Tiga Wisata Sejarah yang Berhasil Menjadi Juara Pesona Indonesia
Bikin bulu kuduk merinding!
jalan2men.com
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia tak hanya terkenal lantaran wisatanya yang menyuguhkan keelokan baharinya saja. Ada beragam lokasi yang mendunia karena identitasnya masing-masing. Misalnya karena karakternya sebagai lokasi wisata sejarah. Belakangan, dipilih tiga lokasi wisata yang berhasil menyabet juara Anugrah Pesona Indonesia 2016 menurut kategori situs sejarah terpopuler. Mana saja yang berhasil menyandang?
Juara pertama disandang oleh tempat wisata Rumah Pengasingan Soekarno yang berlokasi di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Rumah ini ditinggal Bung Karno kala tokoh kenamaan itu menjalani hukuman pengasingan sebagai tapol (tahanan politik). Ia diasingkan ke Ende pada 14 Januari 1934 hingga 1988. Lamanya kurang lebih empat tahun.
Rumah itu bentuknya sederhana. Sepintas tak ada yang istimewa. Lokasinya di tengah perumahanan penduduk. Namun, memiliki nilai historis yang amat tinggi.
Rumah itu diketahui milik Abdullah Ambuwaru. Setelah itu, Ambuwaru meminta rumah itu dijadikan museum. Pada 16 Mei 1954, Bung Karno meresmikannya sebagai museum.
Baca Juga: 11 Tempat Wisata yang Baru Dibuka di Jogja, Kerennya Kebangetan!
Juara kedua adalah Gedung Perundingan Linggarjati yang berlokasi di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Gedung Perundingan Linggajati menjadi saksi dilaksanakannya perundingan penting yang dilaksanakan pada November 1946.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Gedung Perundingan Linggarjati merupakan lokasi diadakannya pertemuan dan perundingan antara Indonesia dan Belanda setelah perang kemerdekaan.
Waktu itu, keadaan tidak memungkinkan dilangsungkannya perundingan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibu kota sementara Republik Indonesia).
Juara ketiga adalah Benteng Tolukko yang terletak di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Benteng ini merupakan peninggalan Portugis yang dibangun seorang panglima Portugis yang bernama Fransisco Serao pada 1540.
Benteng itu menurut sejarahnya diambil alih oleh Belanda pada 1610. Kemudian direnovasi oleh Pieter Both.
Selanjutnya, Indonesia merenovasi kembali benteng ini pada 1996-1997.
Baca Juga: Memang Menu Traveling yang Bisa Dibawa Cuma Mie Instan? Gak Lho Ternyata