Mobil konsep otonom Mercedes-Benz (dok. media.mercedes-benz.com)
Komputasi neuromorphic kini mulai digunakan dalam aplikasi nyata, terutama pada robotika dan kendaraan otonom. Chip neuromorphic seperti Intel Loihi dan sistem SpiNNaker telah dimanfaatkan untuk mengolah data dari sensor vision berbasis event yang mampu mendeteksi perubahan cahaya secara real-time. Teknologi ini membuat kendaraan otonom maupun robot dapat menavigasi lingkungan, menghindari rintangan, dan merespons kondisi sekitar dengan cepat serta efisien energi. Dikutip dari IBM, neuromorphic computing menawarkan efisiensi daya yang jauh lebih tinggi dibandingkan sistem komputasi tradisional, sehingga cocok untuk aplikasi mobilitas pintar. Salah satu brand mobil ternama, Mercedes-Benz, bersama University of Waterloo sedang mengembangkan penelitian computing neuromorphic khusus pada pengaplikasian kendaraan otonom.
Tak hanya dalam dunia robotika maupun kendaraan otonom, komputasi neuromorphic juga telah berkembang di bidang medis. Laporan jurnal LWW (2025) menjelaskan bahwa teknologi ini diterapkan pada sistem pendukung keputusan bedah, yang memungkinkan dokter menerima peringatan serta rekomendasi instan selama operasi berlangsung. Dengan efisiensi energi yang tinggi, neuromorphic computing membantu proses pembedahan menjadi lebih aman dan presisi.
Selain itu, neuromorphic computing juga diaplikasikan dalam keamanan pangan melalui sensor pintar. Salah satunya adalah pengembangan lidah buatan (artificial tongue) yang meniru cara kerja indera perasa manusia. Menurut LiveScience, inovasi ini berfungsi untuk pengawasan kualitas pangan, mendeteksi bahan kimia berbahaya, hingga diagnostik cairan tubuh secara lebih akurat. LiveScience juga menambahkan bahwa lidah buatan tersebut bahkan mampu “belajar” seperti organ manusia dalam merasakan rasa dan zat tertentu.
Komputasi neuromorphic yang digadang-gadang akan membawa perubahan besar pada dunia teknologi. Di masa depan teknologi akan semakin bertambah canggih, beriringan dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Kemudian, kecanggihan teknologi telah mampu menyeimbangi dan mempermudah kerja manusia. Namun, tak sepenuhnya manusia boleh bergantung pada teknologi, semuanya tetap harus selaras dengan kehidupan yang juga butuh kinerja otak manusia.