Saya masih ingat betapa terkesannya saya saat pertama kali mencoba chatbot AI beberapa tahun lalu. Saat itu, teknologi ini terasa seperti sihir. Saya mengetik pertanyaan sederhana, dan dalam hitungan detik, mesin menjawab dengan kalimat yang terdengar begitu manusiawi. Sistem seperti ini memanfaatkan pemrosesan bahasa alami untuk membalas satu pertanyaan dengan satu jawaban. Formatnya kaku tapi mengesankan, terutama bagi orang awam yang baru mengenal AI. Namun setelah beberapa waktu, pola interaksi itu mulai terasa terbatas. Chatbot hanya menunggu perintah, tanpa inisiatif atau pemahaman konteks yang lebih dalam.
Kini, batas itu perlahan runtuh. Dunia sedang bersiap memasuki era baru yang disebut AI agentik. Bukan lagi sekadar menjawab, jenis AI ini mampu menggunakan penalaran kompleks dan perencanaan bertahap untuk menyelesaikan masalah secara mandiri. Rasanya seperti menyaksikan AI belajar berpikir, bukan sekadar meniru percakapan.
Teknologi ini menjanjikan lonjakan besar dalam produktivitas dan efisiensi, dan pelan-pelan mulai menyusup ke berbagai sektor industri. Lantas, apa sebenarnya AI agentik, dan seberapa besar pengaruhnya dalam kehidupan kita ke depan? Yuk simak lebih dalam.