3 Kelenteng Bersejarah di Lasem, Jawa Tengah, Megah Banget!

Ketiganya berusia lebih dari 2 abad

Lasem, sebuah kecamatan di Rembang, Jawa Tengah, dijuluki Tiongkok Kecil. Lasem dipercaya sebagai wilayah awal pendaratan orang-orang China di Pulau Jawa. Kemudian, berkembanglah pemukiman Tionghoa yang kini masih bisa kamu lihat dari sejumlah bangunan bersejarahnya.

Di sini pula kamu bisa menjumpai keragaman budaya dan etnis yang sudah berakulturasi. Seperti beberapa bangunan pondok pesantren yang berarsitektur tradisional China. Sebaliknya, beberapa bangunan milik orang Tionghoa setempat juga memiliki sentuhan arsitektur tradisional Jawa.

Sebagai Tiongkok Kecil, tentu Rembang memiliki tempat-tempat bersejarah yang menarik untuk dikunjungi. Kamu bisa mendapati kelenteng berusia ratusan tahun di sini. Seperti tiga kelenteng yang ada di Lasem, Rembang, berikut ini, nih.

Baca Juga: 5 Lokasi Kelenteng yang Ada di Banten

1. Kelenteng Gie Yong Bio

3 Kelenteng Bersejarah di Lasem, Jawa Tengah, Megah Banget!Kelenteng Gie Yong Bio (instagram.com/tiongkokkecilheritagelasem)

Kelenteng Gie Yong Bio terletak di Jalan Babagan Nomor 7, Desa Babagan, Kecamatan Lasem yang didirikan pada 1780. Kelenteng itu didirikan bersamaan dengan perkembangan penduduk etnis Tionghoa di daerah Babagan. Nama lain dari kelenteng tersebut yakni Temple of the Valiant Men.

Menurut Journal of Indonesian History yang berjudul Sejarah Perkembangan Kelenteng Gie Yong Bio di Lasem dan Pengaruhnya Masyarakat 1967—1998 ditulis oleh Nurul Hidayati Septyana, terdapat tiga alasan pendirian kelenteng tersebut. Pertama, sebagai persembahan kepada dua orang pahlawan dari dinasi Ming (1368—1644) bernama Chen Sikian dan Huang Daozhou. Keduanya dipuja pada altar utama di dalam kelenteng. Konon, kelenteng serupa yang terdapat di Longci, Zhangzhou, Provinsi Fujian. Hal ini dianggap masuk akal, karena sebagian besar orang China di Lasem berasal dari sana.

Versi berikutnya, kelenteng itu dipersembahkan kepada dua orang gagah berani yang mendarat pertama di Lasem. Mereka bernama Tan (Chen) dan Oei (Huang). Setelah mereka meninggal, kemudian didewakan dan dipuja di Lasem hingga Rembang dan Juwana. Versi ketiga lebih populer di kalangan masyarakat, bahwa kelenteng dibangun penduduk lokal sebagai penghormatan atas orang yang berperang menghadapi VOC pada 1740-an dalam Perang Kuning. Terutama untuk Oei Ing Kiat (Raden Ngabehi Widyaningrat), Raden Panji Margono (Putra Tejakusuma V), dan Tan Kwee Wie (pendekar kungfu dan pengusaha di Lasem). 

Kamu dapat melihat patung yang merepresentasikan sosok Raden Panji Margono, pahlawan sekaligus leluhur warga Lasem. Hal ini menjadi keunikan bagi Kelenteng Gie Yong Bio dan sebagai bukti toleransi. Pasalnya, Raden Panji Margono en Panji Margono merupakan pribumi dan patung tersebut mengenakan pakaian adat Jawa.

2. Kelenteng Poo An Bio

3 Kelenteng Bersejarah di Lasem, Jawa Tengah, Megah Banget!Kelenteng Poo An Bio (instagram.com/klentenglasem)

Berikutnya, ada Kelenteng Poo An Bio yang letaknya berdekatan, tepatnya di Jalan Karangturi Gang 7, Nomor 15, Desa Karangturi, Kecamatan Lasem. Kelenteng ini dibangun sekitar tahun 1740, yang berarti usianya lebih dari 200 tahun. Di kelenteng ini terdapat tempat sembahyang bagi Tian Siang Seng Bo atau Ma Zu, sosok Dewi Laut, penolong para pelaut, dan pelindung etnis China di wilayah Selatan serta imigran di Asia Tenggara.

Di depan kelenteng terdapat deretan lampion dan dua patung siang yang konon dapat menghalau niat jahat dalam ajaran Konghucu. Sedangkan struktur bangunannya didominasi material kayu dan berwarna merah. Uniknya, di dinding kelenteng terdapat lukisan China yang mengisahkan tentang Three Kingdoms atau Samkok. Pada penghujung masa Dinasti Han, China terpecah menjadi tiga negara saling bermusuhan.

Kelenteng Poo An Bio memiliki tiga altar sembahyang, yaitu Hok Tek Tjeng Sin (Dewa Bumi), yang menjadi pelindung masyarakat atas kemakmuran. Kwan Im Po Sat (Dewi Belas Kasih), dipercaya akan mengabulkan doa setiap orang yang memintanya dengan hati bersih dan bekerja keras. Tian Siang Seng Bo (Dewi Laut), melindungi para pelaut supaya selamat sampai di tempat tujuan setelah mengarungi laut.

Baca Juga: 5 Kelenteng Tertua di Bali, Usianya Ratusan Tahun Lho!

3. Kelenteng Cu An Kiong

3 Kelenteng Bersejarah di Lasem, Jawa Tengah, Megah Banget!Kelenteng Cu An Kiong (instagram.com/iansetyadi)

Satu lagi kelenteng di Lasem, yakni Cu An Kiong yang berlokasi di Jalan Dasun Nomor 19, Pereng, Desa Soditan. Cu An Kiong merupakan kelenteng tertua di Lasem yang terkenal dengan keindahan detail ornamen atap, ukiran kayu, pahatan, serta mural pada dinding bagian dalam kelenteng.Tidak ada yang tahu pasti kapan kelenteng ini berdiri, tapi sebuah dokumen kuno yang terdapat di salah satu museum Den Hag, Belanda menyatakan bahwa klenteng ini dibangun pada tahun 1477, kemudian pernah dipugar besar-besaran pada 1869.

Bentuk bangunannya khas daerah China bagian selatan, berbentuk persegi atau siheyuan dengan atao ekor walet –atap Ying Shan atau Yinwei Xing. Di daerah asalnya, jenis atap ini hanya digunakan sebagai atap bangunan kuil dan kantor. Sedangkan di Lasem, beberapa rumah pun memiliki jenis atap ekor walet yang dipercaya sebagai simbol tolak balak.

Kelenteng yang tepat berada di tepi Sungai Lasem ini dipenuhi ragam hias simbolik yang menggambarkan prinsip Yin dan Yang. Simbolik Yin berupa burung phoenix yang terpahat di bagian kiri teras kelenteng. Sedangkan simbol Yang berupa naga di bagian kanan kelenteng.

Hal lain yang membuat kelenteng ini semakin unik adalah adanya ukiran diorama yang terinspirasi dari Roman Tiga Negara, San Guo Yan Yi. Mural monokrom di dinding kelenteng diambil dari 100 panel ‘komik’ Fengshen Yanyi atau kisah Mitologi Dewa-Dewa Taois karya Xu Zhonglin. Komik tersebut mengisahkan penggulingan Raja Zou (Dinasti Shang) oleh Raja Wu dari Dinasti Zhou.

Seperti kedua kelenteng sebelumnya, Cu An Kiong menjadikan Dewi Ma Zu sebagai dewa utama. Figurnya akan diletakkan di altar utama saat tanggal ulang tahunnya pada 23 bulan 3 penanggalan Imlek. Karena sangat dipuja, pengunjung tabu untuk mengabadikan figur Ma Zu menggunakan kamera.

Ketiga kelenteng di Lasem tersebut letaknya berdekatan dan menjadikan Dewi Ma Zu sebagai dewa utama. Ketiganya berusia lebih dari 2 abad dan memiliki keunikan masing-masing. Seperti mural, ornamen, maupun figur yang berada di kelenteng. 

Baca Juga: 3 Kelenteng di Jogja dan Sejarahnya, Ada yang Berumur 142 tahun 

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya