TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Keunikan Kampung Raja Prailiu NTT, Ada Kubur Batu Megalitikum!

Ibu kota kedudukan terakhir dari Kerajaan Lewa Kambera

Uma Mbatang di Kampung Raja Prailiu (instagram.com/davidtigan)

Kampung Raja Prailiu merupakan kampung adat yang terletak di Kota Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa adat ini terkenal sebagai penghasil kain tenun yang menjadi salah satu kerajinan tangan masyarakat di Indonesia timur. Kamu juga dapat belajar sejarah dan berinteraksi dengan penduduk lokal saat ke Kampung Raja Prailiu.

Namanya desa adat, tentu penduduknya memegang teguh tradisi dan budaya setempat, termasuk di Kampung Raja Prailiu. Selain kain tenun, kamu juga dapat menyaksikan rumah adat dan kuburan.

Kampung Raja Prailiu masih punya sejumlah keunikan yang bikin liburanmu makin menarik. Mau tahu apa saja? Yuk, simak ulasan berikut!

1. Prailiu, bagian dari Kerajaan Lewa Kambera

Kampung Raja Prailiu (instagram.com/ndvwq_dr.norman)

Dahulu Kampung Raja Prailiu atau Praing Prailiu merupakan ibu kota kedudukan terakhir dari Kerajaan Lewa Kambera. Pada zaman kolonial Belanda, kerajaan tersebut mencakup seluruh wilayah yang didiami oleh Suku Kambera. Meliputi Lewa di sebelah barat hingga Kadumbul di sisi timur, jaraknya mencapai 100 km dari ujung ke ujung.

Kampung Raja Prailiu sebelumnya dipimpin oleh Raja Umbu Njaka. Sayangnya, setelah wafat pada 2008, belum ada pengangkatan raja baru. Namun, masyarakat setempat masih memegang teguh tradisi dan kepercayaan yang telah diwariskan secara turun temurun.

Bukan hal yang mengherankan, pasalnya sejak zaman kolonial Belanda, kakek dari Tamu Umbu Njaka pernah menolak berkuasa. Kemudian, pihak Prailiu memberikan takhta kerajaan kepada sepupu mereka dari Lewa, Sumba Timur.

Saat ini masih ada keturunan langsung dari Kerajaan Lewa Kambera yang mendiami Kampung Raja Prailiu, seperti Tamu Umbu Pingi Ai dan Tamu Umbu Nggaba Rihi Eti.

2. Terdapat kubur batu megalitikum yang masih eksis

kubur batu megalitikum di Kampung Raja Prailiu (instagram.com/ningsih_ndatang)

Kubur batu megalitikum di Sumba Timur dapat kamu temukan di Kampung Raja Prailiu, Kecamatan Kambera. Kubur batu tersebut disebut juga reti iyang yang dihiasi ukiran manusia, buaya, kura-kura, monyet, dan udang. Reti berarti kubur dan iyang adalah ikan dalam dialek setempat, sehingga reti iyang diartikan sebagai kuburan dengan relief ikan.

Ukiran pada kubur batu kerap kali menunjukkan kasta seseorang. Di Sumba Timur terdapat tiga kasta masyarakat, yakni Maramba (raja atau bangsawan), Kabihu (suku bangsawan sebagai penopang Maramba), dan Ata (abdi dalam keluarga Maramba). Pada kuburan anggota keluarga Maramba biasanya terdapat relief hewan, selaras dengan kubur batu di Kampung Raja Prailiu.

Salah satu kubur batu yang dapat kamu lihat di Kampung Raja Prailiu adalah kubur batu Raja Tamu Umbu Njaka. Makamnya berupa kubur batu seberat 40 ton. Kurban berupa babi, hewan lainnya, hingga ratusan lembar kain tenun dari masyarakat dan kerabat yang melayat turut dimasukkan ke dalam kubur batu. Masyarakat setempat meyakini bahwa kain tenun tersebut merupakan bentuk titipan dari keluarga maupun kerabat terdahulu yang telah meninggal untuk yang baru meninggal.

Baca Juga: 15 Tempat Wisata Alam Terindah di NTT, Pesonanya Sudah Mendunia!

3. Terkenal sebagai salah satu penghasil kain tenun Sumba Timur

kain tenun Sumba Timur di Kampung Raja Prailiu (instagram.com/rihimarselina)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Kampung Raja Prailiu terkenal sebagai salah satu penghasil tenun di Sumba Timur. Kamu gak hanya bisa membeli, tapi juga melihat seluruh proses pembuatannya, mulai memintal hingga pewarnaan yang menggunakan tangan dan alat tradisional. Warna yang digunakan pun terbuat dari bahan alami.

Motifnya beragam, tapi umumnya menggambarkan kehidupan masyarakat Sumba. Kehidupan mereka yang berkaitan dengan alam dan makhluk lain tertuang dalam lembaran kain.

4. Sirih pinang disajikan untuk menyambut tamu

sirih pinang (instagram.com/djantisoekirno)

Keunikan masyarakat Kampung Raja Prailiu lainnya adalah menyajikan sirih pinang untuk menyambut tamu. Hal ini sebagai salah satu alat membangun komunikasi dan pergaulan dalam kehidupan sosial mereka. Namun, jika tidak suka, kamu gak harus memakannya dan bisa menolaknya dengan sopan untuk menghargai kebiasaan masyarakat setempat.

Sirih pinang sudah diwariskan secara turun-temurun dan memiliki makna penting bagi masyarakat setempat. Terbukti dengan kehadirannya di berbagai acara adat, seperti upacara pemberian nama, acara adat perkawinan, lamaran, pertemuan keluarga, bahkan saat berziarah ke kuburan adat.

Kebiasaan tersebut sudah menarik perhatian anak-anak usia 2-3 tahun sehingga cukup mudah mewariskannya.

Baca Juga: 12 Rekomendasi Wisata Kampung Adat di NTT yang Cantik dan Memesona

Verified Writer

Fatma Roisatin Nadhiroh

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya