10 Culture Shock Liburan di Pakistan di Mata Wisatawan

Pakistan atau nama resminya Republik Islam Pakistan merupakan salah satu negara di Asia Selatan yang memiliki banyak destinasi wisata menarik dan seru untuk dikunjungi, terutama bagi kamu pencinta sejarah.
Di Negeri Seribu Cahaya ini, terdapat beragam situs peninggalan budaya Neolitik, Peradaban Lembah Sungai Indus, Hindu, Persia, Kekhalifahan Ummayah, Kekaisaran Maurya, Kekaisaran Mongol, Kesultanan Mughal, Kemaharajaan Sikh, hingga imperialisme Inggris.
Banyak wisatawan yang merencanakan liburan ke Pakistan karena daya tariknya. Mereka membaca banyak referensi, tips, dan pengalaman orang yang pernah ke sana sebagai bentuk persiapan. Namun, hal tersebut tidak menjamin seseorang langsung paham tentang seluk-beluk Pakistan, kemungkinan besar tetap akan terjadi culture shock saat baru pertama kali tiba di sana.
Penasaran kira-kira apa saja culture shock liburan di Pakistan yang kerap dirasakan para wisatawan? Simak ulasannya di bawah ini, yuk!
1. Masyarakat Pakistan bertutur dalam banyak bahasa

Sama seperti Indonesia, Pakistan merupakan negara multikultur dan multibahasa. Setidaknya ada lebih dari 70 kelompok etnis yang bertutur dengan bahasa masing-masing atau bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menyatukan bangsa Pakistan, pemerintah setempat menetapkan bahasa Urdu sebagai bahasa resmi nasional. Kosakata bahasa tersebut banyak menyerap kata-kata dari bahasa Arab dan Persia.
Penulisan Bahasa Urdu menggunakan sistem penulisan Arab-Persia dengan penambahan pada huruf-huruf tertentu, serta ditulis melalui sistem Nasta'liq. Jika baru pertama kali ke sana, pasti kamu merasa asing dengan bahasa ini.
Namun, sebagian besar orang Pakistan cukup fasih berbahasa Inggris. Salah satu faktornya karena negara ini (bersama India) pernah berada di bawah imperialisme Inggris (British India) selama hampir dua abad. Jadi, jangan kaget kalau mendengar orang Pakistan lancar berbicara Bahasa Inggris dengan logat yang unik, ya!
2. Makanannya memiliki cita rasa yang kuat

Kalau kamu sering menyantap makanan khas Asia Selatan, barangkali tidak akan kaget saat mencicipi kuliner di Pakistan. Sebaliknya, kalau belum pernah, maka kamu akan sedikit mengalami culture shock.
Bumbu masakan Pakistan tidak jauh berbeda dengan India, yakni terbuat dari rempah-rempah bercita rasa kuat dan agak berminyak. Buat kamu yang beragama Islam, tidak perlu khawatir.
Hampir semua tempat makan, baik itu kaki lima hingga restoran, menyajikan makanan halal. Makanan yang paling sering kamu temui nantinya adalah naan, sejenis flat bread atau roti pipih yang dimakan dengan kari ayam, dal (sejenis kari kental dari kacang-kacangan), ayam goreng, dan sebagainya.
Beberapa jenis kuliner khas Pakistan yang wajib dicoba, antara lain nasi biryani, dahi baray, chana chaat, aloo tikki, pakoras, samosa, kebab, palao, paratha, pakora, dan halwa.
3. Orang-orang tidak mau mengalah

Beberapa wisatawan yang pernah berlibur di Pakistan pertama kalinya sering dibuat kaget dengan watak orang Pakistan yang keras dan tidak suka mengalah, terutama saat suasana sedang ramai dan seharusnya mengantre. Tak jarang, mereka akan mendorong orang di depannya, menyerobot antrean, melewati garis, hingga berteriak.
Wajah-wajah tak ramah tersebut juga sering tampak saat di bandara atau pusat transportasi. Banyak petugas porter yang menawarkan bantuan dengan memaksa, mengejar-ngejar, hingga berebut dengan sesama porter. Setelah menggunakan jasa dan memberinya uang, tak jarang mereka akan melengos pergi begitu saja.
4. Totalitas dalam menjamu tamu

Namun, di balik watak keras dan tidak suka mengalahnya, orang Pakistan juga dikenal sangat loyal dan totalitas saat menjamu tamu mereka. Tak sedikit wisatawan yang baru kenal dengan penduduk lokal dan "nyambung" saat diajak ngobrol langsung ditawari mampir ke rumah, lalu menikmati beragam sajian makanan lezat.
Landasan masyarakat Pakistan melakukan ini sebenarnya berasal dari ajaran Islam yang mengimbau untuk menghormati tamu. Mereka juga beranggapan adanya tamu yang datang ke rumah adalah bentuk berkah dari Tuhan.
Kalau hal ini terjadi kepadamu, kamu boleh menerima ajakan mereka, tetapi sebaiknya tetap berhati-hati dan pastikan kondisimu tidak traveling sendirian, ya.
5. Tidak semua tempat aman untuk liburan

Beberapa wilayah di Pakistan masih rawan konflik, terutama tempat-tempat yang berbatasan langsung dengan Afghanistan atau yang dikuasai kaum ekstremis dan konservatif. Misalnya, wilayah Peshawar, Chagai, Zhob, Quetta, Tank, Bannu, Nok Kundi, dan Dalbandin.
Tak sedikit cerita wisatawan asing diculik di wilayah-wilayah tersebut. Ada yang dibebaskan, tapi ada pula yang disiksa hingga dibunuh. Agar hal tersebut tidak terjadi, sebaiknya pergilah ke tempat-tempat yang cenderung aman dan tidak sendirian. Kamu juga bisa menyewa tour guide lokal agar bisa membimbingmu.
Beberapa tempat di Pakistan yang cenderung aman dan cocok dikunjungi untuk liburan, antara lain Islamabad, Karachi, Lahore, Sindh, dan Gilgit-Baltistan. Daerah Gilgit-Baltistan memiliki pemandangan alam yang sangat cantik dan crime rate-nya nol.
6. Perempuan dan laki-laki duduk terpisah

Saat berada di tempat umum di Pakistan, kamu akan jarang melihat laki-laki dan perempuan berinteraksi dengan sangat dekat, kecuali mereka memiliki ikatan darah atau pernikahan.
Di beberapa tempat, seperti masjid dan restoran, laki-laki dan perempuan biasanya akan duduk terpisah. Pemandangan seperti itu juga akan nampak saat kamu naik kendaraan umum, seperti kereta api dan bus.
Area laki-laki dan perempuan sengaja dibuat terpisah. Khusus untuk perempuan, biasanya mereka tidak pergi sendirian dan mengajak sesama perempuan atau laki-laki yang menjadi mahramnya.
Jika kamu seorang perempuan dan hendak solo traveling ke Pakistan, sebaiknya urungkan niatmu tersebut. Ajak beberapa orang teman untuk pergi ke sana, baik laki-laki atau perempuan. Apabila punya tempat warga lokal Pakistan, tentu akan lebih seru lagi.
Keberadaan turis asing perempuan yang bepergian seorang diri di Pakistan akan memancing rasa ingin tahu beberapa orang, terutama laki-laki. Tak jarang, terjadi kasus pelecehan seksual yang menimpa turis perempuan.
7. Perempuan di Pakistan tidak wajib berjilbab

Meski melabeli diri sebagai "Republik Islam," pemerintah Pakistan tidak mewajibkan perempuan mengenakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari. Mereka biasanya mengenakan shalwar kameez, sejenis pakaian tradisional berupa celana panjang, serta atasan berupa tunik sepanjang lutut dan berlengan panjang.
Bagian kepala atau rambut mereka boleh terlihat atau tak jarang ditutupi dengan pashmina. Namun, di beberapa wilayah yang konservatif, seperti Peshawar dan Haripur, perempuan tetap wajib berjilbab dan menutup seluruh aurat mereka.
Sebagai turis, kamu bisa menyesuaikan pakaian dengan kondisi tempat yang kamu kunjungi dan sebaiknya bawa pakaian yang tertutup berlengan. Hindari mengenakan pakaian terbuka selama di Pakistan.
8. Suhu udara mencapai 40 derajat saat musim panas

Pakistan merupakan negara empat musim, yakni musim panas, musim dingin, musim gugur, dan musim semi. Saat musim panas yang puncaknya terjadi di bulan Juni dan Juli, suhu udara bisa mencapai 40 derajat Celsius. Gelombang panas pun seakan membakar tubuh jika terlalu lama berada di luar ruangan.
Namun, bukan berarti kamu tidak bisa liburan di Pakistan saat musim panas. Di wilayah utara, seperti Pegunungan Karakoram dan Pegunungan Hindu Kush, justru paling seru dikunjungi saat musim panas, sekitar Juli dan Agustus. Panorama alamnya begitu menakjubkan, serasa berada di Swiss.
9. Banyak bus dan truk yang digambar dengan sangat meriah

Bus umum dan truk di Pakistan dilukis dengan warna-wani mencolok dan dihiasi berbagai ornamen, sehingga terlihat sangat meriah. Warga lokal menjulukinya sebagai Pakistani Bus Art. Kesenian ini sudah ada dan berkembang selama puluhan tahun di Pakistan.
Banyak seniman lokal yang mendedikasikan keahliannya untuk melukis bus-bus di sana, sehingga terlihat cantik dan menarik. Di antaranya seperti Haider Ali, Nafees Ahmad Khan, dan Syed Phool Badshah Phool Ji. Kamu bisa menemukan karya-karya mereka di bus-bus yang ada di wilayah Karachi, Rawalpindi, Swat, Peshawar, Quetta, Lahore, dan Balochistan.
10. Warga antre minta foto

Di sebagian besar wilayah Pakistan, tak banyak turis yang berkunjung. Oleh karena itu, mereka sangat antusias ketika ada turis mancanegara datang berkunjung. Bahkan, saking antusiasnya, mereka sampai rela mengantre untuk berfoto dengan turis.
Tak terkecuali turis dari Indonesia. Beberapa orang Indonesia yang sedang liburan ke Pakistan dikerubungi warga lokal yang ingin berfoto. Serasa jadi artis dadakan, ya, kan?
Itu dia beberapa culture shock liburan di Pakistan yang kerap dirasakan para wisatawan. Unik semuanya, bukan? Kamu sendiri ada rencana liburan ke Pakistan, gak, nih?