TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gerakan Adopsi Coral Warnai Festival Pesona Bahari Raja Ampat 2019 

27 institusi bergabung dalam program Adopsi Coral

IDN Times/Kemenpar

Raja Ampat, IDN Times – Festival Pesona Bahari Raja Ampat 2019 semakin menarik. Event yang berlangsung tanggal 18-22 Oktober 2019 ini, mengangkat isu konservasi lingkungan. Muara yang dituju yakni lestarinya terumbu karang dalam perairan Raja Ampat.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Yusdi Lamatenggo, mengatakan pihaknya menggunakan metode Adopsi Coral. Ia mengajak partisipasi aktif publik untuk menjaga ledakan populasi bintang laut berduri atau Crown of Thorns Starfish.

1. Wisatawan bersama-sama menyelamatkan terumbu karang di perairan Raja Ampat

IDN Times/Kemenpar

Festival Pesona Bahari menampilkan beragam aktivitas positif yang bisa dieksplorasi wisatawan. Mereka bahkan bisa sama-sama menyelamatkan terumbu karang di perairan Raja Ampat. Menurut Yusdi, aksi Adopsi Coral akan menjamin keberlanjutan keindahan dunia bawah air Raja Ampat.

“Keberadaan bintang laut berduri sudah meresahkan karena merusak terumbu karang di perairan Raja Ampat. Melalui event ini, kami mengharap kepedulian dan partisipasi aktif publik. Mari bergabung di program Adopsi Coral. Dengan begitu, keindahan terumbu karang serta kehidupan bawah airnya bisa terus berlanjut,” ungkapnya, Minggu (20/10).

Pada kondisi normal, populasi bintang laut berduri sekitar 30 individu per hektare. Tapi, kenyataannya terjadi ledakan populasi pada 3 spot perairan Raja Ampat. Sebut saja Teluk Kabui yang memiliki tingkat populasi hingga 1.850 individu per hektare. Area perairan yang masuk wilayah Waigeo ini memiliki ledakan populasi 62 kali dari kondisi normal.

Selain Teluk Kabui, ledakan populasi bintang laut berduri juga terjadi di kawasan Pulau Saonek Monde. Populasi di perairan tersebut mencapai 800 individu per hektar. Meningkat hingga 27 kali dari kapasitas normal. Spot ke-3 adalah Juan’s Reef di Pulau Roborek. Berada di Selat Dampier, Juan’s Reef memiliki tingkat populasi 900 individu per hektar. Angka ini meledak 30 kali dari kondisi normal.

2. Bintang laut berduri dapat menjaga daur hidup dan mengancam ekosistem perairan

IDN Times/Kemenpar

Di sisi lain, Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar, Esthy Reko Astuty,  mengungkapkan Festival Pesona Bahari Raja Ampat memiliki fungsi strategis dengan banyak nilai yang menginspirasi. Sebab, publik diajak untuk menjaga mata rantai dan harmoni alam. Keberadaan bintang laut berduri pada kondisi normal akan bermanfaat menjaga daur hidup. Tapi kalau sudah berlebihan, tentu menjadi ancaman.

“Bintang laut berduri memiliki racun. Hewan ini jadi predator bagi karang. Ia bisa memangsa terumbu karang dengan luas 5-13 meter persegi per tahun. Salah satunya pada terumbu karang jenis Acropora,” terang Esthy. 

3. Faktor penyebab ledakan populasi bintang laut berduri

IDN Times/Kemenpar

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Rizki Handayani, menyatakan ada beberapa faktor penyebab ledakan populasi bintang laut berduri. Pertama faktor alami sebagai efek dari meningkatnya konsentrasi nutrien dan unsur hara di laut. Penyebab lain adalah eksploitasi secara berlebihan predator alami bintang laut berduri. Predator yang dimaksud seperti kerang triton, kakap merah, udang, dan lobster. Ada juga efek dari aliran nutrien dari pesisir.

“Populasi bintang laut berduri harus terus dikontrol. Dengan begitu, keseimbangan ekosistem di laut Raja Ampat selalu terjaga. Apalagi, konsep Adopsi Coral sudah disiapkan. Formulasi ini hanya perlu partisipasi aktif dari publik untuk bersama-sama mengendalikan populasi bintang laut berduri,” ucap Rizki.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya