Peluncuran Satelit Nusantara Lima (N5) pada 10 September 2025 dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat menjadi momentum bersejarah bagi Indonesia. Setelah tertunda tiga hari akibat cuaca buruk dan potensi kendala teknis, roket Falcon 9 milik SpaceX akhirnya sukses meluncurkan N5 menuju orbit transfer geostasioner. Berkat kapasitas hingga 160 Gbps, satelit ini digadang sebagai yang terbesar di Asia Tenggara dan diproyeksikan memperluas akses internet hingga pelosok nusantara.
Satelit Nusantara Lima (N5) siap melangit dari Landasan 40 Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral. Kurang dari 30 menit setelah lepas landas, satelit produksi Boeing ini mulai menempuh perjalanan menuju orbit geostasioner (sekitar 35 ribu kilometer di atas permukaan bumi). N5 merupakan satelit terbaru milik PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) yang didesain untuk mendukung konektivitas digital nasional melalui teknologi Very High Throughput Satellite (HTS).
Kehadiran N5 menambah daftar panjang kiprah satelit Indonesia, setelah Palapa A1 pada 1976, Nusantara Satu pada 2019, dan SATRIA-1 pada 2023. Dibanding pendahulunya, Nusantara Lima memiliki kapasitas dan jangkauan lebih luas, sehingga diharapkan menjadi pilar baru pemerataan digital. Tidak hanya itu, keberadaannya juga menegaskan peran Indonesia sebagai pengelola teknologi satelit untuk kepentingan rakyat. Lalu, mengapa Satelit Nusantara Lima (N5) dianggap sebagai poros kedaulatan satelit Indonesia? Simak penjelasan berikut!