Foto : Mimbar yang berada di dalam mesjid Syahabuddin/Dok : IDN Times,Andre
Arsitektur Masjid Syahabudin mengadopsi gaya campuran Turki dan Eropa.
"Makanya hampir mirip-mirip dengan bangunan Istana Siak karena mengadopsi gaya dari timur tengah," jelasnya.
Untuk bangunan masjid sejak dahulu tidak ada perubahan, hanya saja beberapa kali dilakukan renovasi namun tidak merubah bentuk. Sedangkan lampu-lampu di dalam masjid sekarang ini sudah bentuk yang baru semua.
"Dahulu lampunya bukan dari listrik tapi dari minyak tanah, sama seperti yang di Istana Siak, tapi jatuh dan runtuh," ungkapnya.
Untuk bagian lantai, masjid Syahabudin tidak menggunakan keramik pada saat itu.
"Dahulu di semen halus saja, tapi sangat sejuk, saya ingat waktu kecil saat puasa sering kami tidur di dalam sini karena sejuk," beber Said Muzani mengenang masa kecilnya.
Muzani berharap, kedepan masjid Syahabudin bisa memiliki menara tempat orang azan zaman dahulu.
"Setidaknya itu sebagai tanda bahwa zaman dahulu itu ada menara untuk azan memanggil orang salat," harapnya.
Saat ini, Masjid Raya Syahabuddin tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah, lebih dari itu masjid ini juga menjadi salah satu situs cagar budaya. Masjid Raya Syahabuddin terletak berdampingan dengan komplek pemakaman Sultan Syarif Kasim II beserta keluarganya.