ilustrasi gunung bromo (unsplash.com/Ake Widyastomo)
Baru-baru ini, Indonesia dihebohkan dengan ramainya pemberitaan tentang kebakaran lahan seluas 500 hektare di padang savana Bukit Teletubbies, Gunung Bromo. Kebakaran ini dipicu oleh dua pasangan calon pengantin yang menyalakan flare saat pemotretan pre-wedding.
Nahas, flare yang dinyalakan mengeluarkan percikan api dan menyambar rumput-rumput ilalang kering di sekitarnya. Kondisi cuaca yang kering akhirnya membuat api semakin berkobar dan meluas selama 2 pekan lamanya.
Tidak hanya merusak lahan, kebakaran ini juga berdampak serius pada sektor pariwisata dan ekonomi di sekitarnya. Sebab, sebagian besar turis, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, memilih membatalkan penginapan dan perjalanan mereka ke Gunung Bromo setelah mengetahui kejadian ini.
Jika diperhatikan, kebakaran-kebakaran yang terjadi di beberapa gunung ini disebabkan oleh beberapa alasan penting, seperti musim kemarau yang ekstrem, ditambah aktivitas manusia yang kurang berhati-hati, serta perubahan iklim semakin meningkatkan risiko kebakaran. Kebakaran ini gak hanya merusak ekosistem, tetapi juga berdampak pada kehidupan manusia, termasuk pasokan air bersih, pariwisata, dan ekonomi local.