5 Fakta Menarik Kota Sana'a, Didirikan oleh Putra Ketiga Nabi Nuh

Melansir middleeastmonitor, Sana'a menjadi tempat yang dominan untuk menyebarkan agama Islam di Yaman. Penyebaran tersebut dilakukan pada abad ketujuh dan kedelapan, hingga kota ini dijadikan pusat pemerintahan agama Islam oleh Ali bin Abi Thalib. Selama periode ini, kota ini memegang peran sentral sebagai pusat administrasi Kekhalifahan Islam dan diperintah oleh berbagai dinasti Islam, termasuk Sulaykhids dan Rasids.

Sana'a tetap menjadi pusat pemerintahan sejak awal Islam hingga berdirinya sub-negara independen. Para wakil Khalifah bertanggung jawab atas urusan pemerintahan di salah satu dari tiga Makhalif Yaman, di antaranya yaitu Mikhlaf Sana'a, Mikhlaf al-Janad, dan Mikhlaf Hadhramaut. Imam Al-Syafi'i, pendiri mazhab fiqih Syafi'i, juga beberapa kali mengunjungi Sana'a dan memuji keunikan serta keistimewaannya.

Sana'a dikenal sebagai kota bertembok kuno yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Sebagai tempat tinggal yang telah dihuni selama lebih dari 2.500 tahun, Sana'a menjadi rumah bagi banyak bangunan bersejarah, salah satunya adalah Masjid Agung Sana'a, yang merupakan salah satu masjid tertua di dunia.

Tembok dan gerbang kota, seperti Gerbang Yaman telah dijaga dengan baik dan dijadikan landmark bersejarah yang sangat penting. Kota bertembok ini tidak hanya diakui sebagai warisan arsitektur yang berharga, tetapi juga telah dipugar dan dilestarikan dengan seksama untuk mempertahankan makna historisnya yang kaya.

Sana'a memiliki sejarah perdagangan yang sangat kaya sebagai pusat perdagangan di wilayah Arab Selatan sejak zaman kuno. Terletak di persimpangan dua rute perdagangan utama kuno yang menghubungkan Ma'rib di timur dengan Laut Merah di barat, kota ini menjadi pusat penting bagi perdagangan dan pertukaran budaya.

Selama masa kekuasaan Ottoman, Sana'a mengalami perluasan ke arah barat dengan pembangunan lingkungan Al-Nahryan. Pertumbuhan pesat Sana'a terjadi pada tahun 1970-an, dengan pembentukan Kotamadya Ibu Kota Sana'a yang mengarah pada pengembangan lingkungan baru dan pembentukan jalan lingkar.

Pada abad ke-10, seorang ahli geografi Persia, yaitu Ibnu Rustah, menganggap Sana'a adalah kota paling makmur di Yaman. Melansir atlasislamica, Ibnu Rustah menyatakan bahwa "Ini adalah kota Yaman yang gemilang - di mana tidak akan ada kota yang lebih besar dalam hal ukuran, lebih padat penduduknya, lebih berkelimpahan dalam kemakmurannya, lebih mulia dalam sejarahnya, dan lebih memikat dalam kelezatan makanannya daripada Sana'a."

Ibnu Rustah menggambarkan kecemerlangan Sana'a sebagai sebuah kota yang tak tertandingi, dengan keberlimpahan kekayaan dan kebanggaan sejarahnya. Pujian-pujian dari seorang ahli geografi ternama seperti Ibnu Rustah memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang betapa istimewanya Sana'a di mata orang-orang pada masa itu.

Menurut legenda yang beredar di Yaman, Sana'a dianggap didirikan oleh Sam, salah satu dari tiga putra Nabi Nuh yang terkenal dalam cerita agama. Kota ini diberi nama sesuai dengan salah satu keturunan langsung Sam, yaitu Azal. Legenda kuno menyebutkan bahwa Sham atau Azal adalah tokoh yang mendirikan Sana'a dan membangun kota tersebut di lembah yang sekarang menjadi lokasi yang terkenal.

Melansir arabamerica, nama Sana'a sendiri berasal dari kata masna'a dalam bahasa Saba'a kuno, yang artinya adalah "tempat yang dibentengi". Kota ini memiliki sejarah yang sangat kaya, telah dihuni secara terus menerus selama lebih dari 2.500 tahun, menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah dan transformasi peradaban yang terjadi di sekitarnya.

Sana'a memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Sebagai pusat kekhalifahan Islamhingga pusat perdagangan regional yang makmur, Sana'a menggambarkan keragaman budaya dan kekayaan sejarah yang memengaruhi perkembangan kota tersebut.