Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Darren Tiumalu)

Musim kemarau ternyata sering dipilih oleh banyak orang sebagai waktu favorit untuk mendaki gunung, sebab jalur pendakian yang terasa lebih kering dan juga potensi hujan yang lebih kecil. Namun, di balik cuaca cerahnya, ternyata musim kemarau juga memiliki tantangan tersendiri yang tidak bisa disepelekan oleh para pendaki pemula atau yang telah berpengalaman.

Kondisi alam yang mungkin terlihat bersahabat bisa saja menipu, bahkan berpotensi menimbulkan kelelahan atau bahaya serius apabila tidak dipersiapkan dengan baik. Oleh sebab itu, perhatikan beberapa tantangan berikut ini yang mungkin muncul pada saat mendaki gunung di musim kemarau agar nantinya bisa dipersiapkan dengan baik dan lebih waspada.

1. Risiko dehidrasi yang lebih tinggi

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Miroslav Staševskij)

Cuaca panas dan kering ketika musim kemarau tiba akan membuat tubuh jadi lebih cepat kehilangan cairan, sehingga mudah merasa lelah. Hal ini membuat para pendaki jadi rentan mengalami kondisi dehidrasi tanpa disadari, khususnya apabila kurang minum atau tidak membawa persediaan air yang cukup.

Pastikan untuk selalu membawa air minum dalam jumlah yang cukup dan minumlah secara rutin, meski tidak merasa haus. Mengonsumsi makanan tinggi air, seperti buah juga cukup efektif untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh selama proses pendakian agar tetap aman tanpa masalah.

2. Paparan sinar matahari berlebihan

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Yevhen Sukhenko)

Langit yang cerah sepanjang hari ternyata kerap membuat para pendaki jadi lebih sering terpapar sinar matahari secara langsung, khususnya di area terbuka atau di atas batas pepohonan. Hal ini tentu akan rentan sekali menimbulkan kondisi kulit terbakar atau heatstroke apabila tidak terproteksi dengan baik.

Kamu disarankan untuk selalu menggunakan topi, kacamata hitam, hingga sunscreen dengan SPF yang cukup tinggi untuk meminimalisir efek buruk dari paparan sinar UV. Memakai pakaian lengan panjang juga cukup efektif apabila bahannya dapat menyerap keringat, sehingga tidak sampai mudah kepanasan.

3. Jalur yang berdebu dan licin

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Tanah yang mengering pada musim kemarau ternyata akan sangat rentan berubah menjadi debu halus yang berterbangan pada saat tidak sengaja dilewati. Hal ini tentu dapat berpotensi menimbulkan masalah pernapasan, namun juga bisa membuat kondisi jalur berubah menjadi licin dan rawan sekali tergelincir pada saat melewatinya.

Kamu disarankan untuk menggunakan masker atau buff untuk memproteksi hidung dan juga mulut dari paparan debu halus yang muncul. Pilihlah sepatu gunung dengan bagian sol yang kuat agar nantinya tetap stabil pada saat harus melewati kondisi jalanan berpasir atau pun berbatu lepas.

4. Potensi kebakaran hutan

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Clem Onojeghuo)

Musim kemarau ternyata akan sangat meningkatkan risiko kebakaran hutan yang mungkin terjadi, terutama apabila ada aktivitas pendakian yang justru lalai, seperti membuat api unggun sembarangan. Api akan dengan mudah menyebar melalui hembusan angin dan kondisi vegetasi yang cukup kering.

Selalu patuhi aturan taman nasional dan juga menghindari kebiasaan membakar sampah atau membuat api di area yang tidak diizinkan. Waspadai berbagai tanda-tanda asap atau bau hangus yang mungkin muncul, serta segala laporkan pada pihak berwenang apabila menemukan hal tersebut.

Mendaki di musim kemarau memang menawarkan keindahan dan kemudahan tersendiri dalam akses jalur. Namun, ingatlah bahwa ada berbagai potensi risiko yang tidak bisa kamu sepelekan. Kesiapan dan kesadaran akan kondisi alam merupakan kunci utama untuk menunjang keselamatan pada saat mendaki!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team