Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tingginya Paparan Digital dan Rendahnya Literasi AI Bisa Jadi Ancaman

ilustrasi AI generatif (unsplash.com/Solen Feyissa)
Intinya sih...
  • Masyarakat Indonesia mulai sadar akan penggunaan kecerdasan buatan generatif (Gen-AI)
  • Mayoritas masyarakat menyadari pengaruh konten buatan AI terhadap opini publik dan merasa rentan
  • Rendahnya pemahaman masyarakat tentang teknologi AI memicu penyebaran disinformasi yang masif

Masyarakat Indonesia mulai menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap penggunaan kecerdasan buatan generatif (Gen-AI). Riset terbaru dari Luminate dan Ipsos mengungkap fakta yang mengkhawatirkan.

Sebagian besar masyarakat masih belum cukup pandai dalam mengenali disinformasi luas melalui platform digital. Di negara dengan tingkat aktivitas digital yang tinggi seperti Indonesia, hal ini menjadi peringatan serius akan perlunya peningkatan literasi AI secara menyeluruh.

1. AI bisa memengaruhi pandangan politik masyarakat

Gambar abstrak bola dengan titik dan garis. (unsplash.com/@growtika)

Riset menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menyadari betapa besar pengaruh konten buatan AI terhadap opini publik. Sebanyak 75% responden percaya bahwa konten dari AI dapat membentuk pandangan politik masyarakat secara luas.

Bahkan, 72% mengakui bahwa konten semacam itu bisa memengaruhi orang-orang terdekat mereka, dan 63% merasa diri mereka sendiri juga rentan. Menariknya, sepertiga dari responden merasa tidak akan terpengaruh.

Padahal dari kelompok ini, 42% justru tidak yakin bisa membedakan konten asli dan konten hasil AI. Hal ini mengindikasikan celah besar dalam literasi digital dan kemampuan kritis terhadap informasi.

"Kami melihat pola yang konsisten di berbagai negara; semakin banyak orang memahami AI, semakin besar kemungkinan mereka menyadari risikonya. Begitu pula dengan Indonesia. Jika kita ingin membangun masyarakat yang tangguh terhadap disinformasi, kita perlu berinvestasi dalam meningkatkan kesadaran komunitas, bukan hanya di kalangan digital native, tapi di seluruh lapisan masyarakat." ucap Dinita Putri, praktisi tata kelola data dari Luminate, dalam keterangan tertulis (26/5/2025). 

2. Tingginya paparan digital dan risiko disinformasi

Sebagai salah satu negara paling aktif secara digital, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menghadapi disinformasi yang dipicu oleh teknologi AI. Survei menunjukkan bahwa lebih dari 90% responden menggunakan WhatsApp setiap hari, diikuti dengan tingginya konsumsi konten di Instagram, Facebook, dan TikTok.

Dengan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap teknologi AI, terutama di luar kalangan digital native, disinformasi menjadi lebih mudah menyebar secara masif. Ini menjadi alarm bagi negara dengan lebih dari 204 juta pemilih. Ini memungkinkan adanya potensi manipulasi opini publik melalui teknologi deepfake dan konten palsu.

3. Literasi digital menjadi kunci

Ilustrasi pendidikan di Indonesia (Pexels.com/Haidar Azmi)

Untuk mengatasi ancaman disinformasi, peningkatan literasi AI menjadi langkah krusial. Inisiatif seperti Kerangka Kerja Literasi AI Indonesia yang diluncurkan oleh ICT Watch menyoroti pentingnya pendekatan yang inklusif dan berbasis hak asasi manusia.

Kerangka ini menekankan tiga dimensi utama, yaitu kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial (GEDSI), kondisi sosial ekonomi, dan kesejahteraan.

Riset global juga menunjukkan tren serupa. Di negara-negara maju dan berkembang, semakin tinggi pemahaman publik terhadap AI, semakin kuat pula kesadaran terhadap dampak sosial dan politiknya.

"Literasi AI adalah fondasi penting untuk memastikan masyarakat dapat berinteraksi dengan teknologi secara etis, inklusif, dan bertanggung jawab,” kata Prasasti Dewi, Direktur Program ICT Watch, yang baru saja meluncurkan Kerangka Kerja Literasi AI Indonesia.


Di era digital yang semakin canggih, pemahaman tentang kecerdasan buatan menjadi hal yang krusial. Literasi AI yang merata bisa menjadi solusi dalam menjaga integritas demokrasi. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us