5 Fakta Thian Hock Keng, Kelenteng Hokkien Tertua di Singapura 

Awalnya didirikan oleh imigran dari Fujian, China

Apa yang kamu pikirkan tentang Singapura? Bangunan modern di setiap sudut, Patung Merlion yang ikonik, Jewel Changi, dan Garden by The Bay. Jika mau pelesiran lebih jauh lagi, Singapura juga punya sejumlah tempat bersejarah yang layak untuk dikunjungi, salah satunya Kelenteng Thian Hock Keng.

Kelenteng Thian Hock Keng merupakan salah satu kelenteng tertua di Singapura. Berlokasi di 158 Jalan Telok Anyer, Singapura. Kamu bisa berkunjung setiap hari pukul 07.30-17.30 SGT dan tanpa perlu membayar tiket masuk alias gratis.

Kamu belum sempat ke sana? Gak perlu khawatir. Ada banyak cara untuk mengenal Kelenteng Thian Hock Keng yang jadi salah satu monumen nasional Singapura. Termasuk mencari tahu fakta-faktanya seperti berikut ini. Simak sampai selesai ya!

1. Kelenteng Hokkien tertua di Singapura

5 Fakta Thian Hock Keng, Kelenteng Hokkien Tertua di Singapura Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/Halavar)

Thian Hock Keng adalah kelenteng Hokkien tertua dan telah diakui sebagai kuil China paling megah di Singapura.

Dilansir National Library Board Singapore, awalnya kelenteng ini merupakan rumah doa yang terletak di sepanjang garis pantai Cekungan Telok Anyer. Rumah doa itu didirikan pada 1821 oleh para imigran dari Provinsi Fujian, China yang diedikasikan kepada Dewi Ma Zu (Tian Hou), pelindung para pelaut dan navigator. Pasalnya, mereka perlu mengarungi lautan untuk bisa sampai Temasek, Pu Luo Chung, atau Singapura saat ini. Sebagai rasa syukur atas keselamatan, mereka memberi persembahan berupa uang dan dupa di rumah doa.

Pada 1839–1842, rumah doa tersebut mengalami rekonstruksi besar-besaran dan menjadi Kelenteng Thian Hock Keng yang berarti ‘Kuil Kebahagiaan Surgawi’ saat ini. Bahan bangunannya didatangkan dari China, seperti kayu ulin yang menjadi tiang penyangga utama bangunan.

Patung Dewi Ma Zu dikirim dari Amoy (sekarang Xiamen), Fujian. Konon, total biaya pembangunannya kala itu diperkirakan mencapai 30.000 dolar Spanyol. Uang tersebut berasal dari donasi pengusaha kaya Hokkien dan tokoh masyarakat.

Nama para donatur tertulis di dinding aula masuk, salah satu yang terkenal adalah Tan Tock Seng. Ia merupakan pionir kelahiran Malaka dan terkenal dermawan. Walau, ia berkaitan erat dengan komunitas Hokkien, tapi menginginkan kelenteng itu menjadi kuil untuk semua tangren, orang Tionghoa dari semua kelompok dialek.

2. Arsitektur bergaya tradisional Hokkien

5 Fakta Thian Hock Keng, Kelenteng Hokkien Tertua di Singapura Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/Schnobby)

Sebagai kelenteng yang dibangun oleh imigran dari China Selatan, wajar jika arsitekturnya bergaya tradisional Hokkien. Dilansir ROOTS, kamu dapat melihat bubungan atap melengkung seperti ekor burung walet terbalik. Atap ekor walet ini melambangkan kemakmuran.

Terdapat empat ornamen naga menari di atap aula masuk dan aula utama. Ornamen naga itu melambangkan keadilan dan kekuasaan. Sedangkan mutiara menyala, melambangkan keabadian dan kesempurnaan.

Elemen dekoratif pada atap dibuat menggunakan teknik khusus yang disebut jian nian. Secara harfiah berarti ‘potong dan tempel’ yang seluruh strukturnya dirakit tanpa paku. Keramik warna-warni dipotong dengan cermat dan ditempel untuk menghasilkan figur mosaik yang menawan.

Thian Hock Keng memiliki tata letak standar tipologi tiga aula, yakni aula masuk, aula utama, dan aula belakang. Selain itu, terdapat deretan ruang samping tambahan di kedua sisi ruang doa utama. Terdapat plakat dan gulungan di aula utama yang bertuliskan kaligrafi pemberian Kaisar Guangxu daring Qing pada 1907. 

Plakat dan gulungan itu berada di kelenteng hingga tahun 1999. Replika gulungan dikembalikan ke tempat semula setelah restorasi. Sedangkan gulungan asli disumbangkan ke Museum Nasional Singapura.

Baca Juga: 5 Kelenteng Tertua di Indonesia, Usianya Mencapai Ratusan Tahun!

3. Kelenteng Thian Hock Keng sebagai monumen nasional

5 Fakta Thian Hock Keng, Kelenteng Hokkien Tertua di Singapura Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/XRay)

Thian Hock Keng dan Chong Wen Ge dikukuhkan secara kolektif sebagai monumen nasional pada 28 Juni 1973. Chong Wen Ge (Institute for the Veneration of Literature) merupakan sekolah Tionghoa pertama di Singapura. Terdiri dari Pagoda Chong Wen dan Gerbang Chong Boon, kemudian Paviliun Chong Hock ditambahkan pada 1913.

Statusnya sebagai landmark budaya dan monumen nasional bertujuan untuk menjamin kelestarian serta perlindungannya di masa mendatang. Kelenteng ini dikelola oleh Hokkien Huay Kuan Singapura, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mempromosikan budaya dan warisan Hokkien di Singapura. Mereka mengatur proses pemeliharaan dan restorasi rutin untuk memastikan kelenteng tetap dalam kondisi aslinya.

4. Konservasi dan restorasi dilakukan pada 1990-an

5 Fakta Thian Hock Keng, Kelenteng Hokkien Tertua di Singapura Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/Zairon)

Seiring waktu, bangungan kelenteng tentu membutuhkan perawatan. Pada tahun 1990-an, Kelenteng Thian Hock Keng dipenuhi rayap yang memakan kayu bangunannya. Kemudian, komite yang dibentuk oleh Hokkien Huay Kuan mempertimbangkan untuk melakukan konservasi dan restorasi.

Perencanaan proyek restorasi dimulai pada 1995. Proyek ini melibatkan sekitar 70 pengrajin dari Fujian, termasuk pemahat kayu dan tukang batu. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelenteng yang dipugar tetap sesuai dengan aslinya.

Proses konservasi dan restorasi ini berlangsung selama 2,5 tahun. Biaya yang dihabiskan untuk proyek tersebut mencapai S$4 juta. Tentunya tidak lepas dari peran Hokkien Huay Kuan Singapura sebagai pengelola.

5. Raih UNESCO Asia-Pacific Heritage 2001

5 Fakta Thian Hock Keng, Kelenteng Hokkien Tertua di Singapura Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura (commons.wikimedia.org/MardianaAlias)

Setelah restorasi besar-besaran dilakukan, pada 2001 Kelenteng Thian Hock Keng dibuka kembali untuk umum. Kelenteng ini memenangkan 4 penghargaan, salah satunya dari UNESCO. Tempat ini mendapat honorable mention dari UNESCO Asia-Pacific Heritage Awards 2001 untuk Cultural Heritage Conservation.

Kini, kelenteng tersebut menjadi tempat ibadah penting bagi umat Buddha dan Tao setempat. Di aula belakang terdapat patung Buddha Sakyamuni dan patung Konfusius yang sedang duduk setinggi 1 meter. Kedua patung itu berdiri berhadapan.

Kamu juga bisa melihat beberapa patung lain di sini. Ada Avalokitesvara dan Buddha Maitreya berada di kiri dan kanan patung Konfusius. Selain itu, patung Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei yang terletak di depan patung Konfusius.

Sekarang kamu sudah lebih mengenal Kelenteng Thian Hock Keng yang kental dengan arsitektur tradisional Hokkien. Buat kamu yang ingin mengunjunginya, bisa naik bus dengan nomor 10, 57, 145, 167, dan 190. Jika naik MRT, bisa turun di Stasiun MRT Raffles Place atau Stasiun MRT Telok Anyer.

Baca Juga: 5 Kelenteng Tertua di Bali, Usianya Ratusan Tahun Lho!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya