Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana bagian dalam Masjid Al Muhajirin di Tulungagung, kental ornamen dari masa abad ke-19. Bramanta Pamungkas
Suasana bagian dalam Masjid Al Muhajirin di Tulungagung, kental ornamen dari masa abad ke-19. Bramanta Pamungkas

Tulungagung, IDN Times - Masjid Al-Muhajirin yang terletak di Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung memiliki nilai keunikan tersendiri dibanding masjid lain pada umumnya. Masjid ini menggunakan bangunan utama yang berasal dari Masjid Jami Kota Tulungagung yang dibangun pada pertengahan abad ke-19. Masjid Jami' Kota Tulungagung sendiri saat ini berganti nama menjadi Masjid Agung Al Munawwar yang terletak di sisi barat taman Alun-alun Tulungagung.

1. Bangunan utama pindahan dari Masjid Jami Kota Tulungagung yang direnovasi

Bagian imam dan mimbar pada Masjid Al Muhajirin Tulungagung. Bramanta Pamungkas

Anggota Remas Masjid Al Muhajirin, Muhamad Arifin menuturkan, bangunan utama yang tersimpan di Masjid Al Muhajirin ini terdiri dari 4 tiang utama dan 12 tiang pendamping. Seluruh tiang terbuat dari pohon jati dan dihiasi dengan seni ukir bermotif sulur. Selain itu, bagian hiasan di mimbar masih terjaga keasliannya.

Bangunan utama ini masih utuh meski Masjid Jami Kota Tulungagung direnovasi pada awal tahun 90an. Renovasi ini dilakukan secara total dan hampir seluruh bangunannya di pugar.

"Saat direnovasi seluruh bangunan utama Masjid Jami Kota Tulungagung yang dibangun pada pertengahan abad 19 dipindah ke Masjid Al Muhajirin," ujarnya, Minggu (10/5).

2. Terdapat enkripsi pada hiasan di tempat imam

Enkripsi bertuliskan arab yang berada di hiasan tempat imam. Bramanta Pamungkas

Agus Ali Imron, salah seorang pemerhati sejarah di Tulungagung menambahkan, terdapat dua hal yang unik dalam masjid ini. Yaitu pada hiasan di atas tempat imam yang terdapat enkripsi dengan huruf arab. Enkripsi tersebut terdiri dari 3 baris. Baris pertama bertuliskan kalimat syahadat. Baris kedua bertuliskan Kiai Mangun Fuqaha selaku tokoh agama yang ikut memprakarsai pembangunan Masjid Jami Kota Tulungagung. Sedangkan di baris ketiga bertuliskan hari Ahad Paing, 11 Syawal 1262 Hijriah.

"Jika dikonversikan ke tahun masehi menjadi 1847, berarti sekarang usianya mencapai 1,5 abad lebih," terangnya.

3. Hiasan kalamakara bentuk akulturasi budaya Hindu dan Islam

Hiasan Kala Makara yang terdapat pada mimbar di Masjid Al Muhajirin. Bramanta Pamungkas

Keunikan lain terdapat pada bagian hiasan yang terdapat di atas mimbar. Hiasan ini berbentuk kalamakara, yang biasa didapati pada bangunan candi. Menurut Agus, adanya hiasan tersebut merupakan bentuk akulturasi antara kebudayaan Hindu dan Islam. Bangunan atap masjid dengan corak tumpak meru juga semakin memperkuat adanya akulturasi ini.

"Secara umum corak bangunan utama yang ada di Masjid Al Muhajirin ini lebih condong ke Mataram Islam," Imbuhnya.

4. Masjid Jami Kota Tulungagung telah beberapa kali direnovasi dan berubah nama

Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung saat ini. Bramanta Pamungkas

Pembangunan Masjid Jami Kota Tulungagung sendiri berlangsung pada masa pemerintahan Bupati ke-5 R.M.T Djajaningrat. Proses pembangunannya berjarak beberapa tahun setelah pembangunan pendopo Tulungagung. Masjid Jami Kota Tulungagung direnovasi oleh pemerintah setempat pada tahun 90 an. Hingga saat ini, masjid tersebut sudah menjalani renovasi sebanyak empat kali. Saat ini namanya berubah menjadi Masjid Agung Al Munawar.

"Saat renovasi bagian aslinya dipindah dan dijadikan bagian dari Masjid Al Muhajirin ini," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team