ilustrasi Natal di Jepang (unsplash.com/mos design)
Masyarakat Jepang dikenal memiliki pandangan yang sangat unik dan fleksibel terhadap agama, yang sering disebut sebagai sinkretisme. Sebagian besar orang Jepang menjalani ritual Shinto saat kelahiran, menikah dengan gaya Kristen (baju pengantin putih dan kapel), dan dimakamkan dengan cara Buddha, tanpa merasa ada pertentangan iman. Sikap terbuka inilah yang menjadi fondasi kenapa Natal dirayakan meriah di Jepang, meski warganya gak religius atau agnostik. Mereka memandang Natal bukan sebagai dogma agama, melainkan sebagai festival musiman (kisetsu no gyoji) yang menyenangkan untuk dirayakan bersama-sama.
Fakta ini membuat orang Jepang sangat antusias mengadopsi elemen-elemen festival asing yang dianggap menarik secara visual dan sosial, seperti Halloween dan Natal. Bagi kamu yang berkunjung ke sana, kamu akan merasakan bahwa Natal adalah omotenashi (keramahan) dan apresiasi terhadap keindahan musim dingin melalui iluminasi lampu yang spektakuler.
Oh iya, karena gak adanya beban religius, mereka pun mereka bebas berkreasi menciptakan tradisi Natal versi mereka sendiri yang unik, selama fokus pada kebahagiaan, konsumerisme yang positif, dan kehangatan hubungan antarmanusia di tengah udara musim dingin.
Pada akhirnya, kenapa Natal dirayakan meriah di Jepang, meski warganya gak religius dijawab dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat merayakannya sebagai bagian dari budaya pop, komersialisasi, dan gaya hidup modern. Bukan karena alasan keagamaan, melainkan karena masyarakatnya menikmati Natal sebagai momen yang romantis, dan menyenangkan. Unik banget, ya!