Stadion Al Bayt, Qatar (Dok. FIFA)
Konsep pendingin raksasa ini menggunakan kombinasi isolasi dan alat yang disebut Dr. Saud sebagai 'targeted or spot cooling'. Inovasi tersebut memungkinkan pendingin hanya berada di tempat orang berada.
Jika digambarkan, di area penonton dan pemain seperti ada gelembung dingin. Adapun stadion bertindak sebagai penghalang agar dingin yang dihasilkan tidak menguar keluar.
Sistem ini memungkinkan udara dingin masuk melalui panggangan di tribun dan nosel besar yang ada di lapangan. Selanjutnya, udara yang didinginkan ditarik kembali untuk disaring, baru kemudian didorong ke area lapangan.
"Hal terpenting untuk mendinginkan secara efektif adalah Anda tidak ingin angin luar masuk ke stadion. Itu sebabnya ukuran dan desain stadion harus dipelajari dan diubah sesuai sehingga menghalangi udara hangat masuk. Stadion." jelas Dr. Saud pada situs FIFA.
Pada penerapannya, Dr. Saud menguji bagaimana bangunan stadion bereaksi terhadap angin dengan kecepatan berbeda. Kamera digunakan untuk memantau arah udara masuk dan keluar stadion. Selanjutnya, pendingin diletakkan sesuai dengan hasil pengamatan.
Uniknya, Dr. Saud mengimplementasikan teknologi berbeda pada masing-masing stadion. Stadion Al Bayt yang jadi lokasi penampilan Fahad al Kubaisi dan Jungkook saat opening, misalnya. Stadion ini awalnya memiliki rancangan fasad lebih gelap. Pada penerapannya diubah menjadi lebih terang. Dengan demikian, dapat menurunkan suhu di dalam stadion sekitar 5 derajat Celsius.
Di stadion Al Janoub, diffuser dipasang di bawah kursi untuk mendorong udara keluar secara miring. Pemasangan tersebut memungkinkan suhu stadion terasa nyaman 18-24 derajat Celsius.
Hal yang membuatnya makin canggih, seluruh tenaga pendingin ruangan ini memanfaatkan energi surya. Rangkaiannya menggunakan insulasi dan pendinginan titik sehingga membuatnya lebih ramah lingkungan.