4 Daerah yang Pernah Jadi Ibu Kota Jepang, Ada Kyoto!

Kyoto jadi ibu kota terakhir sebelum Tokyo

Perpindahan ibu kota gak cuma dilakukan Indonesia. Beberapa negara di Asia juga pernah melakukannya, bahkan sebelum era modern. Salah satu negara yang mengganti ibu kota lebih dari sekali adalah Jepang.

Kamu pernah dengar bahwa Kyoto menjadi ibu kota Jepang sebelum Tokyo belum, nih? Ternyata sebelumnya, Jepang sudah pernah memindahkan ibu kota negara beberapa kali dengan berbagai alasan.

Baca Juga: Ide Itinerary Liburan 7 Hari di Kyoto Jepang, Asyik Banget Deh!

1. Heijo-kyo

4 Daerah yang Pernah Jadi Ibu Kota Jepang, Ada Kyoto!bagian dari Istana Heijo (commons.m.wikimedia.org/663highland)

Melansir Japan Guide, Heijo-kyo merupakan ibu kota Jepang saat Periode Nara (710-794). Ibu kota yang didirikan oleh Permaisuri Genmei itu dianggap sebagai ibu kota bersejarah pertama Jepang. Sayangnya, Heijo-kyo kehilangan status unggulnya ketika ibu kota harus dipindah sementara ke Nagaoka.

Pengaruh China terhadap ibu kota Jepang pertama itu tidak sebatas arsitektur tata ruang. Biksu Buddha China mulai datang ke Nara untuk menetap, sehingga muncul kompleks biara yang membuat khawatir pihak berwenang Jepang. Karena takut akan agenda politik para biksu, pusat kekaisaran dipindah pada 784 M.

Kamu masih dapat menemui sisa kemegahannya, sisa bagian Istana Heijo yang pernah menjadi tempat kediaman kaisar dan kantor pemerintahan. Sebuah aula yang menjadi satu-satunya bangunan yang tersisa. Kini, berdiri di dekat Kuil Toshodaiji sejak dipindahkan pada abad ke-8. 

2. Kuni-Kyo

4 Daerah yang Pernah Jadi Ibu Kota Jepang, Ada Kyoto!Situs Kuni-kyo (commons.m.wikimedia.org/Saigen_Jiro)

Kuni-kyo, sebuah tempat di Distrik Soraku, Provinsi Yamashiro, sempat menjadi ibu kota Jepang selama beberapa tahun pada Periode Nara. Sekarang tempat tersebut disebut Kota Kizukawa, Prefektur Kyoto.

Pemberontakan Fujiwara no Hirotsugu membuat Kaisar Shomu memindahkan ibu kota dari Heijo-kyo ke Kuni-Kyo pada 741. Tempat ini dipilih karena menjadi benteng pertahanan Tachibana no Moroe, seorang Sadaijin (Menteri Kiri). Namun, sebelum proyek konstruksi pembangunannya selesai, ibu kota dipindah ke Naniwa-Kyo pada 744 dan kembali ke Heijo-kyo pada 745.

Meski hanya 3—4 tahun menjadi ibu kota, telah dilakukan pembangunan dua kuil yang penting dalam sejarah budaya Jepang. Kuil Yamashiro Kokubun-ji dan Kuil Kokubun-niji dibangun menggunakan bahan-bahan sisa pembangunan istana.

Kini kamu dapat melihat reruntuhan bersejarah yang mengingatkan bahwa Kuni pernah menjadi lokasi penting bagi Jepang. Di dekatnya terdapat Pusat Pembelajaran Kuninomiya yang menampilkan rekonstruksi digital Istana Kuni. Benda-benda berupa ubin dan tembikar yang ditemukan juga dipamerkan.

Baca Juga: 12 Etika Makan Sushi ala Jepang, Gak Cuma Jago Pakai Sumpit

3. Nagaoka-kyo

4 Daerah yang Pernah Jadi Ibu Kota Jepang, Ada Kyoto!Kuil Hiragata Jinja, Nagaoka (commons.m.wikimedia.org/Momotarou2012)

Nagaoka-kyo terletak di bagian barat daya Cekungan Kyoto, lokasi tersebut dipilih karena memiliki transportasi air. Berbeda dengan Heijokyo yang terletak di pedalaman dan sebagian besar menggunakan transportasi darat. Pemindahan ibu kota ke Nagaoka-kyo tertulis dalam Dekrit Kaisar Kanmu.

Ada tiga sungai yang masih menyatu di selatan Nagaoka-kyo membentuk Sungai Yodo yang mengalir ke Teluk Osaka. Di luar Teluk Osaka terdapat Laut Pedalaman Seto. Kini, Nagaoka-kyo menjadi Kota Muko dan Nagaoka, bagian dari Distrik Nishikyo, Prefektur Kyoto.

Sayangnya, status Nagaoka-kyo sebagai ibu kota hanya sekitar 10 tahun. Alasannya, karena kutukan yang membuat anggota keluarga Kaisar Kanmu meninggal berturut-turut. Selain itu, sering terjadi banjir ketika hujan lebat dan kurangnya perencanaan kota menjadi alasan lainnya.

Kamu tidak akan menjumpai istana megah yang dibangun pada masa ini. Hanya ada sejumlah tugu yang menandakan bahwa tempat tersebut menjadi situs Istana Nagaoka. Selain itu, kamu juga akan menjumpai maket komplek Chodo-in di Nagaoka-kyo.

4. Kyoto

4 Daerah yang Pernah Jadi Ibu Kota Jepang, Ada Kyoto!Kinkakuji Temple, Kyoto (unsplash.com/ibolat_caesar)

Kyoto menjadi ibu terakhir Jepang sebelum Tokyo, dahulu dikenal sebagai Heian-kyo. Kyoto menjadi rumah bagi Istana Kekaisaran sampai 1868 ketika dipindahkan ke Tokyo. Meski sudah tidak menjadi ibu kota, Kyoto lebih unggul dari Tokyo dalam hal situs sejarah, peninggalan, dan monumen.

Kyoto menjadi ibu kota Jepang pada 794, dibangun menyerupai ibu kota China pada masa Dinasti Tang (sekarang Xi’an). Kota ini berbentuk persegi panjang, ukurannya 4,5 km x 5,2 km. Perlahan berkembang ke arah timur, sedangkan klan yang kuat membangun tempat tinggal mereka di pusat ibu kota baru.

Pada Era Kamakura dan Sengoku banyak dibangun kuil yang masih dapat kamu jumpai saat ini, seperti Golden Pavillion dan Nanzenji. Pada Periode Kamakura, agama Buddha lebih kuat dan populer. Sayangnya, sebagian besar kota hancur akibat perang pada pertengahan abad ke-15.

Berbeda dengan Era Edo, kekuasaan politik berpindah dari Kyoto ke Edo (sekarang Tokyo). Keshogunan keluarga Tokugawa berkuasa dan agen yang sama menjadi perwakilan shogun di Kyoto sejak Periode Kamakura masih ditunjuk.

Kamu masih dapat menjumpai Kastil Nijo yang dibangun pada 1603. Kastil tersebut sebagai tempat kediaman shogun di Kyoto. Saat Zaman Edo relatif damai, seni dan budaya pun berkembang. Hal ini membuat Kyoto menjadi pusat seni dan kerajinan tradisional.

Pindahnya ibu kota ke Tokyo pada 1868, berdampak besar bagi perkembangan Kyoto. Industri tradisional terus berkembang, seperti daerah dekat Fushimi Inari yang terkenal dengan kualitas sakenya. Kyoto juga menjadi pusat pendidikan tinggi dan memiliki banyak museum penting.

Keempat daerah tersebut telah berkembang menjadi kota modern seperti saat ini. Namun, masih ada situs, reruntuhan, maupun bangunan bersejarah yang dapat kamu kunjungi. Terutama di Kyoto yang menjadi ikon kota bersejarah di Jepang.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Hits di Tokyo, Jepang, selain Tokyo Tower

Fatma Roisatin Nadhiroh Photo Verified Writer Fatma Roisatin Nadhiroh

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya