Benteng yang namanya diambil dari salah satu nama pahlawan besar Inggris, John Churchill Duke of Marlborough, diakui oleh para ahli sejarah sebagai benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara. Benteng ini memiliki luas 44,000 meter persegi, ketinggian sekitar 8,5 meter di atas permukaan laut, ukuran fisiknya sekitar 240 x 170 m, ketinggian dinding bervariasi dari 8 sampai 8.50 meter, dengan ketebalan 1.85 sampai 3 meter.
Benteng Malborough merupkan benteng terkuat yang dimiliki Inggris di wilayah Timur setelah Benteng St. George di Madras, India. Dapat menemukan berbagai macam dokumen-dokumen penting semasa pemerintahan kolonial Inggris. Salah satu dokumen yang cukup fenomenal yakni dokumen SFR (Sumatera Factory Record). Dokumen ini merupakan salah satu dokumen rahasia yang berisi mengenai catatan – catatan pemerintah kolonial Inggris mengenai sumber daya yang ada di Pulau Sumatera.
Di sini kita dapat mengetahui dan belajar sejarah kolonial Inggris di Indonesia. Benteng Marlborough menyimpan beragam dokumen-dokumen penting semasa pemerintahan kolonial Inggris. Adapula foto dan potongan koran yang masih tersimpan rapi di dalam bangunan benteng.
Lokasinya yang dekat dengan lokasi wisata pantai Tapak Paderi Bengkulu yang memiliki daya pikat membuat ingin mengunjungi pantai ini. Jarak antara Benteng Malborough dan Pantai Tapak Paderi diperkirakan sekitar 100 meter. Dan, pantai ini adalah salah satu tempat terbaik untuk melihat sunset.
Selain Itu kita juga dapat melihat monumen Thomas Parr, sebab disinilah ia dikuburkan. Thomas Parr adalah seorang penguasa Inggris yang berkuasa di tahun 1805 dan terkenal dengan kekejamannya, akibat aturan tanam paksa kepada rakyat Bengkulu. Selain itu, terdapat juga pemakaman warga Inggris yang kini menjadi salah satu objek wisata di sekitar Benteng Marlborough.
Uniknya lagi, kita bisa melihat sebuah ruangan introgasi Soekarno. Ruangan ini dibuat memantul dengan harapan Soekarno akan takut ketika diinterogasi. Namun, yang spesial dari ruangan ini adalah kisah pertemuan Soekarno dengan Fatmawati. Fatmawati adalah istri dari sang proklamator dan Ia pula yang berjasa menjahit bendera pusaka yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945.