Ganggu Akses Pengawas, Update Baru Facebook Tuai Kritik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Facebook telah meluncurkan update berupa perubahan news feed yang memblokir dan mengganggu pengawas (watchdogs) dalam memantau media sosial tersebut. Selain merugikan pihak pengawas, perubahan ini juga berisiko merugikan akses disabilitas netra dalam menggunakan Facebook.
Bagaimana fakta lengkapnya? Simak enam fakta berikut.
1. Organisasi The Markup telah menemukan bukti kuat
Bukti bahwa Facebook menambahkan perubahan pada kode situs web yang menghalangi pengumpulan data otomatis dari news feed ditemukan oleh The Markup. Perubahan ini punya dampak yang negatif bagi para peneliti dan jurnalis yang menggunakan metode tersebut untuk mengawasi Facebook.
Melansir The Markup, update ini melampirkan junk code ke fitur HTML yang dimaksudkan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi disabilitas netra. Tidak hanya itu, kode tersebut juga memengaruhi layanan pemblokiran iklan berbasis browser di Facebook.
2. Cara kerja update
Update ini menambahkan teks yang berlebihan dan tidak berguna ke unggahan news feed dalam bentuk tag ARIA. Tag ini adalah elemen kode HTML yang tidak ditampilkan secara visual oleh browser tetapi digunakan software pembaca layar untuk memetakan struktur dan membacakan konten halaman. Artinya, ARIA dapat membantu disabilitas netra dalam menggunakan platform tersebut.
Selain itu, kode tersebut juga digunakan oleh organisasi seperti Observatorium Iklan NYU (NYU's Ad Observatory) untuk mengidentifikasi unggahan yang disponsori di Facebook. Setelah identifikasi, proses berikutnya adalah pemeriksaan lebih lanjut.
3. Pihak Facebook mengaku tidak mengubah kode yang merugikan pihak pengawas
Menanggapi kontroversi perubahan kode, pihak Facebook angkat suara.
"Kami terus-menerus membuat perubahan kode di seluruh layanan kami, tetapi kami tidak membuat perubahan kode untuk memblokir proyek-proyek penelitian," jelas Lindy Wagner, Manager Komunikasi di Facebook.
Meskipun begitu, proyek The Citizen Browser yang bertujuan mengukur persebaran disinformasi mengalami penurunan tingkat pengumpulan data sejak awal September.
Penurunan inilah yang mendorong terjadinya investigasi yang akhirnya menemukan perubahan yang janggal. Hal ini makin aneh ketika sejumlah pengguna melaporkan penurunan efektivitas pemblokir iklan.
Baca Juga: Membantu Usaha, WhatsApp Uji Coba Fitur Pencarian Bisnis
Editor’s picks
4. Facebook pernah melakukan hal yang serupa sebelumnya
Perubahan kode yang merugikan pengawas dan disabilitas netra bukanlah hal yang baru. Faktanya, tahun 2019 Facebook membuat perubahan yang memblokir upaya pengumpulan iklan oleh ProPublica, Mozilla, dan WhoTargetsMe.
Tahun berikutnya, Quartz melaporkan bahwa disabilitas netra tidak dapat membedakan antara iklan dan unggahan teman karena Facebook tidak menyertakan label 'Disponsori' yang dapat dibaca software pembaca layar selama dua tahun sebelumnya. Lagi-lagi, penyebabnya adalah junk code.
5. Merupakan penyalahgunaan teknologi
Jared Smith selaku Direktur Asosiasi Penelitian Aksesibilitas dan Pelatihan Nonprofit di WebAIM, mengatakan bahwa pembaruan ini melanggar banyak aturan dasar desain aksesibilitas. Bukannya menyajikan struktur yang jelas dan sederhana, kode aksesibilitas ini malah sangat kompleks.
Ribuan kode ARIA yang dapat digunakan untuk aksesibilitas tetapi malah tidak mendukung hal itu tentunya punya risiko negatif untuk aksesibilitas.
"Kami telah melihat penyalahgunaan teknologi seperti ini untuk hal-hal seperti search engine optimization (SEO), tetapi kasus Facebook ada dalam skala yang sangat berbeda," ujarnya.
6. Menuai banyak kritik
Implementasi mekanisme yang tidak transparan ini mendapatkan kritik dari berbagai pihak. Blake E. Reid, profesor dari Sekolah Hukum Universitas Colorado mengatakan bahwa tim Facebook yang meluncurkan update tersebut tidak menyadari konsekuensi dari aspek aksesibilitas.
Senator Amerika Serikat untuk Oregon, Ron Wyden berpendapat,
"Sangat tercela bahwa Facebook menyalahgunakan fitur aksesibilitas bagi pengguna penyandang disabilitas hanya untuk menggagalkan penelitian dan jurnalisme yang sah."
Hal ini ditambah dengan kasus pemblokiran akun peneliti Observatorium Iklan NYU oleh Facebook dan pemberian data yang tidak lengkap untuk peneliti misinformasi. Oleh karena itu, hubungan peneliti dan Facebook makin buruk.
Seperti itulah kontroversi yang baru-baru ini melibatkan Facebook. Kabarnya, tim Facebook sedang menginvestigasi klaim ini. Bagaimana pendapatmu?
Baca Juga: Facebook Hapus Akun Jaringan dari Rusia yang Anti-Vaksin