Alun-alun Kidul Surakarta (dok. pribadi/Fatma Roisatin N.)
Secara umum fungsi Alun-alun Kidul maupun Utara Surakarta sama yakni sebagai pusat kegiatan masyarakat. Namun, lebih spesifik lagi jenis kegiatannya berbeda, terutama jika sudah menyangkut acara yang digelar oleh keluarga keraton. Meski berbeda, tapi keduanya sama-sama menjadi simbol harmoni antara tradisi dan perkembangan kota.
Awalnya, Alkid dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwono II sekitar tahun 1745. Pembangunan tersebut bersamaan dengan pindahnya pusat kerajaan Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Alun-alun ini memiliki fungsi utama sebagai ruang internal bagi keluarga keraton.
Dahulu Alkid digunakan untuk latihan militer prajurit keraton, ritual kerajaan, hingga hiburan keluarga kerajaan. Alun-alun ini juga menjadi tempat untuk merawat kerbau bule yang biasa dikirab pada acara Grebeg Suro, yang bisa kamu lihat sampai saat ini. Sekarang pun, Alkid masih berfungsi sebagai tempat hiburan masyarakat, seperti pasar malam dan pertunjukan wayang orang.
Berbeda halnya dengan Alun-alun Lor yang bisa dibilang sebagai halaman depan keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh berbagai bangunan penting, seperti pakapalan di sebelah barat yang menjadi tempat kuda para abdi dalem. Bangsal patalon di sebelah tenggara sebagai tempat gamelan setu yang dibunyikan untuk mengiringi latihan prajurit keraton.
Alun-alun Lor tampak lebih terbuka dengan dikelilingi pusat politik, ekonomi, dan keagamaan yang bisa dilihat sampai saat ini. Saat mengunjungi alun-alun ini, kamu akan menjumpai Masjid Agung Kraton Surakarta, Pasar Klewer, dan Pasar Batik Cinderamata. Tepat berada di sebelah Gapura Gladag telah menjadi Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), dan Gedung Djoeang 45. Selain itu, masih ada Pagelaran Keraton Surakarta yang umumnya digunakan untuk upacara keagamaan dan pertunjukan seni tradisional Jawa.