TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bangunan Bersejarah di Surabaya Simpan Cerita Unik, Penasaran?

Kamu mungkin sering melewatinya, lho

Gedung Grahadi (dok. pribadi/Baiq Cynthia)

Setiap tempat menyimpan cerita unik, seperti bangunan-bangunan bersejarah di Surabaya yang sudah ada sejak zaman kolonial. Selain bersejarah, bangunan-bangunan tersebut juga dimasukkan ke dalam cagar alam budaya. Artinya, bangunan tersebut harus tetap berdiri tanpa perlu diubah bentuk dan fungsinya. Kali ini, penulis berkesempatan untuk berwisata sejarah di Surabaya bareng Afifah Halim, story teller dari Bersukaria Tour

Kota Surabaya, yang menjadi kota metropolitan tersibuk kedua di Pulau Jawa, memiliki kawasan Simpang yang disebut Kota Lama. Beberapa bangunan yang masih berdiri ini memiliki gaya arsitektur khas Belanda. Ada apa saja? Yuk, simak bersama berikut ini!

 

1. Gedung Grahadi: pilarnya berusia 2 abad

Gedung Grahadi sekarang dan foto gedung lamanya (dok. pribadi/Baiq Cynthia)

Dilansir buku Jalan-Jalan Surabaya Enaknya ke Mana? karya Yushak Anshori, Gedung Grahadi memiliki pilar-pilar yang kokoh dan cincin keemasan. Gedung ini berdiri pada 1795 saat masa kekuasaan Residen Dirk van Hogendorp.

Gedung Grahadi memiliki dua lantai. Ia berornamen gaya khas Romawi. Pintu utama menghadap ke selatan atau ke arah jalan raya. Lokasi Gedung Grahadi berada di Jalan Gubernur Suryo, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya, tepatnya berseberangan dengan Monumen Gubernur Suryo. 

Cerita uniknya, Gedung Grahadi dibangun oleh arsitek kolonial Belanda yang bernama G Cossman Citroen. Tahukah kamu? Dulu, Gedung Grahadi menghadap ke arah utara, yaitu bantaran Sungai Kalimas. Awalnya kebun luas yang terdapat gedung sebagai tempat istirahat para pejabat Belanda, sekarang difungsikan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Gedung ini digunakan untuk bisnis gathering, tempat menerima tamu-tamu negara.

Baca Juga: 10 Sisi Unik Sejarah Balai Pemuda Surabaya, Awalnya untuk Kaum Elite

2. Arca Joko Dolog Surabaya: arca yang tidak bisa dipindah

Seorang lelaki berdoa di Arca Joko Dolog. (dok. pribadi/Baiq Cynthia)

Kuil tempat beribadah umat Buddha ini memiliki sebuah peninggalan kerajaan yang ada di Surabaya. Menurut informasi resmi kuil, Arca Joko Dolog dibuat pada 1289 yang merupakan perwujudan dari Raja Kertanegara yang memerintah Singosari. Arca ini dibuat 3 tahun sebelum Raja Kertanegara wafat karena dibunuh oleh tentara Jayakatwang. Kuil ini beralamat di Jalan Taman Apsari, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya. Ia terletak 150 meter di belakang Taman Apsari.

Menurut sumber dari saluran YouTube Jelajah Jawa Timur, tempat ini memiliki banyak prasasti kuno berbahasa Sanskerta dan arca kecil peninggalan kerajaan. Salah satu arca yang terbesar adalah Arca Joko Dolog ditemukan di daerah Trowulan, Mojokerto pada 1812.

Lima tahun kemudian, arca tersebut dipindah ke Surabaya oleh tentara kolonial Belanda. Rencananya, ia akan dibawa ke Belanda. Cerita uniknya, arca ini tidak bisa dipindahkan ketika akan dibawa ke Belanda sehingga diletakkan di Surabaya. Menurut penjelasan Afifah Halim, ada pohon beringin tua yang tidak bisa ditebang. Kini, Arca Joko Dolog dikeramatkan untuk aktivitas sembahyang bagi umatnya. 

3. Gedung Balai Pemuda: tempat perkumpulan orang elite

Gedung Balai Pemuda (dok. pribadi/Baiq Cynthia)

De Simpangsche Societeit adalah nama pertama gedung tersebut. Ia didirikan pada 1907 oleh arsitek Belanda bernama G Cossman Citroen. Gedung ini menjadi tempat asosiasi perkumpulan bangsa elite karena tempatnya luas dan sarananya lengkap. Ada tempat biliar, teater, dansa, dan tempat hiburan malam orang-orang Eropa. Perkembangan berikutnya, fungsi gedung ini menjadi tempat perkumpulan atau disebut societeit. Karena lokasinya di kawasan Simpang, namanya menjadi De Simpangsche Societeit.

Gedung ini terletak di Jalan Gubernur Suryo No. 15, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya. Menjelang Agustus 1945, gedung ini digunakan oleh pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kini, ia menjadi cagar budaya dan beralih fungsi menjadi tempat pendidikan bahasa, perpustakaan, ruang pertemuan, dan acara resmi lainnya.

Berdasarkan informasi dari Prodi Sejarah Unair dalam saluran YouTube, awalnya gedung ini memiliki plakat besar bertuliskan "Verboden voor honder en inlander" yang berarti 'Dilarang masuk bagi anjing dan orang pribumi'. Ini sebagai wujud megah dan terpandangnya gedung ini. Tempat ini hanya eksklusif untuk kaum Eropa sehingga kaum pribumi dilarang masuk.

Namun, semenjak Jepang menguasai, plakat tersebut tidak berlaku lagi. Konon desain bangunannya yang terbaik di Asia dengan campuran neo gothic, renaisans, dan klasik romanik.

4. Gedung Balai Kota Surabaya: ada bungkernya

Afifah Halim, story teller dari Bersukaria Tour, bercerita tentang Balai Kota. (dok. pribadi/Baiq Cynthia)

Gedung Balai kota didirikan oleh A Meyroos, wali kota pertama. Dilansir web Balai Kota Surabaya, pendesain gedung ini, yaitu G Cossman Citroen, adalah arsitek terbaik kala itu dan karyanya tersebar di Kota Tua Surabaya. Pembangunannya menghabiskan 1.000 gulden, dimulai 1915 sampai 1925 oleh NV Hollandsche Beton Maatschappij. 

Gedung Balai kota Surabaya terletak di jalan Taman Surya No. 1, Genteng, Surabaya. Ia memiliki taman yang luas dan terdapat bukti sejarah berdirinya Kota Surabaya, yakni pahatan lukisan ikan sura serta buaya. Logo sura dan buaya menempel pada bola besar di bahu jalan. "Soera ing Baia" merupakan moto kota yang berarti 'Berani Menghadapi Bahaya', dikutip dari penjelasan Afifah Halim. 

Cerita unik di balik bangunan kokoh ini, ada bungker yang dibangun pada 1958. Mereka membangun bungker yang terhubung ke Gereja Maranatha, Polres Surabaya, Tugu Pahlawan, dan Rumah Sakit Darmo. Bungker tersebut akan berujung ke Sungai Kalimas.

Jika terjadi kondisi darurat, ada kapal yang menunggu untuk melarikan diri ke tempat yang aman. "Fakta unik lainnya, Wali Kota Surabaya mencari kloningan yang mirip dengannya. Jika ada serangan musuh maka yang duduk di singgasana bukan dirinya, melainkan seseorang yang serupa dengannya," tutur Afifah Halim, story teller dari Bersukaria Tour.

Baca Juga: 5 Kisah Unik Wisata Sejarah di Surabaya, Beberapa Telah Alih Fungsi

Writer

Baiq Cynthia

Ibu muda yang suka menulis. Freelancer autor and editor. Temukan saya di Sribulancer: baiqcynthia Blog: https://baiqcynthia.wordpress.com/

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya