Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/Schnobby)

Apa yang kamu pikirkan tentang Singapura? Bangunan modern di setiap sudut, Patung Merlion yang ikonik, Jewel Changi, dan Garden by The Bay. Jika mau pelesiran lebih jauh lagi, Singapura juga punya sejumlah tempat bersejarah yang layak untuk dikunjungi, salah satunya Kelenteng Thian Hock Keng.

Kelenteng Thian Hock Keng merupakan salah satu kelenteng tertua di Singapura. Berlokasi di 158 Jalan Telok Anyer, Singapura. Kamu bisa berkunjung setiap hari pukul 07.30-17.30 SGT dan tanpa perlu membayar tiket masuk alias gratis.

Kamu belum sempat ke sana? Gak perlu khawatir. Ada banyak cara untuk mengenal Kelenteng Thian Hock Keng yang jadi salah satu monumen nasional Singapura. Termasuk mencari tahu fakta-faktanya seperti berikut ini. Simak sampai selesai ya!

1. Kelenteng Hokkien tertua di Singapura

Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/Halavar)

Thian Hock Keng adalah kelenteng Hokkien tertua dan telah diakui sebagai kuil China paling megah di Singapura.

Dilansir National Library Board Singapore, awalnya kelenteng ini merupakan rumah doa yang terletak di sepanjang garis pantai Cekungan Telok Anyer. Rumah doa itu didirikan pada 1821 oleh para imigran dari Provinsi Fujian, China yang diedikasikan kepada Dewi Ma Zu (Tian Hou), pelindung para pelaut dan navigator. Pasalnya, mereka perlu mengarungi lautan untuk bisa sampai Temasek, Pu Luo Chung, atau Singapura saat ini. Sebagai rasa syukur atas keselamatan, mereka memberi persembahan berupa uang dan dupa di rumah doa.

Pada 1839–1842, rumah doa tersebut mengalami rekonstruksi besar-besaran dan menjadi Kelenteng Thian Hock Keng yang berarti ‘Kuil Kebahagiaan Surgawi’ saat ini. Bahan bangunannya didatangkan dari China, seperti kayu ulin yang menjadi tiang penyangga utama bangunan.

Patung Dewi Ma Zu dikirim dari Amoy (sekarang Xiamen), Fujian. Konon, total biaya pembangunannya kala itu diperkirakan mencapai 30.000 dolar Spanyol. Uang tersebut berasal dari donasi pengusaha kaya Hokkien dan tokoh masyarakat.

Nama para donatur tertulis di dinding aula masuk, salah satu yang terkenal adalah Tan Tock Seng. Ia merupakan pionir kelahiran Malaka dan terkenal dermawan. Walau, ia berkaitan erat dengan komunitas Hokkien, tapi menginginkan kelenteng itu menjadi kuil untuk semua tangren, orang Tionghoa dari semua kelompok dialek.

2. Arsitektur bergaya tradisional Hokkien

Editorial Team

Tonton lebih seru di