ilustrasi smoothies bowl (pexels.com/Jane Trang Doan)
Ketika tinggal atau berlibur di luar negeri, kamu mungkin akan menghadapi perbedaan besar dalam jenis makanan yang tersedia dan gaya hidup makan yang berbeda.
Di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Utara, gaya hidup makan seringkali lebih terstruktur dan fokus pada pola makan yang sehat, dengan penekanan pada konsumsi sayuran, protein nabati, dan mengurangi asupan gula dan lemak jenuh. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan pola makan yang lebih beragam dan mungkin lebih tinggi kalorinya.
Untuk mengatasi culture shock terkait perbedaan kuliner, penting untuk bersikap terbuka dan mencoba berbagai jenis makanan yang ditawarkan di destinasi yang kamu kunjungi. Selain itu, kamu juga dapat mencari restoran atau toko yang menyediakan masakan Indonesia atau makanan halal sebagai alternatif jika kamu merindukan cita rasa khas dari rumah.
Menyadari bahwa makanan adalah salah satu cara terbaik untuk memahami budaya suatu tempat, kamu juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelajahi kuliner lokal dan belajar lebih banyak tentang kebiasaan makan setempat.
Menghadapi culture shock saat tinggal atau berlibur di luar negeri memang tidak selalu mudah, tetapi dengan sikap terbuka, kesiapan untuk belajar, dan kesabaran, kamu dapat mengatasi hal ini dengan lebih baik. Penting untuk ingat bahwa culture shock adalah bagian alami dari pengalaman beradaptasi dengan lingkungan baru dan dapat menjadi kesempatan untuk belajar.
Dengan mempersiapkan diri secara mental dan emosional, serta mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul, kamu dapat menjadikan pengalaman tinggal atau berlibur di luar negeri sebagai pengalaman yang berharga dan berkesan.