayah yang sulit dijangkau. Perluasan layanan kemudian dilakukan pada Mei 2025 melalui tahap II di Rumah Sakit Tsinghua Chang Gung Beijing. Kini kapasitasnya mampu menampung hingga 1.500 pasien rawat inap dan 10.000 pasien rawat jalan per hari. Hampir seluruh proses pasien, mulai dari pendaftaran, diagnosis, hingga manajemen infus, sudah terintegrasi penuh dengan sistem AI.

3. Peran DeepSeek dalam ekosistem AI medis China

logo DeepSeek AI (deepseek.com)

Selain Agent Hospital, China juga meluncurkan DeepSeek AI, model bahasa medis (LLM) open source yang dirancang khusus untuk digunakan di intranet rumah sakit. Jika Agent Hospital berbasis lingkungan virtual, maka DeepSeek lebih menekankan aspek keamanan data pasien dengan menjalankan seluruh proses secara lokal di intranet rumah sakit. Teknologi ini telah dipakai di lebih dari 260 rumah sakit yang mencakup 93,5 persen provinsi di China, dengan fungsi mulai dari analisis patologi otomatis, deteksi penyakit langka, skrining pasien, hingga dokumentasi medis berbasis AI.

Di Rumah Sakit Ruijin, DeepSeek mampu menganalisis hingga 3.000 slide patologis per hari. Sementara di Chengdu, teknologi ini mendukung layanan telemedicine dan manajemen penyakit kronis. Meski potensinya besar, tingkat adopsinya masih relatif rendah, baru sekitar 0,7 persen dari seluruh sistem kesehatan nasional China. Kondisi ini menunjukkan masih adanya kesenjangan, di mana rumah sakit besar sudah lebih maju dalam memanfaatkan AI, sementara fasilitas kesehatan di daerah tertinggal belum bisa mengakses teknologi serupa secara merata.

4. Tantangan dan masa depan rumah sakit berbasis AI di China

ilustrasi AI medis sebagai konsep layanan kesehatan masa depan (freepik.com/creativaimages)

Walau jalurnya berbeda, Agent Hospital dan DeepSeek memiliki tujuan yang sama, menghadirkan layanan kesehatan yang lebih cepat, inklusif, dan berbasis teknologi. Melalui Agent Hospital, kamu bisa melihat rumah sakit masa depan, di mana AI membantu dokter di daerah terpencil mendapat pelatihan tambahan, sementara pasien bisa berobat tanpa harus antre panjang atau terbebani biaya besar. Namun, penerapan rumah sakit berbasis AI tentu tidak lepas dari berbagai tantangan. Kecepatan, efisiensi, dan biaya memang bisa ditekan dengan teknologi, tetapi masih ada pertanyaan besar soal keterbatasan AI dalam mengambil keputusan medis. Bagaimana jika AI salah mendiagnosis? Siapa yang harus bertanggung jawab, dokter, pengembang AI, atau rumah sakit? Hal-hal seperti ini menjadi isu penting yang harus dijawab sebelum rumah sakit AI bisa benar-benar diterapkan secara luas.

Meski begitu, masa depan rumah sakit berbasis AI tetap menjanjikan. Lewat penelitian yang terus berkembang, integrasi teknologi seperti Agent Hospital dan DeepSeek berpotensi mempercepat transformasi layanan kesehatan di China. Jika tantangan etika, keamanan data, dan kesenjangan akses dapat diatasi, rumah sakit berbasis AI berpotensi menjadi standar baru dalam sistem kesehatan modern di masa depan.

Kehadiran Agent Hospital di China menjadi bukti nyata bahwa AI mulai mengubah wajah dunia medis. Ke depannya, tidak menutup kemungkinan teknologi ini akan diterapkan secara global, bukan hanya di China. Sudah siapkah kita menyambut layanan kesehatan berbasis AI yang bisa diakses tanpa batas jarak dan waktu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team