Ilustrasi robot kecerdasan buatan (unsplash/Xu Haiwei)
Lebih dalam dijelaskan, ketika mahasiswa menggunakan AI untuk brainstorming atau berdiskusi soal ide, itu tidak menjadi masalah. Misalnya, punya ide tapi merasa ada yang kurang, maka AI bisa membantu melengkapinya. Namun, ide awal dan pemikiran dasarnya tetap harus datang dari mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa juga harus memiliki kemampuan critical thinking dan problem solving agar tugas akhirnya bermanfaat.
Research question atau rumusan masalah tetap harus lahir dari diri mahasiswa. AI bisa digunakan untuk memperdalam riset, misalnya mencari tahu kondisi di Indonesia maupun di luar negeri, serta apa saja yang sudah dilakukan terkait masalah yang diangkat, baik di sektor lain maupun tempat lain.
"Itu sah-sah saja, tetapi pemikiran utamanya harus berasal dari mahasiswa," kata Prof. Esther lebih dalam.
Dalam penyusunan skripsi, AI juga boleh dipakai untuk hal-hal teknis seperti memperbaiki grammar atau tata bahasa. Apalagi sekarang, sudah ada opsi tugas akhir berbasis proyek. Mahasiswa bisa memanfaatkan AI dalam magang atau proyek tertentu, kemudian membuat laporan dari sana.
Hal itu justru bernilai tinggi. Jadi ke depan, tugas akhir bisa lebih project-based, dengan catatan etika penggunaannya tetap dijaga.