Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
tampilan ChatGPT. (unsplash.com/ Solen Feyissa solenfeyissa)
tampilan ChatGPT. (unsplash.com/ Solen Feyissa solenfeyissa)

OpenAI mengawali seri "12 Days of OpenAI" dengan mengumumkan layanan berlangganan terbarunya, ChatGPT Pro. OpenAI hadirkan ChatGPT Pro sebagai layanan premium yang dibanderol 200 dolar AS per bulan atau sekitar Rp3 jutaan. Harga ini sepuluh kali lipat lebih mahal dari ChatGPT Plus yang hanya dibanderol 20 dolar AS.

Selain itu, OpenAI juga merilis o1 pro mode dan o1 versi full. Sebelumnya, model o1 masih berstatus preview bagi pengguna ChatGPT Plus. Berikut ulasan ChatGPT Pro, o1 pro mode dan o1 versi full dari OpenAI. 

1. Apa saja yang didapat pengguna ChatGPT Pro?

ChatGPT Pro memberikan akses tanpa batas ke seluruh model terkini OpenAI. Pengguna bisa memanfaatkan model o1, GPT-4o, dan Advanced Voice Mode tanpa batasan. Menariknya, pengguna ChatGPT Pro akan dapat akses eksklusif ke o1 pro mode. OpenAI berencana untuk menambahkan lebih banyak fitur untuk tier langganan ini. 

Layanan premium ini menargetkan pengguna berat seperti peneliti dan insinyur. Jason Wei dari tim teknis OpenAI menyatakan, target utama ChatGPT Pro adalah pengguna yang ingin mendorong batas kemampuan model mereka untuk tugas matematika, pemrograman, dan penulisan akademis tingkat lanjut. Namun, beberapa pihak mengkritik langkah ini karena dianggap melenceng dari visi OpenAI untuk membuat AI mereka bisa diakses masyarakat luas. 

Melansir Tech Crunch, OpenAI dirumorkan akan menaikkan harga ChatGPT Plus menjadi 44 dolar AS (sekitar Rp700 ribu) per bulan pada 2029. OpenAI sendiri meraup pendapatan bulanan hingga 300 juta dolar AS (Rp4,7 juta triliun) pada Agustus lalu. Namun, perusahaan ini diperkirakan merugi sekitar 5 miliar dolar AS (Rp7.900 triliun) tahun ini akibat tingginya biaya operasional. OpenAI dinilai sedang berusaha memperkecil kerugian ini. 

2. Spesifikasi o1 Pro Mode

perbandingan benchmark o1-preview, o1 full dan o1 pro mode. (dok. OpenAI)

o1 pro mode hadir sebagai model eksklusif ChatGPT Pro. Model ini merupakan tingkat lanjut dari o1. Versi pro mode menggunakan daya komputasi lebih besar dan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan pengguna. Model ini dirancang khusus menangani pertanyaan dan tugas kompleks melalui proses penalaran mendalam. Saat memproses tugas rumit, o1 pro mode akan menampilkan bar proses yang dapat memakan waktu hingga beberapa menit. 

o1 pro mode menunjukkan performa luar biasa dalam berbagai pengujian standar yang mengukur kecerdasan AI. OpenAI menerapkan metode evaluasi "4/4 reliability" yang ketat, di mana model harus menjawab benar empat kali berturut-turut untuk dianggap berhasil. Standar ini memastikan jawaban model konsisten dan dapat diandalkan, bukan sekadar kebetulan benar.

o1 pro mode mencapai akurasi 86 persen dalam tes matematika AIME 2024, meningkat dari o1 dengan 78 persen dan o1-preview dengan 50 persen. AIME sendiri adalah kompetisi matematika bergengsi untuk siswa SMA Amerika. Di Codeforces, platform kompetisi pemrograman kompleks, o1 pro mode mencapai persentil ke-90, sedikit lebih tinggi dari o1 di persentil ke-89 dan jauh mengungguli o1-preview di persentil ke-62. Meski terjadi peningkatan drastis dari o1-preview ke o1, selisih performa antara o1 dan o1 pro mode tidak terlalu signifikan dalam bidang pemrograman.

Dalam tes GPQA Diamond, serangkaian pertanyaan sains tingkat doktoral yang mencakup berbagai disiplin ilmu, o1 pro mode mencapai akurasi 79 persen. Pencapaian ini melampaui o1 yang mencapai 76 persen dan o1-preview dengan 74 persen. Meski peningkatannya lebih moderat dibanding benchmark lain, angka ini memberi gambaran kedalaman pemahaman model ini terhadap konsep-konsep sains kompleks.

o1 pro mode cocok untuk tugas-tugas berat berkat kemampuan penalaran tingkat lanjutnya. Melansir Mashable, model ini sangat berguna di bidang data science, pemrograman, dan analisis hukum karena tingkat akurasi dan reliabilitasnya yang tinggi. Para peneliti dapat memanfaatkan o1 pro mode untuk mengotomatisasi tugas-tugas riset seperti review literatur, analisis data dan perhitungan matematika. Melansir Datacamp, o1 pro mode juga dapat membantu pengacara menganalisis dokumen legal dan mencari preseden hukum yang relevan. 

3. OpenAI rilis o1 versi full

OpenAI menghadirkan versi full dari o1 sebagai pengganti o1-preview untuk seluruh pengguna berbayar ChatGPT. Model yang sebelumnya diberi nama alias sebagai "Project Strawberry" ini membawa peningkatan substansial dari versi preview. Melansir ZD Net, versi full lebih akurat sebesar 34 persen dan 50 persen lebih cepat.

Performa o1 terbukti cukup baik melalui berbagai pengujian. Melansir VentureBeat, model ini memecahkan 83 persen soal kualifikasi Olimpiade Matematika Internasional, jauh melampaui GPT-4o yang hanya mencapai 13 persen. Di sisi keamanan, o1 full meraih skor 84 dalam tes evaluasi, mengalahkan skor 22 yang diraih model sebelumnya. 

o1 kini dilengkapi kemampuan multimodal yang memungkinkan analisis gambar. OpenAI berencana menghadirkan model ini ke dalam API mereka. Pengembangan API akan mencakup penggunaan tool eksternal, analisis gambar, browsing, dan dukungan pengunggahan berbagai jenis file.

o1 adalah model penalaran (reasoning) yang memecah masalah rumit menjadi tahapan logis sebelum memberi jawaban. Model semacam ini  berusaha meniru cara berpikir dan bernalar manusia. Model reasoning seperti o1 mulai menjadi tren baru di industri AI. Selain OpenAI, perusahaan teknologi Tiongkok seperti Alibaba dan DeepSeek juga telah meluncurkan model serupa. 

OpenAI hadirkan ChatGPT Pro membuat banyak pertanyaan penting tentang masa depan AI. Akankah ke depannya teknologi canggih ini dapat diakses secara merata oleh berbagai lapisan masyarakat? Atau AI justru akan menciptakan jurang kesenjangan baru yang lebih dalam dan lebar?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik