TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Menarik Arca Joko Dolog di Surabaya, Sudah Tahu?

Pernah jadi tempat ziarah Raja Thailand, lho

Arca Joko Dolog (Dok. Pribadi/Fatma Roisatin Nadhiroh)

Surabaya sebagai kota besar di Jawa Timur kerap direpresentasikan dengan banyaknya gedung tinggi dan mal. Ramainya gak kalah dari Jakarta, demikian pula fasilitas dan spot menarik bagi wisatawan yang suka keliling kota. Namun, di balik hiruk pikuknya, tersembunyi sebuah situs bersejarah yang masih eksis hingga kini. Salah satunya adalah Arca Joko Dolog.

Arca Joko Dolog terletak di sekitar pusat kota Surabaya dengan lokasi yang cukup tersembunyi. Meski demikian, tak sedikit orang yang datang sekadar untuk berwisata sejarah hingga melakukan ritual. Masih penasaran dengan Arca Joko Dolog? Yuk, cari tahu faktanya!

1. Dipercaya sebagai perwujudan Raja Kertanegara

Arca Joko Dolog (Dok. Pribadi/Fatma Roisatin Nadhiroh)

Arca Joko Dolog dipercaya sebagai perwujudan Raja Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singhasari. Ia menggantikan ayahnya, Wisnu Wardhana, sebagai raja besar kerajaan tersebut pada 1269—1293. Kemudian, takhta kepemimpinannya digantikan oleh sang putra, Raden Wijaya.

Patung berwarna hitam legam berhiaskan selendang berwarna emas ini dibuat oleh Mpu Barada. Arca yang dibuat pada 1289 ini tersusun dari batuan alam pilihan yang berkilau. Selain itu, di kening tengahnya, terdapat bubuk emas tempel yang merupakan pemberian seorang pengusaha China. Tingginya mencapai 166 cm, lebar 138 cm, dan tebal 105 cm.

Selain karena kemasyhuran Raja Kertanegara, arca ini juga menunjukkan bahwa ia merupakan sosok pengikut Budha Tantrayana. Praktik ajaran Tantrayana atau Vajrayana dapat dilihat dari pembacaan mantra dan berkaitan dengan simbol-simbol yang mempengaruhi kehidupan.

Mengutip dari Borobudur Pedia, pada masa Singhasari dan Majapahit pengaruh Tantrayana terbukti dengan adanya arca-arca yang ditinggalkan. Selain itu, terdapat penegasan dalam naskah Negarakertagama yang menyatakan bahwa penganut Buddha saat itu merupakan aliran Bajradara.

Baca Juga: 6 Tempat Bersejarah Dekat Alun-Alun Surabaya, Cukup Jalan Kaki

2. Letaknya berpindah-pindah, sebelum di lokasi saat ini

gapura pintu masuk Arca Joko Dolog (Dok. Pribadi/Fatma Roisatin Nadhiroh)

Sudah tahu belum kalau Arca Joko Dolog tidak benar-benar berasal dari Surabaya? Ada yang beranggapan bahwa dahulu arca tersebut ditemukan di Desa Kandang Gajah, Trowulan, Kabupaten Mojokerto pada 1812. Ada pula yang menyatakan bahwa arca itu berasal dari Candi Jawi Malang dan Nganjuk.

Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1817, Arca Joko Dolog diboyong ke Kota Pahlawan. Sebelumnya seperti saat ini, arca tersebut ditempatkan di Museum Von Faber, yang kini menjadi SMA Trimurti. Letaknya, tepat di sebelah Gedung Grahadi, Surabaya.

Setelah beralih fungsi, benda-benda bersejarah dipindahkan ke Museum Von Faber baru yang kini dikenal sebagai Museum Mpu Tantular Wonokromo. Namun, tidak demikian dengan Arca Joko Dolog. Arca ini justru diletakkan di bawah pohon beringin yang berlokasi di seberang bangunan bekas museum.

Seiring perkembangan zaman, peralihan fungsi lahan di sekitarnya pun berubah. Saat ini, letaknya memang tidak berseberangan persis dengan SMA Trimurti, tapi arahnya berhadapan. Kamu dapat menemukannya di Jalan Apsari, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Letaknya cukup tersembunyi dan berjarak beberapa puluh meter dari jalan utama. Belum lagi, seolah tertutup oleh ramainya Taman Apsari yang tepat di seberang Gedung Grahadi. Pernah menyangka ada peninggalan bersejarah di sana?

3. Menjadi tempat sakral bagi berbagai kalangan, termasuk Raja Thailand

arca dan patung di sekitar Arca Joko Dolog (Dok. Pribadi/Fatma Roisatin Nadhiroh)

Meski letaknya tersembunyi, Arca Joko Dolog sangat berarti bagi sebagian orang. Sebagian menjadikannya sebagai tempat ziarah. Bahkan, sudah tersohor hingga luar negeri, seperti Thailand dan Tibet.

Ini bukanlah hal yang mengherankan, karena arca tersebut berkaitan erat dengan Buddha Tantrayana. Demikian pula dengan sebagian besar masyarakat Tibet dan Thailand memeluk agama Buddha. Namun, tidak menutup kemungkinan penganut agama lain turut berziarah ke tempat ini.

Penganut agama Hindu dari India maupun orang-orang dengan aliran Kejawen yang masih kental juga kerap datang ke sini. Sebab, Arca Joko Dolog dan beberapa patung di sekitarnya menggambarkan peradaban Hindu-Buddha.

Bahkan, sekitar 1990-an, Raja Thailand datang khusus untuk berziarah ke lokasi ini. Sementara itu, para peziarah lokal biasanya memilih datang pada hari-hari tertentu, seperti setiap malam Jumat, Jumat Kliwon, malam Kamis Legi, dan lain sebagainya.

Kamu ingin berkunjung untuk berziarah, menilik sejarah dan budaya, maupun sekadar berwisata di sini? Terdapat sejumlah peraturan yang patut kamu patuhi. Seperti melepas alas kaki, menjaga kebersihan, dan tidak boleh dilakukan oleh perempuan yang sedang haid. 

4. Saksi sejarah yang menyimpan kisah mistis

Arca Joko Dolog (Dok. Pribadi/Fatma Roisatin Nadhiroh)

Benda-benda bersejarah tidak lepas dari kisah mistis dan keramat, termasuk Arca Joko Dolog. Dari luar saja, kamu bisa merasakan aura wingitnya dengan lima pohon beringin dan sebuah pohon mangga menghiasi area ini. Ada kemungkinan pula bahwa pohon beringin tersebut sudah berusia ratusan tahun.

Di balik hawa sejuknya, menurut cerita setempat, konon pernah muncul sosok gaib berupa perempuan mengenakan kebaya kuning dan hijau. Ada pula sosok yang mengenakan kemben layaknya orang zaman dahulu. Bahkan, sosok raja bermahkota pun dikatakan pernah terlihat di situs bersejarah ini. 

Uniknya lagi, arca ini sempat hendak dibawa ke Belanda, tapi kapal mengalami kerusakan. Pada masa pemerintahan Gubernur Soelarso, ia juga pernah akan dipindahkan ke Malang atau Trowulan. Namun, tidak jadi dan tetap berada di tempat saat ini.

Baca Juga: 6 Fakta Sejarah Benteng Kedung Cowek, Spot Healing Hits di Surabaya

Verified Writer

Fatma Roisatin Nadhiroh

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya