Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi musim gugur di Jepang
ilustrasi musim gugur di Jepang (commons.wikimedia.org/Martin Falbisoner)

Musim gugur di Jepang selalu menarik perhatian wisatawan karena suasananya yang tenang dan warnanya yang khas. Dedaunan berubah menjadi gradasi merah, oranye, dan kuning yang menciptakan pemandangan seperti lukisan di dunia nyata. Di waktu ini, suhu mulai sejuk, udara bersih, dan banyak tempat wisata menawarkan pengalaman khusus yang hanya bisa kamu rasakan di musim ini.

Tapi kalau kamu bosan dengan aktivitas seperti melihat daun di taman kota atau berjalan di kawasan ramai seperti Arashiyama, ada banyak hal lain yang bisa dicoba. Beberapa tempat bahkan belum banyak dikunjungi wisatawan asing, padahal punya daya tarik unik dan mudah dijangkau. Inilah lima aktivitas anti mainstream yang bisa kamu pilih untuk menikmati musim gugur di Jepang dengan cara yang berbeda.

1. Menyusuri Pegunungan Kyoto dengan Sagano Romantic Train

Sagano Romantic Train (commons.wikimedia.org/pang yu liu)

Kyoto selalu jadi destinasi utama saat musim gugur, tapi sedikit orang tahu kalau ada cara berbeda untuk menikmati keindahannya. Oleh karena itu naiklah Sagano Romantic Train, kereta wisata terbuka yang berjalan dari Arashiyama menuju Kameoka melalui lembah Sungai Hozu. Perjalanannya sekitar 25 menit dan menawarkan pemandangan dedaunan merah keemasan dari jarak sangat dekat.

Tiket kereta ini bisa dibeli di Stasiun Torokko Saga atau secara online seharga sekitar 880 yen per orang. Jadwal keberangkatannya dari pagi hingga sore, dan kursi cepat habis di bulan November. Kalau ingin pengalaman lebih seru, kamu bisa lanjut naik perahu menyusuri Sungai Hozu setelah turun dari kereta. Kombinasi perjalanan darat dan air ini bikin kamu melihat sisi Kyoto yang jarang diliput turis biasa.

2. Berburu daun momiji di Gunung Nasu Prefektur Tochigi

daun momiji di Gunung Nasu (commons.wikimedia.org/Raita Futo)

Sekitar dua jam perjalanan dari Tokyo, Gunung Nasu di Prefektur Tochigi menawarkan salah satu panorama musim gugur paling indah yang belum terlalu ramai. Kawasan ini punya jalur pendakian ringan dengan pemandangan lembah penuh warna. Ada juga ropeway yang membawamu naik ke ketinggian 1.684 meter untuk melihat pemandangan luas pegunungan yang diselimuti warna merah dan oranye.

Kamu bisa naik kereta Shinkansen ke Stasiun Nasushiobara, lalu lanjut bus menuju area Nasu Ropeway. Tiket naik gondola sekitar 1.800 yen pulang pergi dan biasanya beroperasi hingga pertengahan November. Di sekitar area bawah gunung juga ada banyak kafe kecil dan onsen publik, jadi kamu bisa beristirahat sambil menikmati udara sejuk. Tempat ini cocok untuk kamu yang ingin suasana pegunungan tanpa keramaian turis.

3. Menyusuri jalur bersejarah Nakasendo dari Magome ke Tsumago

Jalur Nakasendo (commons.wikimedia.org/Andy king50)

Kalau kamu suka hiking ringan sambil melihat pedesaan Jepang yang klasik, jalur Nakasendo di Prefektur Gifu dan Nagano bisa jadi pilihan. Jalur ini dulu digunakan pada era Edo untuk perjalanan antara Kyoto dan Tokyo. Bagian paling populer dan mudah diakses adalah rute dari Magome ke Tsumago, yang bisa ditempuh sekitar 3 jam berjalan santai.

Selama perjalanan, kamu akan melewati hutan bambu, jembatan kayu, dan rumah tradisional bergaya Edo yang masih dipertahankan. Jalurnya sudah diberi papan petunjuk dan aman untuk pejalan kaki. Untuk ke sana, kamu bisa naik kereta JR Chuo Line ke Nakatsugawa, lalu lanjut bus lokal ke Magome. Musim gugur adalah waktu terbaik karena pepohonan di sepanjang jalan berubah warna, membuat perjalanan terasa tenang dan autentik.

4. Mencicipi kuliner musim gugur di pasar tradisional Jepang

ilustrasi Nishiki Market (unsplash.com/Owen Roth)

Jepang terkenal dengan bahan makanan musiman dan musim gugur disebut-sebut sebagai periode terbaik untuk mencicipi kuliner lokal. Di pasar seperti Nishiki Market di Kyoto atau Omicho Market di Kanazawa, kamu bisa menemukan makanan khas musim gugur seperti jamur matsutake, ubi panggang, ikan sanma, dan buah kesemek.

Banyak penjual menyiapkan hidangan siap makan, jadi kamu bisa mencicipinya sambil berkeliling tanpa harus duduk di restoran. Harga makanan di pasar biasanya lebih terjangkau dibanding restoran, berkisar antara 300 hingga 800 yen per porsi kecil. Selain itu, kamu juga bisa mencoba minuman hangat khas musim gugur seperti teh hojicha atau amazake. Pasar tradisional ini jadi tempat terbaik untuk mengenal cita rasa Jepang di musim gugur tanpa perlu jauh-jauh keluar kota.

5. Menjelajahi keindahan Danau Towada di perbatasan Aomori dan Akita

Danau Towada (commons.wikimedia.org/lienyuan lee)

Kalau kamu ingin menjauh dari hiruk-pikuk kota besar, Danau Towada adalah tempat yang sempurna. Terletak di perbatasan Prefektur Aomori dan Akita, danau vulkanik ini dikelilingi hutan lebat yang berubah warna setiap Oktober hingga awal November. Warna dedaunan di sekitar danau memantul di permukaan air jernih, menciptakan pemandangan yang sangat kontras dan alami.

Untuk mencapai lokasi ini, kamu bisa naik kereta Shinkansen ke Stasiun Hachinohe, lalu lanjut bus lokal sekitar dua jam menuju area danau. Di sekitar Towada ada beberapa spot menarik seperti Air Terjun Choshi Otaki dan jalur jalan kaki di sepanjang Sungai Oirase. Banyak penginapan kecil yang menawarkan pemandangan langsung ke danau, sehingga kamu bisa menikmati suasana tenang khas utara Jepang. Tempat ini jarang dikunjungi turis asing, jadi cocok untuk kamu yang ingin pengalaman yang benar-benar berbeda.

Musim gugur di Jepang bukan hanya soal melihat daun merah di tempat populer seperti Kyoto atau Tokyo. Banyak lokasi lain yang menawarkan pengalaman lebih tenang dan autentik, lengkap dengan akses mudah serta fasilitas wisata yang nyaman. Jadi, kalau nanti kamu berencana ke Jepang di musim gugur, jangan ragu untuk mencoba jalur dan tempat yang belum banyak dikunjungi orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team