TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menengok Surga Tersembunyi di Indonesia, Kepulauan Maratua

Letaknya di gugusan Derawan

travelmato.com

Laut-laut lepas, udara bebas. Biru dari samudra, biru dari angkasa. Kaki menapak pasir dan karang-karang pecah. Putih, bersih, tanpa cela. Lagu-lagu alam menyapa daun telinga, merambat masuk lewat celah, merasuk menyegarkan atma. Elang laut ke sana-kemari. Memincing mangsa di bibir-bibir pantai.

Bunyi-bunyi mesin penggerak kapal terdengar. Suaranya seperti meraung, tapi pelan. Tak berisik, dan justru menambah harmonis. Rasanya seperti di surga. Secuil nirwana bahari yang ditempatkan Pencipta di Laut Sulawesi, yang berbatasan dengan Malaysia.

Namanya Maratua. Letaknya tepat di gugusan Derawan. Pulau ini belakangan menjadi juara ketiga kategori hidden paradise dalam Anugerah Pesona Indonesia 2015. Ini merupakan kompetisi pariwisata. Penilaiannya dengan mengumpulkan suara dari khalayak lewat ayojalanjalan.com. Periode waktunya 23 Mei 2016 sampai Agustus 2016.

Baca Juga: Menyesapi Keindahan Malino: Kota Kembang nan Sejuk di Selatan Sulawesi

Panorama matahari tenggelam yang elok dengan langit keemasan. Tak bisa ditampik lagi. Maratua adalah tempatnya manusia menyaksikan keindahan alam, terutama saat matahari merangsak pulang ke peraduan. Langit kuning keemasan jadi kepingan surga dunia yang tak boleh dilewatkan.

Sebentuk bola bulat bercahaya menggantung di atas langit Kalimantan Timur, membuat langit di pulau berpenduduk tak lebih dari 4.000 orang ini merona jingga. Pemandangan itu kerap dibidik turis. Mereka rela duduk lama-lama di pinggir dermaga atau di bibir pantai untuk menyaksikan golden sunset.

Apa yang membuat pulau ini begitu spesial?

shappa.si

Kedamaian yang tak terhingga.

tripadvisor.com.sg

Maratua adalah pulau yang tenang, nyaman dan cocok untuk menyepi sejenak dari rutinitas harian. Pengunjung bisa menginap di penginapan yang terdapat di bibir pantai atau di rumah-rumah panggung yang menghadap ke laut. Harganya berkisar 800.000 rupiah per malam per orang.

Mengapa sepi? Karena di pulau ini hanya terdapat empat desa. Karena itu, penduduknya pun tak banyak. Sebagian besar merupakan suku Bajo. Mereka pun ramah dengan wisatawan sehingga suasana kekerabatan bisa dirasakan.

Yang jelas, jauh dari hingar-bingar ibu kota. Turis juga bisa lebih dekat dengan penduduk, bahkan mengikuti mereka bekerja. Mata pencaharian masyarakat sekitar mayoritas nelayan.

Baca Juga: Gak Kalah Sama Maldives, Berikut 10 Water Villas yang Cantik di Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya