5 Masjid dengan Arsitektur Unik di Solo, Wujud Akulturasi Budaya

Ada yang ornamennya mirip kulit buah salak

Masjid merupakan tempat ibadah yang tersebar dan mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Solo. Gak hanya terkenal dengan budaya Jawa, dahulu Solo mendapat pengaruh dari Kerajaan Mataram Islam. Wajar saja, terdapat beberapa masjid besar di pusat kota yang menjadi tempat ibadah sekaligus wisata religi.

Solo memiliki beberapa masjid dengan arsitektur unik. Bukan sekadar masjid bersejarah yang sudah berdiri pada zaman Kerajaan Pajang, ada pula masjid yang dibangun tahun 2020an berarsitektur unik dan modern.

Mau berwisata religi? Berikut ini lima masjid berarsitektur unik di Solo. Memadukan unsur budaya dari berbagai negara!

1. Masjid Laweyan

5 Masjid dengan Arsitektur Unik di Solo, Wujud Akulturasi BudayaMasjid Laweyan (instagram.com/united.toni)

Masjid Laweyan terletak di Jalan Liris I, Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Masjid ini dibangun pada masa Kerajaan Pajang tahun 1564, menjadikannya masjid tertua di Solo. Nama lainnya Masjid Ki Ageng Henis, sebab tidak lepas dari peras Ki Ageng Henis, keluarga Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit.

Arsitektur Masjid Laweyan dipengaruhi budaya Hindu, karena dahulu sebagian areanya berupa pura. Demikian pula dengan pondasi bangunannya yang dibuat 2 meter lebih tinggi di atas permukaan tanah. Sedangkan struktur bangunannya seperti Masjid Demak dan Masjid Agung Surakarta.

Terdapat tiga lorong pintu masjid yang bermakna pokok-pokok tuntunan Islam, yakni Islam, iman, dan ihsan. Lima pintu masjid melambangkan lima rukun Islam. Atapnya berbentuk limas dan 12 pilar utama masjid berbahan kayu jati kuno yang masih kokoh.

Usianya yang sudah mencapai 460 tahun, tentu membuat beberapa bagian bangunan mengalami perbaikan dan perubahan. Sekat antara bangunan utama dengan ruangan di bagian kanan dan kiri sudah tidak ada. Bak besar sebagai tempat berwudhu pun telah dibongkar.

2. Masjid Agung Surakarta Kauman

5 Masjid dengan Arsitektur Unik di Solo, Wujud Akulturasi BudayaMasjid Agung Surakarta Kauman (instagram.com/indonesia_wonderful78)

Masjid Agung Surakarta Kauman berlokasi di Komplek Keraton Surakarta, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Masjid ini dibangun oleh Paku Buwono II, kemudian dilanjutkan oleh Paku Buwono III pada 1763 dan rampung tahun 1968. Bangunan masjid ini mencontoh bentuk dari Masjid Agung Demak.

Letaknya di sebelah barat Alun-alun Lor dan menghadap ke timur. Sebagai ciri kota-kota bekas pusat Kerajaan Mataram Islam, masjid yang terletak di sebelah barat alun-alun. Masjid ini memiliki nilai dan ikatan sejarah tinggi bagi Kerajaan Mataram Islam, terutama setelah pemindahan ibu kota dari Kartasura ke Surakarta.

Arsitektur bangunan masjid ini merupakan akulturasi budaya lokal dengan budaya lain dari berbagai negara. Unsur budaya Jawa dapat dilihat pada atap bersusun tiga yang merupakan lambang Islam, iman, dan ihsan. Bentuk ini juga dipengaruhi seni arsitektur era Majapahit, seperti pada bangunan candi.

Masih kental dengan arsitektur Jawa, dapat dilihat pada soko guru sebagai penyangga atapnya. Bangunan utama masjid ini berupa bujur sangkar, keblat papat lima pancer. Melambangkan kesetaraan kekuatan empat penjuru mata angin dan bagian tengah sebagai intinya.

Gaya arsitektur Yunani Kuno, terdapat kolom dorik pada tiang serambi masjid bagian luar. Sedangkan gaya Romawi Kuno tampak pada ornamen atap yang menggunakan elemen kaca patri dengan bentuk rumit. Selain bangunan utamanya, menara yang digunakan untuk mengumandangkan azan terinspirasi dari gaya arsitektur Kutab Minar di New Delhi, India.

Masih ada lagi, gapura baru yang dibangun pada 1901. Gapura yang menggantikan gapura utama tersebut mengadopsi arsitektur Persia. Ada pancuran atau keran untuk menggantikan kolam air yang biasa digunakan bersuci. 

Baca Juga: 6 Jajanan Tradisional di Pasar Gedhe Solo, Wajib Dicicipi!

3. Masjid Saminah Sihyadi

5 Masjid dengan Arsitektur Unik di Solo, Wujud Akulturasi BudayaMasjid Saminah Sihyadi (google.com/maps/magna mediaworks)

Masjid berarsitektur unik di Solo selanjutnya ada Masjid Saminah Sihyadi. Berlokasi di Jalan Tirtonadi Nomor 9, Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Surakarta. Masjid ini tergolong baru, karena dibangun sejak tiga tahun silam dan dibuka untuk umum pada 2023.

Berbeda dari kedua masjid bersejarah sebelumnya, Masjid Saminah Sihyadi justru seolah tidak menonjolkan simbol masjid pada umumnya. Masjid ini berbentuk melingkar dengan ornamen mirip kulit buah salak. Masjid berarsitektur unik yang dirancang oleh Thoat Fauzi, direktur PT Joso Architect, ini justru tidak ada kubah pada bagian atasnya.

Arsitekturnya mengusung konsep natural yang didominasi material kayu berukuran besar. Terdapat kolam ikan yang mengikuti pola lingkar bangunan masjid. Bagian dinding atapnya terdapat lafal Allah yang cahaya lampunya pun dibuat serasi dengan warna kayu.

Pintu utamanya berhiaskan ornamen kaligrafi bahasa Arab dan diapit oleh pintu kaca. Ventilasi masjid ini terletak di bagian bawah dinding. Sirkulasi udara yang baik membuat hawanya lebih sejuk meski tanpa pendingin ruangan. Selain memberikan kesan alami, juga gaya minimalis dengan tetap tampak mewah dan megah.

4. Masjid Al Wustho Mangkunegaran

5 Masjid dengan Arsitektur Unik di Solo, Wujud Akulturasi BudayaMasjid Al Wustho Mangkunegaran (commons.wikimedia.org/Kembangraps)

Selanjutnya ada Masjid Al Wustho yang berlokasi di Jalan Kartini Nomor 3, Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Masjid bersejarah ini dibangun pada 1878 oleh Pangeran Sambernyawa atau Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkunegara I. Dahulu bernama Masjid Mangkunegaran yang terletak di Kampung Kauman, Pasar Legi.

Pertama kali didirikan hanya berupa tempat salat, tanpa menara, serambi, dan bagian lainnya. Semakin dikembangkan pada masa Mangkunegara VII dengan menambahkan garupa, menara, dan serambi. Sedangkan arsitekturnya memadukan unsur Jawa dan Eropa. 

Pembangunan masjid ini bekerja sama dengan Thomas Karsten, arsitek Belanda. Ciri khas masjid ini memiliki pagar tebal yang memadukan warna hijau dan putih dengan kaligrafi Arab. Kaligrafi Arab juga tampak di bagian jendela, pintu masuk, dan soko guru

Bangunan masjid ini banyak mengadopsi ciri khas Masjid Agung Demak. Misalnya, atap tumpang bertingkat yang ujungnya berupa mustaka. Bangunan utama berbentuk bujur sangkar yang banyak digunakan pada masjid-masjid kuno di Jawa.

5. Masjid Raya Sheikh Zayed

5 Masjid dengan Arsitektur Unik di Solo, Wujud Akulturasi BudayaMasjid Sheikh Zayed (setda.surakarta.go.id)

Satu lagi masjid berarsitektur unik di Solo, Masjid Raya Sheikh Zayed yang terletak di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Masjid ini merupakan hadiah dari Pemerintah Uni Emirates Arab (UEA) untuk Indonesia. Peletakan batu pertama pada Februari 2021 dan dibuka untuk umum pada Februari 2023.

Bangunan masjid ini dibuat mirip dengan Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA. Terdapat 82 kubah dengan hiasan batu alam dan sebuah kubah utama yang merupakan gaya arsitektur Maroko. Masjid yang didominasi warna putih ini, dilengkapi perpustakaan, ruang VIP, dan basement untuk tempat berwudhu.

Desain mihrab masjid ini dihiasi ornamen batik khas Solo berwarna senada dengan marmer yang mengelilingi bangunan masjid. Pelatarannya menggunakan batu pualam putih serta marmer Italia. Karpetnya khusus didatangkan dari Turki dengan motif batik Pekalongan dan batik Solo.

Kelima masjid berarsitektur unik di Solo tersebut selalu memadukan unsur budaya lokal dengan budaya luar. Gak cuma megah, tapi juga dibuat senyaman mungkin untuk para jamaah. Arsitekturnya yang memanjakan mata dan suasananya bisa bikin ibadah makin khusyuk.

Baca Juga: 10 Tempat Wisata Menarik di Sekitar Jalan Tol Semarang-Solo

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya