5 Destinasi Ekoturisme Menarik di Bali untuk Wisata Berkelanjutan

Bali seringkali dikenal sebagai pulau dengan pantai-pantai eksotis, budaya yang kaya, dan kehidupan malam yang seru. Namun, di balik kesan tersebut, Pulau Dewata ini juga menyimpan potensi wisata yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dari hutan tropis, desa tradisional yang menjaga warisan budaya, hingga spot tersembunyi yang belum banyak diketahui orang; wisata-wisata ini menawarkan pengalaman yang berbeda di mana kamu bisa menikmati keindahan alam yang menakjubkan sambil berkontribusi pada pelestarian lingkungan maupun budaya lokal.
Jika kamu ingin menikmati pengalaman liburan yang tidak hanya menyegarkan tetapi juga mendukung keberlanjutan alam, berikut rekomendasi lima destinasi ekoturisme yang wajib masuk dalam daftar perjalananmu di Bali.
1. Kampoeng Jalak Bali

Kampoeng Jalak Bali merupakan kawasan konservasi unik di Banjar Tingkih Kerep, Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan. Di sini, burung jalak bali endemik dapat hidup bebas di alam liar, dilindungi oleh masyarakat setempat melalui adat dan gotong royong, serta menjadi daya tarik ekowisata sambil melestarikan burung langka ini.
Para warga di Kampoeng Jalak Bali secara aktif menjaga dan mengawasi burung, dengan aturan adat seperti penebang pohon wajib mengganti dengan bibit buah. Di samping itu, keberadaan burung jalak bali membantu membersihkan rumah warga karena mereka memakan serangga seperti cicak dan laba-laba. Berkunjung ke sini, kamu tidak akan dikenakan tiket masuk namun berupa donasi untuk menikmati suasana desa sambil melihat burung jalak bali.
2. Burung Kokokan di Desa Petulu

Jika di Tabanan punya Kampoeng Jalak Bali, di Gianyar ada Desa Petulu yang menjadi rumah ribuan burung kokokan atau bangau. Burung-burung ini hidup damai di pepohonan sekitar desa dan hidup berdampingan bersama penduduk Petulu.
Sejak pagi hingga siang hari, burung-burung ini akan berkeliaran di pematang sawah, atap rumah, halaman, pura, hingga di jalanan. Kemudian saat sore hari, mereka akan terbang pulang menuju sarangnya.
Bagi warga Desa Petulu, ini bukanlah sebuah hal yang mengganggu atau merepotkan, tetapi sebuah berkah. Burung kokokan dapat tempat bernaung dan berkembang biak, para warga mendapat pasukan bantuan mengurangi hama di sawah, dan bisa menjadi daya tarik wisata.
Untuk melihat burung kokokan di sini tidak dikenakan tiket masuk, melainkan donasi atau iuran sukarela untuk kebersihan desa.
3. KUB Simbar Segara

KUB Simbar Segara adalah sebuah destinasi ekowisata hutan mangrove dengan pengalaman unik menyusuri jalur air dengan kano atau perahu. Berlokasi di Suwung Kauh, Kelurahan Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, wisata ini menawarkan pemandangan hutan mangrove yang asri, air tenang, serta panorama latar belakang tol Bali Mandara yang mempesona.
Selain bermain kano, kamu juga bisa ikut serta dalam penanaman tumbuhan yang sering diadakan di sini. Bahkan, para pengelola persewaan kano maupun perahu di sini rutin membersihkan lingkungan mangrove agar terjaga kelestariannya. Kamu bisa datang ke sini setiap hari pukul 06.00—18.00 Wita dengan biaya mulai dari Rp30.000 untuk bermain kano.
4. Biorock di Teluk Pemuteran

Sesuai dengan namanya, biorock di Pemuteran, Buleleng adalah kawasan konservasi terumbu karang terbesar di Indonesia yang menggunakan teknologi biorock di kawasan Teluk Pemuteran, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Yayasan Karang Lestari dengan menggandeng ilmuwan, mengembalikan keindahan bawah laut kawasan ini dengan teknologi tersebut dan bisa menjadi destinasi wisata bawah laut yang menarik.
Berkunjung ke sini, kamu bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang biorock itu sendiri. Di samping itu, kamu bisa snorkeling maupun diving untuk melihat langsung taman terumbu karang buatan yang kini telah dipenuhi biota laut. Biaya snorkeling di sini mulai dari sekitar Rp300.000 per orang.
5. Desa Wisata Penglipuran

Desa Wisata Penglipuran merupakan sebuah desa adat di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli yang terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Di sini, kamu bisa melihat keasrian, kerapian, dan pelestarian budaya tradisional yang kuat dengan mengusung konsep Tri Hita Karana.
Deretan rumah tradisional yang berjejer rapi, tata ruang desa yang teratur dan bersih dari sampah, hutan bambu yang lestari dan dijaga ketat oleh masyarakat, serta seni budaya yang melekat, ada di sini. Warga di sini pun tetap menjalankan kehidupan adat, gotong royong, serta melestarikan seni budaya. Memasuki desa ini, kamu perlu membayar tiket masuk dengan harga mulai dari Rp15.000.
Bali memang menawarkan keindahan alam yang luar biasa, namun kita juga harus bertanggung jawab untuk menjaga serta melestarikan destinasi wisata tersebut. Dengan memilih salah satu dari lima ekoturisme menarik di atas, kamu dapat menikmati keindahan Bali sambil berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.


















