Keren! Desa Bawomataluo Kaya Budaya Leluhur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Teluk Dalam, IDN Times – Belum banyak orang yang akrab dengan Desa Bawomataluo. Tempat di mana lahirnya pelompat batu handal asal Kepulauan Nias. Desa Bawomataluo menjadi salah satu bagian dari Ya’ahowu Nias Festival 2018 berada di Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Dari Kota Teluk Dalam, desa ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dengan menggunakan mobil.
Meski memang kecil wilayahnya, namun padat penghuni lho. Lebih dari 2000 jiwa tinggal di sana dengan jumlah 300 kepala keluarga. Masyarakatnya pun masih mempertahankan keaslian bangunan adat mereka.
1. Ditetapkan sebagai cagar budaya nasional
Namun, kini Bawomataluo sudah berstatus sebagai desa wisata. Bahkan, desa ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional. Sertifikat sebagai Cagar Budaya Nasional diserahkan perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Minggu (19/11).
2. Lompat batu sudah dilatih sejak usia 10 tahun
Di desa ini, anak-anak dari berbagai level usia dididik untuk menjadi ‘prajurit’ yang akan melakukan Fahombo Batu alias Lompat Batu. Anak-anak di usia 10 tahun ke bawah, dilatih dengan media bambu.
Editor’s picks
Tertarik coba ikut latihan melompati batu?
Di sini, mereka akan terus diasah ketinggian lompatannya. Sedangkan untuk usia 10 tahun ke atas, atau jika telah telah berhasil mencapai level yang diinginkan, mereka akan melakukan simulasi Fahombo Batu dengan papan yang dibuat menyerupai batu. Ini tahap terakhir sebelum mereka bisa dilepas sebagai pelompat batu.
3. Lebih tertarik Fahombo Batu atau Harimao?
Tidak hanya Fahombo Batu, mereka juga punya aktivitas Famadaya Harimao. Biasanya, aktivitas ini dilakukan setiap tujuh tahun sekali. Kegiatannya berupa mengarak replika harimau menggunakan kayu besar. Mereka diiringi dengan para penari perang dalam jumlah besar.
Atraksi Tari Perang yang dibawakan orang-orang tua menjadi aksi yang juga di gelar di Desa Bawomataluo. Tarian ini juga dibawakan kolosal. Lengkap dengan pakaian kebesaran Nias. Serta beragam atribut prajuritnya yang dikenal sangat berani.
“Semua ini harus dipertahankan. Jika kita ingin Desa Bawomataluo menjadi cagar budaya internasional, pertahankan keaslian ini. Baik bangunan maupun budayanya. Kita sangat mendukung, karena desa ini adalah juga bagian dari kekayaan budaya nusantara,” papar Ni Wayan Giri, didampingi Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Masruroh.
“Budaya itu semakin dilestarikan semakin menghasilkan. Semakin punya nilai jual. Desa Bawomataluo sudah membuktikannya,” papar Menpar.